Izma dan Azam kini sudah lelap dengan buaian mimpi yang indah. Azam masih lekat mendekap tubuh langsing sang istri kecilnya. Saat itu hujan masih mengguyur kota New York. Azam mulai membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat dengan jelas bahwa dia sedang bersama istri yang dia rindukan selama dua tahun ini. Azam tersenyum dengan manis. Menatap punggung sang istri.
Azam lalu mengecup leher belakang Izma dengan sangat hati-hati. Dia takut membangunkan gadis itu. Azam semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya terasa tenang bisa memeluk Izma seperti ini. Azam begitu menyukai wangi dari tubuh sang istri. Tubuh yang pernah dia kecup kenikmatannya.
Izma perlahan membuka matanya dia mencoba melepaskan pelukan Azam dan Azam masih memeluknya erat.
"Lepaskan aku Azam, aku mau ke kamar mandi!" pekik Izma kasar. Izma tidak memanggil Azam dengan sebutan kakak atau mas. Karena Izma merasa dirinya sudah bukan siapa-siapanya Azam lagi. Izma hanya merasa dirinya hanya istri kontr
Warning 21Mengandung unsur dewasa dan adegan seksual. Mohon cek usia sebelum membaca.???Izma beranjak dari meja makan. Dia merasa kesal dengan ucapan Azam barusan. Pasalnya Azam tidak mau menceraikan dia. Azam lalu duduk di samping Izma. Izma yang saat itu mengenakan kaos oblong dan celana pendek 5 cm di bawah selangkanya. Membuat Azam terus menatap cara berpakaian sang istri.Azam akui Izma masih remaja. Usia Izma bahkan baru menginjak dua puluh satu tahun. Dan gaya berpakaian dia pun masih seperti anak abege. Jauh sekali dengan cara berpakaian Aliza. Aliza yang selalu mengenakan rok selutut sedang izma lebih seksi dari pada itu."Apa setiap hari kamu mengenakan pakaian seperti ini?" tanya Azam sambil menatap Izma. Izma terdiam dengan wajah yang masih menahan amarah."Jangan terlalu seksi, hidup sendiri di New York bahaya!" Ucap Azam."Bukan urusanmu!" bentak Izma mulutnya masih manyun seolah dia sedang mengulum sebuah perme
Pagi itu Azam masih memeluk Izma dengan erat. Azam menarik selimut untuk menutupi tubuh polos sang istri. Izma masih terdiam dengan degupan jantung yang berdetak begitu kencang. Azam berhasil melumpuhkan gadis itu. Izma merasa tubuhnya melayang ketika Azam terus memberikan rangsangan pada dada gadis itu. Azam menemukan titik sensitif Izma yang membuat Izma tak bisa berkutik.Tangan Azam mengelus perut Izma dengan lembut."Suatu saat aku akan menitipkan anakku disini!" ucap Azam dengan bisikan mesra. Izma baru tersadar dan langsung menepis tangan Azam. Izma bangun dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Izma mandi dan menguyur seluruh tubuhnya dengan air shower. Izma menitikan air matanya. Ketika dirinya benar-benar bodoh menerima perbuatan Azam begitu saja.Izma lalu keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk yang mengumbar paha dan dadanya yang seksi. Azam tersenyum menatap betapa seksinya istri mudanya itu. Azam lalu mandi dan hendak bersiap
"Izma, apa maksudmu mengatakan kepada dia kalau aku adalah kakakmu?" ucap Azam dengan nada pelan namun penuh dengan penekanan. Izma hanya terdiam, dia hanya pura-pura tidak mendengar saja. Dia sudah terlanjur kesal dengan sikap Azam terhadap Rico. Padahal Rico adalah teman baik Izma.Izma merasa malu saja terhadap Rico. Dia harus mengakui bahwa dirinya sudah menikah di usianya yang masih dua puluh satu tahun. Izma masih merasa dirinya hanya anak remaja. Dia merasa belum sepantasnya dirinya menyandang status sebagai Nyonya. Apalagi kalo mengingat statusnya dia. Dia sebagai Nyonya kedua. Alias istri muda. Mau di taruh di mana muka Izma. Di mata teman-temanya.Izma merasa kesal dan ingin segera pulang ke apartemennya. Dia ingin mengamuk sejadi-jadinya kepada Azam. Namun pesta masih belum usai. Izma masih harus bersabar karena dia harus berpura-pura baik-baik saja di depan semua yang ada disana. Padahal dia sudah sangat dongkol setengah mati kepada sang suami.
