Share

Chapt 4: Lost

Penulis: Kennie Re
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zanara membulatkan maniknya saat mendengar salam sapaan yang diucapkan oleh pria di seberang sana. Ia segera mengakhiri panggilan dan memeriksa ponselnya dan memblokir semua nomor tanpa nama secara liar. Semua nomor baru yang terus menghubunginya sudah diblokir oleh Jayme. Namun, mengapa ...?

Ia kemudian berlari ke arah kamar Marion, didera ketakutan kalau-kalau gadis kecilnya itu merasakan kehadiran ayahnya.

Tidak! Zanara tak akan membiarkan Mark datang dan menemukannya. Ia tak akan membiarkan pria itu mengusik ketenangan hidupnya bersama Marion.

Mereka berdua sudah cukup bahagia meski hanya menikmati segalanya berdua tanpa sosok lelaki yang mendampingi, tanpa sosok ayah untuk putrinya, mereka tetap bahagia.

Kehadiran Jayme, meski mungkin menyebalkan bagi Zanara, tetapi setidaknya tidak bagi Marion. Dan meski zanara tak menyukai kunjungan dari pria itu, tetapi ia tak menampik kenyataan bahwa kehadiran lelaki di kehidupan mereka menerbitkan rasa aman.

Zanara mendekat pada putrinya yang masih lelap, mendekapnya seolah ia akan kehilangan Marion jika melepaskan pelukannya. Ia mengecupi pipi dan kepala putri kecilnya itu.

Dan pagi harinya, Zanara memutuskan untuk menutup tokonya sementara. Ia tak ingin meninggalkan Marion di rumah, tetapi juga tak mungkin membawanya bekerja. Banyak hal yang menjadikan dilema itu makin menjadi.

Jika ia meninggalkan Marion, bagaimana kalauMark lantas datang dan mengambil Marion darinya? Namun, hal lain yang membuatnya bingung adalah Jayme yang akan terus menjadikan Marion sebagai alasan dirinya untuk datang menemui Zanara di toko.

Melika bahkan merasa bingung saat melihat Zanara masih berada di rumah.

"Nyonya Miller, apakah kau tidak jadi pergi bekerja?" tanya gadis itu pada Zanara yang kini tengah duduk di sofa sambil mengurut kening. Wanita itu menggeleng.

"Tidak, Melika. Kepalaku tiba-tiba pening sejak semalam."

"Uhm ... lalu apakah aku perlu kembali pulang saja atau—"

"Tidak, tidak. Aku tetap membutuhkan bantuanmu di sini. Mungkin nanti aku harus berbelanja, dan aku ingin kau ikut denganku. Sekarang kau bisa membantu untuk menjaga Marion sebentar. Aku akan beristirahat di kamarku. Thanks, Melika."

Zanara kemudian masuk ke kamarnya, tetapi ia tak bisa terpejam. Ia bangkit kembali, kemudian mengambil sweaternya dan mengenakannya asal.

Setelah berpamitan pada Melika dan Marion, ia pergi sebentar untuk memeriksa kondisi toko. Ia harus memasang pemberitahuan bahwa tokonya sedang libur hari ini.

Namun, baru saja memarkir mobilnya di sisi jalan yang tak jauh dari toko, Zanara melihat sosok yang sangat ia kenali, bahkan yang selalu ia rindukan meski seringkali ia tepis.

Zanara tak ingin berharap banyak dari apa yang ia terima hingga hari ini. Bisa menjalani hidup yang tenang bersama Marion adalah berkat yang luar biasa baginya.

Dan kini, setelah segalanya berjalan baik-baik saja, mengapa pria itu harus kembali lagi?

Zanara membuang wajah ke arah lain, saat pria itu sepertinya menyadari kehadiran orang lain yang mengawasinya dari kejauhan.

Ia tak ingin Mark menemukannya di sini, di Turki, atau di belahan dunia mana pun. Ia ingin pria itu mengetahui dan menganggap dirinya dan Marion sudah mati.

Bukankah memang ia sudah mati?

Zanara yang lama sudah mati. Tak ada lagi Zanara yang begitu mencintai Mark yang posesif dan bahkan rela menyerahkan segalanya untuk pria itu.

