Warning 21
Mengandung adegan dewasa, bijaklah dalam membaca.
???
"Nikmat bukan?" bisik Azam menyeringai puas karena sudah membuat istrinya klimaks. Lalu Azam membuka boxernya dan melemparnya sembarang. Izma tersentak. Matanya membulat ketika dia melihat senjatanya Azam berdiri kokoh siap untuk menembak.
Izma menutup kakinya dan mencoba bangun. Namun Azam langsung memeluk Izma dan mengecup bibir Izma dengan penuh kelembutan. Ciuman yang begitu mesra dan semanis gula. Bahkan saat itu Izma tidak membalas ciuman Azam. Izma mengigit bibir Azam.
"Ah." Azam berteriak. Azam menatap Izma lalu tersenyum kembali.
"Istriku galak!" ucap Azam tersenyum devil.
"Jangan lakukan itu Azam, kamu sudah berjanji tidak akan menyentuhku sebelum aku selesai kuliah?" pekik Izma mulai ketakutan.
Azam terus mendekati Izma.
"Kamu sendiri yang mengatakan, tetapi aku tidak mengatakan apa pun saat itu, apa kamu lupa, Sayang?" Azam berkata l
Aliza sudah berada di Rumah Sakit. Dokter mengatakan bahwa dirinya telah keguguran. Aliza begitu sedih karena dia lagi-lagi kehilangan buah hatinya. Janinnya yang berusia 5 Minggu bahkan kini sudah tidak ada lagi. Aliza akan segera dilakukan tindakan kuretase oleh Dokter kandungan.Aliza terus menangis tanpa henti. Dia bahkan tidak bisa menghubungi Azam sudah sehari semalam. Azam memang sengaja mematikan ponselnya. Karena Aliza pasti akan menggangunya ketika dia bersama Izma. Azam juga tidak mau melukai hati Izma lagi karena ucapan Aliza yang tajam. Karena itu Azam memutuskan untuk mematikan ponselnya."Sayang, kamu sedang apa, kenapa ponselmu mati?" Aliza terus mengisak dengan tangisan lirihnya. Aliza mengira Azam pasti sedang bersama dengan Izma. Aliza begitu murka. Aliza marah dia menangis begitu kuat. Aliza ingin sekali mengusul Azam ke New York. Namun kondisinya sekarang bahkan tidak memungkinkan.Aliza begitu lemah. Dan sebentar lagi dia akan di kure
Izma menangis kesakitan ketika pipi manisnya telah Azam tampar dengan keras."Aku benci kamu brengsek, pergi kamu dari sini, kamu datang hanya untuk menyakitiku saja!" Teriak Izma dengan jeritannya. Azam merasa sangat menyesal karena telah membuat Izma kesakitan"Sa-sayang, Izma sayang, tolong maafkan aku, aku hanya kelepasan!" Ucap Azam merengkuh tubuh sang istri dengan lembut. Namun Izma dengan segera mendorong Azam dengan keras. Izma merasa sangat sakit ketika Azam menamparnya. Bukan rasa sakit pada pipinya. Tetapi sebuah rasa sakit pada hatinya.Izma merasa Azam terlalu menindasnya. Azam membuatnya bekerja lembur semalaman dan kini Azam mengakhirinya dengan sebuah tamparan. Izma merasa batinnya bergejolak. dia semakin benci terhadap Azam jika Azam bersikap seperti itu."Sayang, maafkan aku!" Azam kembali memeluk tubuh Izma yang masih berbalut selimut karena memang mereka masih belum mengenakan sehelai baju pun."Jangan sentuh aku, jangan sentuh
"Sayang punya PS tidak?" tanya Azam."Ada," Izma beranjak dan mengambil PS yang dia simpan di lemari."Punya siapa?" sahut Azam."Punya Rico.""Si Rico berengsek itu, apa sudah pernah masuk ke sini?" Azam sedikit berteriak karena kesal. Dia masih cemburu dengan pria temannya Izma itu."Tidak!" sanggah Izma sambil memasang PS-nya dan bersiap bermain."Lalu?" Azam masih dalam mode cemburunya. Dia duduk di belakang Izma. Dan menyeret tubuh Izma agar menempel kepadanya. Azam sekarang jadi lebih posesif. Dia memeluk Izma dari belakang dan mengambil stik PS tersebut."Dia meminjamkannya padaku, kenapa, cemburu?" tanya Izma dengan wajah datarnya. Dia sudah mulai memainkan PS-nya. Dan Azam juga mulai bermain."Iya!" Azam berbisik lembut tepat di telinga Izma dan diapun mengecup pipi sang istri tercintanya.(Lihat betapa mesranya mereka bermain PS)Sesaat Izma terkejut. Azam mengakui rasa cemburu