Warning 21Mengandung adegan dewasa, bijaklah dalam membaca.???"Nikmat bukan?" bisik Azam menyeringai puas karena sudah membuat istrinya klimaks. Lalu Azam membuka boxernya dan melemparnya sembarang. Izma tersentak. Matanya membulat ketika dia melihat senjatanya Azam berdiri kokoh siap untuk menembak.Izma menutup kakinya dan mencoba bangun. Namun Azam langsung memeluk Izma dan mengecup bibir Izma dengan penuh kelembutan. Ciuman yang begitu mesra dan semanis gula. Bahkan saat itu Izma tidak membalas ciuman Azam. Izma mengigit bibir Azam."Ah." Azam berteriak. Azam menatap Izma lalu tersenyum kembali."Istriku galak!" ucap Azam tersenyum devil."Jangan lakukan itu Azam, kamu sudah berjanji tidak akan menyentuhku sebelum aku selesai kuliah?" pekik Izma mulai ketakutan.Azam terus mendekati Izma."Kamu sendiri yang mengatakan, tetapi aku tidak mengatakan apa pun saat itu, apa kamu lupa, Sayang?" Azam berkata l
Aliza sudah berada di Rumah Sakit. Dokter mengatakan bahwa dirinya telah keguguran. Aliza begitu sedih karena dia lagi-lagi kehilangan buah hatinya. Janinnya yang berusia 5 Minggu bahkan kini sudah tidak ada lagi. Aliza akan segera dilakukan tindakan kuretase oleh Dokter kandungan.Aliza terus menangis tanpa henti. Dia bahkan tidak bisa menghubungi Azam sudah sehari semalam. Azam memang sengaja mematikan ponselnya. Karena Aliza pasti akan menggangunya ketika dia bersama Izma. Azam juga tidak mau melukai hati Izma lagi karena ucapan Aliza yang tajam. Karena itu Azam memutuskan untuk mematikan ponselnya."Sayang, kamu sedang apa, kenapa ponselmu mati?" Aliza terus mengisak dengan tangisan lirihnya. Aliza mengira Azam pasti sedang bersama dengan Izma. Aliza begitu murka. Aliza marah dia menangis begitu kuat. Aliza ingin sekali mengusul Azam ke New York. Namun kondisinya sekarang bahkan tidak memungkinkan.Aliza begitu lemah. Dan sebentar lagi dia akan di kure
Izma menangis kesakitan ketika pipi manisnya telah Azam tampar dengan keras."Aku benci kamu brengsek, pergi kamu dari sini, kamu datang hanya untuk menyakitiku saja!" Teriak Izma dengan jeritannya. Azam merasa sangat menyesal karena telah membuat Izma kesakitan"Sa-sayang, Izma sayang, tolong maafkan aku, aku hanya kelepasan!" Ucap Azam merengkuh tubuh sang istri dengan lembut. Namun Izma dengan segera mendorong Azam dengan keras. Izma merasa sangat sakit ketika Azam menamparnya. Bukan rasa sakit pada pipinya. Tetapi sebuah rasa sakit pada hatinya.Izma merasa Azam terlalu menindasnya. Azam membuatnya bekerja lembur semalaman dan kini Azam mengakhirinya dengan sebuah tamparan. Izma merasa batinnya bergejolak. dia semakin benci terhadap Azam jika Azam bersikap seperti itu."Sayang, maafkan aku!" Azam kembali memeluk tubuh Izma yang masih berbalut selimut karena memang mereka masih belum mengenakan sehelai baju pun."Jangan sentuh aku, jangan sentuh
"Sayang punya PS tidak?" tanya Azam."Ada," Izma beranjak dan mengambil PS yang dia simpan di lemari."Punya siapa?" sahut Azam."Punya Rico.""Si Rico berengsek itu, apa sudah pernah masuk ke sini?" Azam sedikit berteriak karena kesal. Dia masih cemburu dengan pria temannya Izma itu."Tidak!" sanggah Izma sambil memasang PS-nya dan bersiap bermain."Lalu?" Azam masih dalam mode cemburunya. Dia duduk di belakang Izma. Dan menyeret tubuh Izma agar menempel kepadanya. Azam sekarang jadi lebih posesif. Dia memeluk Izma dari belakang dan mengambil stik PS tersebut."Dia meminjamkannya padaku, kenapa, cemburu?" tanya Izma dengan wajah datarnya. Dia sudah mulai memainkan PS-nya. Dan Azam juga mulai bermain."Iya!" Azam berbisik lembut tepat di telinga Izma dan diapun mengecup pipi sang istri tercintanya.(Lihat betapa mesranya mereka bermain PS)Sesaat Izma terkejut. Azam mengakui rasa cemburu