Zanara yang saat ini berada di mobil, mengawasi dan memastikan Mark tak akan menemuinya dan Marion adalah Zanara dengan versi lain, yang tak akan pernah bisa ia miliki bahkan sekedar menemuinya. Tak akan pernah.

***

Zanara membuka pintu tergesa. Mencari Melika dan Marion yang tak tampak keberadaannya di apartemen mereka. Panik dan cemas, itu yang sekarang tergambar di benak Zanara.

Ia harus membawa Marion pergi dari apartemennya, setidaknya menjauh dari Bursa untuk beberapa lama.

Ia harus memastikan putrinya tak akan pernah bertemu dengan Mark sama sekali.

"Marion!!!"

Zanara berkali-kali memanggil putrinya itu, tetapi tak ada sahutan dari mana pun. Ia menilik balkon, kamar, bahkan di dapur, tempat favorit Marion. Namun, tak menemukannya di sana. Tubuhnya sudah bergetar hebat.

Bagaimana jika Mark berhasil menemukan keberadaan mereka? Bagaimana jika ia tiba lebih dulu di sini lalu membawa Marion pergi?

Berbagai kemelut tengah menyergapnya saat ini.

"Melika!!! Marion!!!"

Masih juga tak ada tanda kehadiran mereka. Jika mereka bermain di taman, mengapa Zanara tak melihat siapa pun saat melewati tempat itu tadi?

Memang, Marion biasa mengajaknya bermain di taman yang lokasinya tak jauh dari gedung apartemen mereka, tetapi Zanara tak menemukan anak-anak bermain di sana kecuali hanya beberapa petugas taman yang tengah melakukan perawatan.

"Di mana kalian?" Zanara mulai tak mampu menahan air matanya yang mulai meleleh.

Ia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor salah seorang pengelola apartemen yang tinggalnya beberapa lantai di bawah. Tak lama menunggu, suara wanita paruh baya menyapanya di seberang.

"Halo, sayang. Apakah ada yang bisa kubantu?"

"Nyonya Yilmas, apakah Melika dan Marion ada di tempatmu?" tanya Zanara, berusaha mengendalikan napasnya agar wanita yang bicara dengannya tidak ikut panik, andaikan ternyata Marion tidak berada di sana.

"Tidak, sayang. Kupikir ia ikut denganmu ke toko. Apakah kau tidak bekerja?" tanya wanita itu. Namun, pertanyaan Emine Yilmas seolah tak terdengar lagi, karena pikiran Zanara yang berkelana dengan liarnya.

"Zanara? Apakah kau masih di sana? Apakah ada masalah?"

"Nyonya Yilmas, jika Marion datang ke sana, kumohon jaga mereka. Aku akan ceritakan nanti. Terima kasih sebelumnya."

Zanara segera mengakhiri panggilan, kemudian kembali mencari putri dan pengasuhnya. Kali ini, ia menuju gerai es krim yang berada di ujung jalan, salah satu tempat yang juga disukai Marion. Dan nihil.

Zanara menepikan mobilnya. Tangannya sudah bergetar hebat dan tak mampu ia kendalikan. Terlebih air matanya yang kini mulai mengalir deras di sudut matanya. Hal semacam ini tak pernah terjadi sebelumnya, karena Melika pun selalu mengabari setiap kali mengajak Marion bepergian.

Kali ini, nomor Melika tak bisa dihubungi dan sama sekali tak ada kabar dari gadis itu. Wajar saja jika Zanara panik bukan kepalang. Terlebih setelah apa yang disampaikan oleh Shienna, lalu telepon dari Mark yang mendukung kekhawatirannya yang kini bagaikan bola salju.

Sebuah panggilan mengejutkan Zanara yang tak sadar tepekur sendiri. Panggilan rutin dari Shienna yang mungkin datang di saat yang kurang tepat.

Namun, pada akhirnya ia menerimanya juga, karena kini Zanara membutuhkan seseorang yang mau mendengar keluh kesahnya.

"Shie ... apakah kau meberitahukan nomorku pada pria itu!?" serang Zanara tiba-tiba, saat Shienna baru saja hendak menyapa dengan salam terhangat.