Hari sudah mulai sore. Azam seharusnya sudah bersiap untuk penerbangan terakhir. Butuh waktu lima belas jam untuk Azam bisa sampai di Indonesia. Tetapi Azam masih menempel kepada sang istri. Beberapa kali dia memfoto kebersamaan mereka berdua. Bahkan di dalam sebuah kamar mandi. Dan itu membuat Izma sedikit kesal.Izma risih karena Azam selalu mengikutinya kemanapun.Ini saat Izma nonton Tv tetapi ujung ujungnya Azam malah meluk Izma dengan erat.Dan ini saat Azam sedang memantau keadaan rumah sakit. Dia bahkan tidak mau melepaskan Izma dari pelukannya.Izma tidak bisa menolak. Azam akan menghukumnya ketika ada sebuah penolakan dari sang istri."Sudah sore Azam, apa kamu tidak mau pulang?" ucap Izma pelan. Mereka sedang melihat indahnya sore hari dari dalam kamarnya."Aku masih ingin bersamamu, sayang." Azam mengecup kening Izma dengan lembut."Aku tidak mau kamu terus disini!"&nbs
Setelah ciuman hangat Azam berikan kepada sang istri. Azam menatap Izma dengan penuh kasih sayang. Seolah Azam tidak bisa hidup jika tidak ada wanita itu di sampingnya. Izma hanya bisa terdiam menstabilkan degupan jantungnya. Azam memang selalu memberikan dia serangan dadakan. Membuat dirinya begitu berdebar.Izma menatap mata Azam yang redup. Lalu Izma menyandarkan kepalanya di bahu Azam dan Izma menutup matanya."Aku tidak mau jatuh cinta padanya, Tuhan!" Izma berkata dalam hatinya. Sambil menutup kedua matanya. Izma merasa sangat bingung dengan perasaannya. Di awali sebuah kebencian. Kini dia malah merasakan sebuah getaran yang tidak bisa dia Artikan. Apalagi Azam selalu memanjakan dia selama dua hari ini.Rasa bencinya dalam dua tahun hilang dalam dua hari. Betapa Azam pandai membuat magic untuk sang istri. Tiba-tiba saja Mobil pun berhenti di tempat yang sudah Azam janjikan. Azam dan Izma pun keluar dari taxi tersebut. Izma melihat langit sudah
Dokter Azam dan Izma kini sedang menikmati makan malam mereka. Izma tampak lahap memakan menu yang ada Azam pesan."Kamu suka makanannya?" tanya Azam sambil memperhatikan Izma yang sedang mengunyah makanannya."Lumayan.""Lumayan, apa suka?""Yang pasti aku lapar, makan saja cerewet." ucap Izma dengan mulut yang manyun.Azam terkekeh melihat sikap sang istri seperti itu. Apapun jawaban Izma dan apapun reaksi yang Izma Perlihatkan Azam selalu suka dan takjup. Wanita itu kini sudah menjadi sesuatu hal yang sangat berharga di hidupnya Azam. Azam mungkin kini sudah tidak sanggup lagi jika harus hidup terpisah dari Izma."Kenapa ponsel kamu selalu mati, Azam Bagaimana kalau Aliza ada kepentingan?" tanya Izma sambil meneguk minumannya."Aliza tidak tahu aku datang kesini, Aliza tidak tahu aku bersamamu, Aliza tahunya aku datang ke pesta profesor Daniel. Jika Aliza tahu aku sedang bersamamu di sini, maka dia akan kesini mengejar ku dan kita
