Mendengar permintaan Jayme, Michael masih belum memberi reaksi apa pun. hanya sesekali ia mengusap dagunya yang ditumbuhi bulu halus. Pria berkulit gelap itu tak ingin gegabah memberi keputusan tanpa mengetahu alasan sebenarnya sampai-sampai Jayme yang terkenal sangat sukarela, justru kini menarik kembali keputusannya."Sampel itu sudah tiga tahun berada di sini, Jay. Mengapa kau tiba-tiba memintanya kembali? Apakah ada masalah yang tidak bisa kau ceritakan? Kau tahu, kan, kalau prosedur sekarang sudah berbeda dengan beberapa tahun lalu?"Jayme mengangguk. "Aku tahu, Mike. Aku hanya tak ingin sampel itu disalah gunakan," jawab Jayme, setengah berbisik. Ia tak ingin pegawai laboran mendengar perkataannya yang akan menimbulkan masalah baru baginya.Mendengar jawaban Jayme, Michael justru tergelak."Kau ini ... jangan bercanda seperti itu, Jay. Kau jadi terdengar seperti anak gadis yang takut hamil setelah bercinta tanpa pengaman." Michael mendekat pada rekan sejawatnya itu."Kau tahu, k
“Dammit! Jayme, apa yang kau lakukan di sana!?” hardik Jane yang terpergok pria itu. Atau sebaliknya, justru Jayme yang terpergok dan pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya.Ia mengangkat kedua tangannya ke udara, sesaat memasukkan ponsel ke dalam saku jas kerjanya.“Apa yang kau lakukan di sini, J?” Clara ikut buka suara. Wajahnya tampak pasi dan jelas terlihat bahwa ia sedang berperang dengan kecemasannya sendiri.“Bukankah seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kalian lakukan di sini?” Jayme mendekat pada rak di mana diletakkan sampel dan lainnya yang dibutuhkan untuk proses inseminasi yang kini sedang dilakukan oleh keduanya. Atau mungkin telah selesai dilakukan.Jayme menyunggingkan senyum sinis, mengangkat salah satu botol yang telah kosong. Di sana tertera kode identitas miliknya.“Oh … tentu saja. Ia nanti akan menjadi anakku. Bukan begitu?” tanya Jayme dengan nada sarkasme, yang jelas membuat Jane maupun Clara tampak kebingungan mencari cara untuk berkeli
Zanara menatap manik Jayme yang berembun karena haru. Pria itu telah mengusahakan segalanya untuk mendapat kepercayaan wanita yang ia cintai, dan dengan banyak harapan dalam hatinya. Namun, bagaimana dengan Zanara sendiri?Apakah ia akan menjatuhkan pilihan pada pria itu?“Bisakah aku bertemu Marion? Aku janji hanya sebentar, aku sangat merindukannya,” ulang pria yang tak sabar karena tak juga mendapat jawaban dari Zanara.Zanara yang sejak tadi tak memberikan kepastian, bukan karena tak ingin Jayme menemui putrinya, melainkan karena dirinya sendiri merasakan perasaan tak terdefinisi yang kini tengah menyelimuti hatinya.Bukankah ia merindukan pria ini? Pria yang selama beberapa hari terakhir membuat dirinya tak tenang setiap malam karena tak henti bertanya-tanya ‘apakah Jayme baik-baik saja?’ atau ‘apakah Jayme bahagia bersama Clara? Mengapa ia sama sekali tidak berusaha menghubungi Zanara sekadar untuk menanyakan kabar Marion?’, dan berbagai tanya lain yang berkelebatan di rongga ke
Zanara tertegun mendengar kalimat demi kalimat yang baru saja diucapkan oleh pria di hadapannya. Menikah? Bisakah semudah itu, setelah apa yang sudah ia alami selama pernikahannya dengan Mark?Meski sebelumnya mereka adalah pasangan yang bahagia, sebelum kedatangan Bernadette mengacaukan segalanya, tetap saja pengkhianatan bukanlah hal yang patut dibenarkan.Zanara beberapa kali terlihat hendak bicara, membuka lalu mengatupkan kembali mulutnya, mencegahnya mengatakan hal yang belum ia pikirkan dengan matang. Bagaimana pun, banyak hal yang harus ia pertimbangkan ketika akan menerima lamaran Jayme. Bahkan jika ingin menolak sekali pun.Baru saja Zanara hendak menjawab apa yang dikatakan oleh Jayme, setidaknya meminta waktu untuk memikirkannya, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat ke ruangan yang pintunya sengaja mereka biarkan terbuka.“Mama … aku mendengar suara papa. Apakah papa di sini?” tanya Marion, dengan wajah yang jelas menunjukkan kalau ia baru saja bangun dari tidur