"Whoa ... easy, girl! Aku tak pernah memberikan informasi apa pun padanya, sumpah! Memangnya kenapa? Apakah ada masalah?"

Zanara tak segera menjawab pertanyaan Shienna. Ia menyugar rambutnya dengan kasar.

"Pria itu ... kemarin ia menghubungiku. Dan hari ini entah siapa yang memberikan informasi, ia ada di sini, Shie. Ia datang ke toko dan mengetuk berkali-kali. Aku melihatnya sendiri."

"Oke, pelan-pelan. Aku sedang berusaha menyimak. Lalu, apa yang membuatmu sepanik ini? Aku bisa tahu dari mendengar suaramu—apakah semua baik-baik saja?"

Isak Zanara mulai terdengar. "Tidak. Ini buruk, Shie, sungguh. Marion tak ada di mana pun dan aku sangat cemas. Bagaimana jika ia ... Shie, katakan, apa yang harus kulakukan?"

Bab terkait

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 5: The Pain is Back

    "Shie ... apa yang harus kulakukan sekarang?" Zanara tak ingat sejak kapan ia mulai sering dilanda kecemasan. Ia jadi sering menggigiti jemarinya terkadang hingga berdarah, dan baru menyadarinya saat tangannya mulai terasa perih."Jayme. Coba hubungi Jayme, siapa tahu ia bisa membantu."Zanara membulatkan maniknya. "Apa? Tidak! Aku tak akan pernah menghubunginya untuk meminta apa pun! Aku tidak mau ia mengambil kesempatan dari ini semua.""Zee, untuk sekali ini saja coba tekan egomu. Lupakan apa pun yang tengah kau rasakan pada Jayme atau pria mana pun. Nyatanya kau membutuhkan bantuan mereka. Kau butuh bantuan, kau bukan wonderwoman, okay?"Zanara masih bergeming. Tak ingin mengiyakan begitu saja, karena benar apa yang dikatakan oleh Shienna, egonya memaksa untuk menang saat ini. Entah dengan tujuan apa, tetapi Zanara sama sekali tak ingin mengalah.Ia tak ingin pria itu berpikir bahwa dirinya lemah hingga membutuhkan bantuan pria itu. Ia sudah membuktikan sendiri bahwa nyatanya hingg

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 6: Double Trouble

    Mendengar suara bariton berat yang dulu sempat sangat menghibur pendengarannya, Zanara mematung. Berharap bahwa apa yang terjadi saat ini hanyalah mimpi, ia ingin agar bisa terbangun segera jika memang pria yang berdiri di balik punggungnya adalah benar pria itu.Tubuhnya bergetar hebat, tak ingin sampai bertemu mata dengan pria itu. Bukan takut hatinya akan lemah, melainkan tak ingin. Ia benci jika harus menatap pria itu lagi. Ia tak ingin bayang-bayang perselingkuhan Mark kembali bermain nakal di rongga kepalanya.Namun, sial!Ia bahkan tak mampu menggerakkan kedua kakinya untuk melarikan diri dari tempat itu. Jayme. Di mana pria itu? Apakah ia sudah pergi? Ataukah masih berdiri di tempat yang sama dan menanti kelanjutan cerita yang tengah dimainkan di depan matanya?Setelah bersusah payah menelan jantungnya yang nyaris mencelus, Zanara pada akhirnya memutar tubuh. Sorot mata yang semula penuh kepanikan, kini berubah tegar seketika, seiring bertemunya dua manik dari kejauhan.Benar,

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 7: Mencari Kepastian

    Jayme sudah berdiri di depan pintu dengan sebuket bunga di tangannya, ia ulurkan pada Zanara. Tak ada maksud apa pun, tidak juga demi merayu wanita itu agar lebih memilih dirinya ketimbang kembali pada mantan suaminya. Sungguh semua itu murni untuk menghibur.Namun, niat baiknya sepertinya tak mendapat sambutan baik. Seperti biasa, Zanara dengan tanpa ekspresi menyambut dan menanyakan tujuan Jayme datang ke apartemennya."Apa tujuanmu datang kemari? Bukankah kau sudah puas bermain dengan Marion? Sekarang apa lagi?" desis Zanara, tajam. Namun, tetap menjaga intonasi dan volume suara agar tak didengar langsung oleh Marion."Zee ... jangan salah sangka dulu. Aku ingin bicara denganmu. Boleh?""Perkara apa? Aku sedang tak ingin membicarakan masalah yang sering kau tanyakan, tentang romansa atau apa pun itu." Wanita itu membuang wajah ke arah lain, tak ingin memandang wajah Jayme secara langsung. Bagaimana pun ia hanyalah manusia biasa, bisa saja pria itu akan memasang wajah memelas dan pad