JakartaHari ini Aliza pulang ke rumahnya setelah selesai tindakan kuretase. Wajahnya begitu pucat karena dia begitu kehilangan banyak darah saat kemarin dia keguguran. Proses kuretase tidak sesakit yang dibayangkan, tetapi hatinya yang teramat sakit lebih dari apapun.Aliza kini duduk di dalam kamarnya dan dia melihat ke sekeliling kamar yang sepi. Wanita itu begitu pedih dan pilu merasakan kesakitan dalam hatinya ketika sudah 4 hari ini sang suami tidak memberikannya kabar. Saat dirinya berjuang untuk mempertahankan buah hatinya sang suami malah menghilang dan mematikan ponselnya.Aliza tersadar bahwa memang Azam sekarang sedang bersama istri mudanya. Tangannya mengepal sangat kuat dia begitu kesal dan begitu marah kepada perempuan yang bernama Izma Sania. Perempuan yang telah merebut suaminya dan membuat hidupnya menjadi hancur.Rumah tangganya yang dibangun begitu indah kini sudah tidak ada lagi keindahan, semenjak kehadirannya. Perempuan yang menurut A
Seminggu sudah Azam berada di New York city bersama Izma. Selama seminggu pria itu menghabiskan waktu bersama sang kekasih hati dengan sekuat tenaganya. Azam begitu senang bisa menikmati seminggu nya bersama sang istri. Tapi kini Azam harus kembali ke Indonesia karena harus mengurus bisnis dan rumah sakit. Azam sudah berkemas dengan koper besarnya sedangkan Izma ia menatap koper itu dengan tatapan Sendu.Entah apa yang ia Izma rasakan saat ini yang pasti dia benar-benar merasa kosong ketika Azam mempersiapkan koper untuk kepulangannya. Azam melihat raut wajah Izma yang berubah ketika Azam berkemas untuk pulang. Terlihat bahwa Izma begitu Sedih ketika Azam mengatakan bahwa dia harus pulang.Izma mengatakan kalau Izma sangat membenci Azam dan selalu mengatakan bahwa Izma ingin bercerai dari Azam. Tapi kali ini hati Izma berkata bahwa Izma butuh Azam bersamanya. Apalagi dia sangat yakin kalau kali ini dia akan mengandung bayinya Azam. Karena pada saat seminggu berhubung
Sudah 2 minggu lebih Azam di New York dan itu membuat hati Aliza begitu panas dan kesal. Pada sore itu Azam pamit kepada Izma ingin menemui Dokter Daniel sebentar, karena ada hal yang harus di bicarakan mendadak. Izma pun hanya tersenyum mengangguk semua keinginan sang suami, lalu masuk ke dalam apartemennya setelah memastikan sang suami masuk ke dalam lift. Sore itu Izma benar-benar merasa tubuhnya begitu lemah tak tahu kenapa, tanpa Azam dia benar-benar merasa lelah. Padahal Azan baru saja pamit untuk pergi ke rumah Profesor Daniel sebentar saja. Izma kini hanya bisa merebahkan tubuhnya di sofa sambil menonton televisi. Tubuh Izma lemah, walaupun Dokter kandungan sudah mengatakan dia sehat, tetapi tubuhnya masih lemah dan tidak sekuat wanita lainnya. Tiba-tiba saja dari bel berbunyi dan Izma begitu senang karena dikira itu adalah suaminya. Izma dengan perlahan turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju ke pintu apartemen. Dia membuka pintu itu dengan hati yang se
Gadis itu benar-benar merasa sangat lemah, dia bangun dengan perlahan dari tempat tidurnya lalu dia berjalan menuju ke arah pintu apartemennya. Dia sangat berharap bahwa yang datang adalah sahabatnya, ataupun siapa itu yang bisa membantu dia saat dia sedang sakit seperti ini.Klik.Pintu apartemen pun terbuka. Terlihat seorang pria tampan gagah dan berkulit putih tersenyum menatapnya. Ternyata dia adalah sang suami yang sangat Izma rindukan."Kamu Kenapa baru datang?" Wanita itu merengek dengan tangisan yang meledak, dia begitu senang dan haru, ketika sang suami ternyata pulang ke apartemennya, dengan segera Azam memeluk sang istri dengan penuh kasih sayang. Azam lalu menggendong sang istri dan merebahkan dirinya di tempat tidur. Azam begitu terkejut melihat istrinya begitu kurus dan pucat. Izma benar-benar terlihat begitu lemah."Ada apa ini, apa kamu sakit sayang?" Tanya Azam dengan penuh perhatian. Dia begitu khawatir karena melihat kondisi Izma