Jayme keluar dari kamar Marion, setelah menemani gadis itu tidur. Tampak kalau Marion sangat lelah, tetapi ada kebahagiaan terpancar di wajahnya yang kini tampak tersenyum dalam lelapnya.Jayme tanpa sadar mengulas senyum, mengingat bagaimana bahagianya ia sudah bisa kembali bersama Marion.Mungkin untuk saat ini, ia akan pulang ke apartemen, terlebih Gabriel masih berada di sana. Sepertinya pria itu tak rela Zanara hanya berdua dengan Jayme. Gabriel takut kalau Zanara—yang menurutnya sudah mulai menyukai Jayme, akhirnya akan melalukan hal yang tidak-tidak.Sungguh, Jayme bahkan tak berpikir sejauh Itu. Bisa bertemu Marion dan Zanara saja sudah merupakan hal paling membahagiakan baginya. Karena itu yang selama beberapa hari ini ia perjuangkan.Jayme akhirnya memilih untuk masuk ke ruang kerjanya. Menunggu sampai pria itu pulang, karena ia ingat kalau Zanara belum memberi kejelasan atas pertanyaan yang hari ini baru ia tanyakan pada wanita itu.Ia ingin sekali saja memaksa. Bukan demi
Jayme mengerjap, kala merasakan ada yang menggelitik wajahnya. Sesekali terdengar gumaman dari bibirnya, meminta apa atau siapa pun itu untuk berhenti karena ia masih ingin tidur sampai siang menjelang.Hari ini ia memutuskan untuk mengambil cuti, merayakan dan menikmati kebersamaannya dengan Marion dan Zanara. Terlebih setelah malam tadi wanita itu setuju untuk menikah dengannya.Satu pernikahan sederhana yang khidmat adalah apa yang diinginkan oleh Zanara. Wanita itu tak lagi menyukai dirinya menjadi pusat perhatian sejak tak lagi menekuni profesinya yang dulu. Ia ingin segalanya sederhana dan hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu.Jayme sesungguhnya bersemangat karena mulai hari ini ia dan Zanara akan mempersiapkan semuanya. Namun, matanya sejak tadi masih terasa sulit diajak berkompromi. Bahkan ketika Marion makin gencar mengusik tidurnya, ia tak juga terjaga.“Hmm ... siapa ini yang berani mengganggu monster Jayme yang sedang tidur?” goda Jayme, yang tahu tingkah gadis kecil k
Perasaan Jayme tiba-tiba tak tenang. Seolah ada masalah yang mengimpit dadanya hingga terasa sesak. Pikirannya berkelana pada Zanara, bagaimana malam tadi ia dengan mudahnya mengangguk sebagai tanda ia menerima lamaran Jayme.Oh, benar!Jayme bahkan belum menyiapkan lamaran yang indah untuk Zanara. Terlepas dari rencana mereka menikah hanya sebagai bukti kuat bahwa Marion berada dalam pengawasan dan kesejahteraan yang baik, tetap saja Zanara pantas mendapatkan hal istimewa.Ia pantas mendapat cinta yang tak terhingga di muka bumi ini.Jayme menyiapkan segalanya, bahkan cincin pemberian ibunya yang telah diberikan wanita itu sejak lama. Ia memang berniat memberikan pada Zanara sejak dulu, tetapi wanita itu terlalu sulit untuk diraih.Kini saat dewi cinta berpihak padanya, Jayme ingin sekali melakukan hal-hal istimewa, memberikan kenangan lamaran dan pernikahan yang indah yang tak akan pernah bisa dilupakan oleh wanita itu.Siapa tahu dengan kenangan lamaran dan pernikahan yang indah, a
“Tunggu! Bagaimana kau bisa tahu bahwa mobil itu remnya tidak berfungsi? Apakah lagi-lagi kau menghubunginya dan Zanara mengatakan itu? Aku yang sejak tadi datang dan sudah meminta salah satu sahabatku, bahkan belum tahu apa penyebab kecelakaan itu,” ucap Jayme.Wajah Gabriel memucat seketika. Keringat dingin mulai menetes di kulit kepalanya. Terlebih tatapan intens yang ditujukan Jayme padanya, seolah tengah mengintimidasi Gabriel yang kini tengah menjinakkan degup jantungnya sendiri.Ia cemas, tentu saja. Ia melakukan ini bukan untuk mencelakakan Zanara. Namun, nasib lagi-lagi bersikap kejam pada wanita itu.Kalaupun Jayme yang mengendarai mobil dan tewas, maka sekali lagi Zanara akan merasakan penderitaan, dan itu tak pernah terpikirkan oleh Gabriel.Egoisme yang besar untuk memiliki, hanya itu yang kini mendominasi dan bercokol di jantungnya.“Apakah kau sedang menuduhku, Dokter Demir?” tanya Gabriel, tak biarkan Jayme melihat perubahan rautnya beberapa detik sebelumnya.Ia kini ha
Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya
Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida
Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini
Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A
“Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e
Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di
Jayme baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ‘tritmen’ spesial bersama Zanara. Tak lama berselang, terdengar suara ketukan di pintu, yang tentu saja tak perlu lama menunggu, Jayme sudah menyambut siapa pun tamu yang datang mengunjungi mereka.Tak mungkin sebotol sampanye, karena ia tak memesan apa pun. Namun, yang ia pikirkan mustahil, justru terjadi. Seorang pegawai hotel datang dengan troli berisi makanan dan sebotol wine.“Maaf, apakah benar ini kamar Tuan Demir?” tanya pegawai hotel tersebut dengan bahasa Inggris yang fasih.“Ya, benar.”“Ini ada pesanan sajian makan malam dan sebotol wine untuk Tuan dan Nyonya Demir.”Jayme terdiam sejenak, bertanya pada pegawai tersebut, siapa yang memesan makan malam spesial untuk mereka. Namun, pria itu mengatakan bahwa tak disebutkan siapa pengirimnya.Jayme hendak menolak, tetapi bersamaan dengan Zanara yang keluar dari kamar mandi dan mengetahui sang suami yang tengah berbincang dengan seseorang di luar.Zanara menghampiri
“Ada satu hal yang kubingungkan darimu, Zee. Mengapa kau begitu ingin tahu mengenai pria, yang dari namanya saja sudah jelas kalau ia adalah orang lain? Tidakkah itu akan membuang waktumu?” tanya pria yang tengah bicara dengannya di seberang. “Nikmati saja bulan madumu dengan Jayme, Zee.”Zanara menghela napas, menoleh sebentar ke arah kamar Kenneth, sejenak, kemudian kembali memutar tubuhnya kembali ke posisi semula.“Bagaimana lagi? Kau tahu, kan bagaimana jahatnya ia? Kau sudah pernah merasakan juga, dia adalah psikopat,” ucap Zanara, setengah berbisik. “Dan kita tak pernah tahu apa tujuan pria itu mendekati Jayme dan aku.”Pria di seberang mengangguk, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Zanara yang tengah didera kegundahan.Wajar saja, karena dulu Brandon-lah yang menyekapnya dan menghajar Mark hingga babak belur hanya demi sebuah obsesi. Jika memang semua yang ia lakukan adalah demi memiliki Zanara, mengapa ia memutuskan pertunangan begitu saja, dulu?“Sudahlah, Mark ...
Jayme dan Zanara tengah menikmati semilir angin di pantai Lido, keduanya berjemur sebagaimana layaknya turis asing lain yang melakukan hal sama.Suasana di tempat mereka berada tidak terlalu ramai, karena musim gugur baru saja tiba. Langit tidak terlalu cerah, bahkan justru tampak mendung. Namun, baik Jayme maupun Zanara tak terganggu akan cuaca apa pun. Mereka duduk dan berbincang seolah tak akan pernah habis pembahasan mereka mengenai banyak hal.Wajar saja, meski mereka telah bersama selama lebih dari tiga tahun, tetapi itu hanya kebersamaan tanpa status yang tak mungkin bagi Jayme untuk mengorek banyak hal tentang wanita itu, pun sebaliknya.Zanara bahkan tidak tertarik akan kehidupan Jayme sebelumnya. Mengenai kehidupan pribadinya, keluarganya, terlebih kehidupan asmara pria itu.Untuk bagian itu, Jayme memilih untuk tidak membahasnya dengan Zanara. Tak ada yang menarik bagi pria itu mengenai kehidupan cintanya selain dengan wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.Sementara