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 8: Tak Akan Pernah Pergi

    Jayme masih mematung sesaat, memandangi wanita cantik yang wajahnya mulai memucat. Mungkin Zanara terlalu lelah seharian ini menghadapi konflik yang mendera, yang salah satunya disebabkan olehnya, tentu saja.Ia merasa bersalah, itu pasti. Namun, untuk membuat Zanara kembali tenang, pastilah bukan hal yang mudah. Dalam keadaan baik-baik saja pun ia akan bersikap ketus, terlebih kali ini."Zee, aku tahu kau tak akan pernah menganggap ini penting, tapi setidaknya izinkan aku mengatakan semua, hanya agar hidupku tenang," ucap Jayme, kemudian, setelah lama tepekur dan hanya memandangi Zanara serta menghibur penglihatannya dengan cara mengagumi sosok indah itu.Hanya mencuri pandang sesekali saja, karena jika Zanara tahu kalau Jayme memerhatikan sedetail itu, wanita itu pasti akan kesal dan itu jelas akan merusak suasana hatinya yang sudah memburuk."Terserah kau saja, tapi cepatlah ... aku tak ingin Marion mengetahui kehadiranmu."Mendengar kalimat itu, Jayme tentu saja merasa kecewa. Nam

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 9: Tempat Pelepasan

    Jayme masih di tempatnya, menanti Zanara buka suara. Namun, harapannya pupus kala Zanara berbalik, mengambil benda yang dibawa Jayme sebelumnya.Wanita itu menyerahkan buket bunga kembali pada pria itu."Bawa kembali benda ini, Dokter Demir. Aku tidak suka bunga, dan Marion ... kau tahu ia alergi serbuk sari. Maaf."Ah, benar! Jayme hampir saja melupakan penyakit bawaan gadis kecil yang sudah ia anggap anaknya sendiri itu. Mengapa ia bisa begitu bodoh? Dan Zanara ... memang, sejak dulu ini kebiasaannya. Wanita itu akan selalu memberikan kembali bunga yang dibawa Jayme untuknya.Bahkan semua yang diberikan Jayme pasti akan ia kembalikan."Maafkan aku, aku benar-benar lupa kalau Marion—""Tak apa, Dok. Pulanglah. Dan ...."Jayme bisa melihat ada keraguan dan kegugupan yang bercampur jadi satu pada rona wajah Zanara. Mungkin ia sejak tadi ingin mengatakan ini. Namun, entah apa yang membuatnya terlalu banyak berpikir hingga justru terkesan kebingungan bahkan bertele-tele."Terima kasih," u

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 10: Angel and Evil

    "Kau sudah mengenalku, kan? Bukankah kau tahu aku seperti apa?" balas Jayme atas pernyataan dan kalimat yang dilontarkan oleh Clara dengan tujuan untuk mengintimidasinya. "Kau sudah sangat mengenalku, kau bahkan tahu seperti apa tipe wanita idamanku.""No, Jayme. Tipemu itu hanya omong kosong. Kau tak pernah punya tipe pasti. Wanita itu hanya harus bisa memuaskanmu di ranjang saja. Itu tipemu!" tuding gadis itu, yang membuat Jayme menggeleng tak percaya tanpa ingin membalas.Hanya saja entah apa yang baru saja dimakan gadis itu hingga bersikap sangat impulsif.Jayme bangkit dan mendekat pada gadis yang ia anggap seperti adiknya sendiri, ia kemudian memandangi wajah Clara serta pupil matanya yang tampak berbeda dari biasanya.Clara berusaha menghindari tatapan Jayme dengan melempar pandangan ke arah lain."Apa yang baru saja kau makan, Cla?" tanya Jayme, sembari memerhatikan sahabatnya yang masih berusaha menghindari kontak mata dengannya.Jayme yang mulai tak sabar, akhirnya meraih pip