"Jangan berkata seperti itu terus sayang, aku masih menyayangimu. Aku tidak akan mungkin membunuhmu." Azam langsung memberikan kecupan lembut pada sang istri melumat bibir sang istri dengan penuh kasih sayang, kini hanya bisa terdiam menikmati kecupan dari sang suami.Setidaknya kecupan itu bisa membuat Aliza sedikit tenang. Pria itu memeluk sang istri dengan penuh kasih sayang. Benar-benar tidak tega melihat tubuh kurus Aliza seperti itu, dia ingin membuat adiknya bahagia, dia ingin mengembalikan tawa Aliza bagaimanapun caranya, Aliza harus kembali seperti sedia kala, Azam tidak mau melihat Aliza terpuruk seperti ini terus.Pria itu kini telah memberikan nafkah lahir dan batin kepada Aliza Aliza kini sudah tidak berdaya di bawah tubuh sang suami mereka berdua kita saling menikmati madu masing-masing telah menunaikan tugasnya menjadi seorang suami Padahal dia masih lelah karena perjalanan dari New York ke Indonesia. Tetapi hanya dengan cara itulah Azam bisa mem
"Kamu berubah Azam, semenjak kamu menikah kamu berubah jadi mengabaikan aku, untuk apa lagi aku hidup, aku bahkan sudah tidak punya apa-apa lagi, satu-satunya orang yang paling berharga bagiku adalah kamu, sekarang hatimu bahagia dengan dia, aku bisa melanjutkan hidupku, dengan terus merasa cemburu, cemburu terhadap kalian, pernahkah kamu merasakan rasa sakitku, pasti kamu tidak tahu bagaimana rasanya sakit karena cemburu, aku tidak iklas kalian menikah." Aliza kembali meneteskan air matanya dia benar-benar tersakiti dengan tindakan Azam.dia tidak mau berbagi suami. Setiap wanita pasti lah tidak mau berbagi dengan istri yang lain begitu pula dengan Aliza. Masa-masa indah yang bahagia kini telah sirna sudah, kehadiran Izma dalam rumah tangga mereka membuat hidupnya semakin hancur dan menderita. Tidak ada yang tidak tersakiti, semuanya tersakiti baik Izma ataupun Aliza keduanya memang sudah sangat tersakiti, dan Azam mungkin hanya bisa terdiam dengan apa yang dia lakukan.
"Azam kamu telah membunuh hidupku, menghancurkan hatiku, menghancurkan hidupku, kalian berdua telah membuat aku kehilangan bayiku, kalian berdua pembunuh bayiku, aku keguguran gara-gara kalian." Wanita itu menjerit dengan begitu kencang. Dia memegang perutnya dan meremas baju yang kini menempel pada perutnya,dia begitu tersakiti ketika mengingat bahwa dirinya sudah tidak lagi mengandung seorang bayi.Azam terkejut mendengar ucapan dari sang istri. Dia tidak menyangka bahwa Aliza telah mengalami keguguran sudah membayangkan hal itu pasti sangat tersakiti dan menderita selama dirinya tidak ada. Azam kini menyesal telah mematikan ponselnya dan meninggalkan Aliza dalam putus asa."Sayang apa yang kamu katakan? Benarkah kamu telah keguguran?" Azam berkata dengan tubuh yang bergetar, dia tidak menyangka bahwa dia akan kehilangan buah hatinya dan melihat kondisi Aliza yang terpuruk, Azam sekarang mengerti bahwa Aliza begitu menderita pada saat dirinya pergi.Azam begit