Hari sudah mulai sore. Azam seharusnya sudah bersiap untuk penerbangan terakhir. Butuh waktu lima belas jam untuk Azam bisa sampai di Indonesia. Tetapi Azam masih menempel kepada sang istri. Beberapa kali dia memfoto kebersamaan mereka berdua. Bahkan di dalam sebuah kamar mandi. Dan itu membuat Izma sedikit kesal.Izma risih karena Azam selalu mengikutinya kemanapun.Ini saat Izma nonton Tv tetapi ujung ujungnya Azam malah meluk Izma dengan erat.Dan ini saat Azam sedang memantau keadaan rumah sakit. Dia bahkan tidak mau melepaskan Izma dari pelukannya.Izma tidak bisa menolak. Azam akan menghukumnya ketika ada sebuah penolakan dari sang istri."Sudah sore Azam, apa kamu tidak mau pulang?" ucap Izma pelan. Mereka sedang melihat indahnya sore hari dari dalam kamarnya."Aku masih ingin bersamamu, sayang." Azam mengecup kening Izma dengan lembut."Aku tidak mau kamu terus disini!"&nbs
Sudah 2 minggu lebih Azam di New York dan itu membuat hati Aliza begitu panas dan kesal. Pada sore itu Azam pamit kepada Izma ingin menemui Dokter Daniel sebentar, karena ada hal yang harus di bicarakan mendadak. Izma pun hanya tersenyum mengangguk semua keinginan sang suami, lalu masuk ke dalam apartemennya setelah memastikan sang suami masuk ke dalam lift. Sore itu Izma benar-benar merasa tubuhnya begitu lemah tak tahu kenapa, tanpa Azam dia benar-benar merasa lelah. Padahal Azan baru saja pamit untuk pergi ke rumah Profesor Daniel sebentar saja. Izma kini hanya bisa merebahkan tubuhnya di sofa sambil menonton televisi. Tubuh Izma lemah, walaupun Dokter kandungan sudah mengatakan dia sehat, tetapi tubuhnya masih lemah dan tidak sekuat wanita lainnya. Tiba-tiba saja dari bel berbunyi dan Izma begitu senang karena dikira itu adalah suaminya. Izma dengan perlahan turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju ke pintu apartemen. Dia membuka pintu itu dengan hati yang se
Gadis itu benar-benar merasa sangat lemah, dia bangun dengan perlahan dari tempat tidurnya lalu dia berjalan menuju ke arah pintu apartemennya. Dia sangat berharap bahwa yang datang adalah sahabatnya, ataupun siapa itu yang bisa membantu dia saat dia sedang sakit seperti ini.Klik.Pintu apartemen pun terbuka. Terlihat seorang pria tampan gagah dan berkulit putih tersenyum menatapnya. Ternyata dia adalah sang suami yang sangat Izma rindukan."Kamu Kenapa baru datang?" Wanita itu merengek dengan tangisan yang meledak, dia begitu senang dan haru, ketika sang suami ternyata pulang ke apartemennya, dengan segera Azam memeluk sang istri dengan penuh kasih sayang. Azam lalu menggendong sang istri dan merebahkan dirinya di tempat tidur. Azam begitu terkejut melihat istrinya begitu kurus dan pucat. Izma benar-benar terlihat begitu lemah."Ada apa ini, apa kamu sakit sayang?" Tanya Azam dengan penuh perhatian. Dia begitu khawatir karena melihat kondisi Izma