"Dari pada bingung, sebaiknya kita mandi yuk!" ajak Azam sambil menggendong sang istri langsung menuju kamar mandi. izma sendiri merasa terkejut ketika sang suami menggendong tubuhnya menuju kamar mandi. Pagi itu akhirnya mereka menghabiskan waktunya di kamar mandi. Mereka bercinta di dalam bathtup.Lagi-lagi Azam membuat Izma mendesah begitu kuat begitu pula dengan dirinya, dia mengerang begitu hebat ketika menikmati suasana romantis tersebut. Azam tidak bosan meneguk madu di dalam tubuh sang istri. Karena Azam sendiri tahu bahwa istrinya itu kini sudah menjadi candu untuknya. Waktu berlalu tanpa terasa 3 hari pun tiba. Azam telah menghabiskan waktunya di New York bersama Izma.Izma begitu Sedih ketika Azam hendak pulang ke Indonesia. Izma mengantarkan sang suami berangkat ke bandara. Dia mengelus sang istri lalu mengecupnya dengan begitu lembut."Tunggu aku pulang ya sayang. Bulan depan aku akan kembali ke sini." Bisim Azam dengan mesra sedang Izma  
Harapanku pun sangat besar untuk mereka berdua tidak jarang orang lain berpoligami. Sebagai suami aku ingin memiliki istri yang akur. Banyak orang yang berpoligami, dan bukan cuma aku. Aku pun akan berbuat seperti itu. Aku berharap Aliza dan Izma bisa akur seperti orang lain pada umumnya. Aku lihat bahkan ada pria yang menikah dengan 4 perempuan dan mereka baik-baik saja. Aku berharap Aliza dan Izma semua akan baik-baik saja.Aku hanya harus lebih belajar lagi soal keadilan. Aku harus belajar dengan apa yang namanya bersikap adil. Mungkin aku akan sedikit egois ketika bersama Izma, aku akan memanjakan dia sepuas hatiku dan sepuas hatinya. Dan ketika aku bersama Liza aku pun akan berusaha membuat dirinya bahagia tanpa ada sedikitpun rasa cemburu.Aku akan membahagiakan mereka berdua ketika mereka berdua berada di dalam pelukanku. Aku berharap untuk kedepannya aku akan bisa membagi waktu untuk kedua istriku dengan adil. Aku benar-benar harus membawa Izma pulang, aku haru
Azam sudah menentukan sebuah pilihan bahwa dia akan tetap berpoligami dan akan membagi waktunya dengan adil kepada sang istri. Azam akan membujuk istri yang sedang merajuk, setiap istri yang merajuk akan dibujuk dengan baik. Seperti halnya Azam yang kini sedang menenangkan Izma.Pada saat ini memang hati Azam telah condong untuk Izma. Tetapi entah apa yang terjadi jika sampai Azam pulang dan tahu bahwa Aliza sudah keguguran. Apakah Azam akan terus seperti ini. Bersama dengan Izma terus-menerus atau bahkan mungkin menemani Aliza yang sedang bersedih.Entahlah Apa yang akan terjadi pada Azzam Selanjutnya Azam memang begitu egois tidak mau melepaskan salah satu istrinya.Muhammad azam Pov.Pagi itu aku akan segera pulang ke Indonesia. Aku tidak menyangka bahwa perpisahan seperti ini membuat hatiku itu sakit, aku benar-benar tidak tega melihat istri mudaku menangis seperti itu, jujur ku akui aku sudah sangat jatuh cinta kepada wanita ini, wanita yang be
"Sayang jangan berkata seperti itu lagi, aku sudah memantapkan hatiku mencintaimu, Aku tidak seperti itu, untuk sekarang aku tidak mungkin menceraikan Alisa, karena dia telah mengandung bayi kami." Azzam memeluk Izma dengan penuh kelembutan. Dia ingin menenangkan sang kekasih hati sebelum dia kembali ke Indonesia."Kalau kamu sudah memiliki bayi lain dari istri yang lain, untuk apa kamu meminta bayi kepadaku, kamu hanya akan membuat aku tambah tersakiti dengan melahirkan anakmu.""Karena aku akan sangat bahagia jika bisa memiliki bayi bersamamu, seseorang makhluk kecil memanggil ku dengan sebutan Papi. Memanggilmu dengan sebutan Mami. Seorang yang sangat mirip dengan kita berdua. Apa kamu tidak menginginkan hal itu, hidup kita akan terasa tenang dengan kehadiran seorang bayi di samping kita," tutur Azam sambil meluk Izma dengan posesif. Tidak henti pria itu mengelus lembut rambut sang kekasih, lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang."Cukuplah Azam. Pe