"Jangan berkata seperti itu terus sayang, aku masih menyayangimu. Aku tidak akan mungkin membunuhmu." Azam langsung memberikan kecupan lembut pada sang istri melumat bibir sang istri dengan penuh kasih sayang, kini hanya bisa terdiam menikmati kecupan dari sang suami.Setidaknya kecupan itu bisa membuat Aliza sedikit tenang. Pria itu memeluk sang istri dengan penuh kasih sayang. Benar-benar tidak tega melihat tubuh kurus Aliza seperti itu, dia ingin membuat adiknya bahagia, dia ingin mengembalikan tawa Aliza bagaimanapun caranya, Aliza harus kembali seperti sedia kala, Azam tidak mau melihat Aliza terpuruk seperti ini terus.Pria itu kini telah memberikan nafkah lahir dan batin kepada Aliza Aliza kini sudah tidak berdaya di bawah tubuh sang suami mereka berdua kita saling menikmati madu masing-masing telah menunaikan tugasnya menjadi seorang suami Padahal dia masih lelah karena perjalanan dari New York ke Indonesia. Tetapi hanya dengan cara itulah Azam bisa mem
"Kamu berubah Azam, semenjak kamu menikah kamu berubah jadi mengabaikan aku, untuk apa lagi aku hidup, aku bahkan sudah tidak punya apa-apa lagi, satu-satunya orang yang paling berharga bagiku adalah kamu, sekarang hatimu bahagia dengan dia, aku bisa melanjutkan hidupku, dengan terus merasa cemburu, cemburu terhadap kalian, pernahkah kamu merasakan rasa sakitku, pasti kamu tidak tahu bagaimana rasanya sakit karena cemburu, aku tidak iklas kalian menikah." Aliza kembali meneteskan air matanya dia benar-benar tersakiti dengan tindakan Azam.dia tidak mau berbagi suami. Setiap wanita pasti lah tidak mau berbagi dengan istri yang lain begitu pula dengan Aliza. Masa-masa indah yang bahagia kini telah sirna sudah, kehadiran Izma dalam rumah tangga mereka membuat hidupnya semakin hancur dan menderita. Tidak ada yang tidak tersakiti, semuanya tersakiti baik Izma ataupun Aliza keduanya memang sudah sangat tersakiti, dan Azam mungkin hanya bisa terdiam dengan apa yang dia lakukan.
"Azam kamu telah membunuh hidupku, menghancurkan hatiku, menghancurkan hidupku, kalian berdua telah membuat aku kehilangan bayiku, kalian berdua pembunuh bayiku, aku keguguran gara-gara kalian." Wanita itu menjerit dengan begitu kencang. Dia memegang perutnya dan meremas baju yang kini menempel pada perutnya,dia begitu tersakiti ketika mengingat bahwa dirinya sudah tidak lagi mengandung seorang bayi.Azam terkejut mendengar ucapan dari sang istri. Dia tidak menyangka bahwa Aliza telah mengalami keguguran sudah membayangkan hal itu pasti sangat tersakiti dan menderita selama dirinya tidak ada. Azam kini menyesal telah mematikan ponselnya dan meninggalkan Aliza dalam putus asa."Sayang apa yang kamu katakan? Benarkah kamu telah keguguran?" Azam berkata dengan tubuh yang bergetar, dia tidak menyangka bahwa dia akan kehilangan buah hatinya dan melihat kondisi Aliza yang terpuruk, Azam sekarang mengerti bahwa Aliza begitu menderita pada saat dirinya pergi.Azam begit
"Dari pada bingung, sebaiknya kita mandi yuk!" ajak Azam sambil menggendong sang istri langsung menuju kamar mandi. izma sendiri merasa terkejut ketika sang suami menggendong tubuhnya menuju kamar mandi. Pagi itu akhirnya mereka menghabiskan waktunya di kamar mandi. Mereka bercinta di dalam bathtup.Lagi-lagi Azam membuat Izma mendesah begitu kuat begitu pula dengan dirinya, dia mengerang begitu hebat ketika menikmati suasana romantis tersebut. Azam tidak bosan meneguk madu di dalam tubuh sang istri. Karena Azam sendiri tahu bahwa istrinya itu kini sudah menjadi candu untuknya. Waktu berlalu tanpa terasa 3 hari pun tiba. Azam telah menghabiskan waktunya di New York bersama Izma.Izma begitu Sedih ketika Azam hendak pulang ke Indonesia. Izma mengantarkan sang suami berangkat ke bandara. Dia mengelus sang istri lalu mengecupnya dengan begitu lembut."Tunggu aku pulang ya sayang. Bulan depan aku akan kembali ke sini." Bisim Azam dengan mesra sedang Izma  
Harapanku pun sangat besar untuk mereka berdua tidak jarang orang lain berpoligami. Sebagai suami aku ingin memiliki istri yang akur. Banyak orang yang berpoligami, dan bukan cuma aku. Aku pun akan berbuat seperti itu. Aku berharap Aliza dan Izma bisa akur seperti orang lain pada umumnya. Aku lihat bahkan ada pria yang menikah dengan 4 perempuan dan mereka baik-baik saja. Aku berharap Aliza dan Izma semua akan baik-baik saja.Aku hanya harus lebih belajar lagi soal keadilan. Aku harus belajar dengan apa yang namanya bersikap adil. Mungkin aku akan sedikit egois ketika bersama Izma, aku akan memanjakan dia sepuas hatiku dan sepuas hatinya. Dan ketika aku bersama Liza aku pun akan berusaha membuat dirinya bahagia tanpa ada sedikitpun rasa cemburu.Aku akan membahagiakan mereka berdua ketika mereka berdua berada di dalam pelukanku. Aku berharap untuk kedepannya aku akan bisa membagi waktu untuk kedua istriku dengan adil. Aku benar-benar harus membawa Izma pulang, aku haru
Azam sudah menentukan sebuah pilihan bahwa dia akan tetap berpoligami dan akan membagi waktunya dengan adil kepada sang istri. Azam akan membujuk istri yang sedang merajuk, setiap istri yang merajuk akan dibujuk dengan baik. Seperti halnya Azam yang kini sedang menenangkan Izma.Pada saat ini memang hati Azam telah condong untuk Izma. Tetapi entah apa yang terjadi jika sampai Azam pulang dan tahu bahwa Aliza sudah keguguran. Apakah Azam akan terus seperti ini. Bersama dengan Izma terus-menerus atau bahkan mungkin menemani Aliza yang sedang bersedih.Entahlah Apa yang akan terjadi pada Azzam Selanjutnya Azam memang begitu egois tidak mau melepaskan salah satu istrinya.Muhammad azam Pov.Pagi itu aku akan segera pulang ke Indonesia. Aku tidak menyangka bahwa perpisahan seperti ini membuat hatiku itu sakit, aku benar-benar tidak tega melihat istri mudaku menangis seperti itu, jujur ku akui aku sudah sangat jatuh cinta kepada wanita ini, wanita yang be
"Sayang jangan berkata seperti itu lagi, aku sudah memantapkan hatiku mencintaimu, Aku tidak seperti itu, untuk sekarang aku tidak mungkin menceraikan Alisa, karena dia telah mengandung bayi kami." Azzam memeluk Izma dengan penuh kelembutan. Dia ingin menenangkan sang kekasih hati sebelum dia kembali ke Indonesia."Kalau kamu sudah memiliki bayi lain dari istri yang lain, untuk apa kamu meminta bayi kepadaku, kamu hanya akan membuat aku tambah tersakiti dengan melahirkan anakmu.""Karena aku akan sangat bahagia jika bisa memiliki bayi bersamamu, seseorang makhluk kecil memanggil ku dengan sebutan Papi. Memanggilmu dengan sebutan Mami. Seorang yang sangat mirip dengan kita berdua. Apa kamu tidak menginginkan hal itu, hidup kita akan terasa tenang dengan kehadiran seorang bayi di samping kita," tutur Azam sambil meluk Izma dengan posesif. Tidak henti pria itu mengelus lembut rambut sang kekasih, lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang."Cukuplah Azam. Pe