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 11: Stupid Mistake

    Jayme mengerjap. Sorot cahaya matahari menyeruak masuk lewat celah tirai dan mengenai maniknya yang masih terpejam, perlahan terbuka seiring kembalinya kesadaran pria itu. Namun, menemukan dirinya tak berada di kamarnya sendiri membuatnya beringsut.Terlebih saat wajahnya menoleh pada sosok yang lelap tertidur di sampingnya tanpa busana dan hanya berbalut selimut. Ia buru-buru melihat ke arah dirinya sendiri dan tersadar."SHIT!" umpatnya, sembari bergegas bangkit dan memakai pakaian sekenanya, lalu mencari keberadaan kunci mobilnya.Drama yang terjadi kemarin jelas membuatnya mendadak pikun.Ia bahkan tak ingat kalau akhirnya dirinya justru mengambil kesempatan yang ditawarkan oleh Clara untuk menginap. Runtuh sudah pertahanannya selama ini. Hancur dan sia-sia sudah perjuangannya untuk berhenti dari kebiasaan buruk itu.Setelah dua tahun lamanya berhasil mengekang iblis dalam dirinya, kini semua itu menguap lagi di permukaan hanya karena kegoyahan jiwanya.Sebelumnya Jayme tak pernah

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 12: A Past that Messes Up The Future

    Jayme berusaha mencerna apa yang sedang ia hadapi saat ini. Menghadapi drama sahabat antara dirinya dan Clara, terbangun di pagi hari dalam kondisi yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali, lalu sekarang mendengar suara pria yang menerima panggilan yang ia tujukan untuk Zanara.Apa yang terjadi dengan hidupnya kali ini? Ia sungguh merasa segalanya penuh beban sejak kehadiran Mark kembali dalam hidup Zanara. Sebelumnya, ia tak pernah merasa segalanya seberat ini.Mungkin ini semua kesalahannya, karena ia sama sekali tak pernah mempertimbangkan apa yang akan terjadi jika Mark nantinya kembali.Bagaimana pun, sebenci apa pun Zanara pada Mark, pria itu adalah ayah kandung Marion, bukan? Dan jika ia menginginkan Marion, maka dibanding Jayme, tentu saja Mark memiliki hak lebih besar. Bahkan terhadap Zanara sekali pun.Tidak boleh! Mark tidak boleh mengambil Marion, tidak juga Zanara. Tidak boleh keduanya. Jayme sudah begitu terbiasa akan kebersamaannya dengan Marion, tawa riang gadis keci

Bab terbaru

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 133: Happy Ending (2)

    Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 132: Happy Ending

    Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 131: Kenneth or Brandon? (2)

    Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 130: Kenneth or Brandon?

    Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 129: Tertangkap!

    “Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 128: Pria di Balik Tudung

    Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 127: Penyusup

    Jayme baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ‘tritmen’ spesial bersama Zanara. Tak lama berselang, terdengar suara ketukan di pintu, yang tentu saja tak perlu lama menunggu, Jayme sudah menyambut siapa pun tamu yang datang mengunjungi mereka.Tak mungkin sebotol sampanye, karena ia tak memesan apa pun. Namun, yang ia pikirkan mustahil, justru terjadi. Seorang pegawai hotel datang dengan troli berisi makanan dan sebotol wine.“Maaf, apakah benar ini kamar Tuan Demir?” tanya pegawai hotel tersebut dengan bahasa Inggris yang fasih.“Ya, benar.”“Ini ada pesanan sajian makan malam dan sebotol wine untuk Tuan dan Nyonya Demir.”Jayme terdiam sejenak, bertanya pada pegawai tersebut, siapa yang memesan makan malam spesial untuk mereka. Namun, pria itu mengatakan bahwa tak disebutkan siapa pengirimnya.Jayme hendak menolak, tetapi bersamaan dengan Zanara yang keluar dari kamar mandi dan mengetahui sang suami yang tengah berbincang dengan seseorang di luar.Zanara menghampiri

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 126: Bagaimana Kalau Kita Bermain di Tempat Pribadi Saja?

    “Ada satu hal yang kubingungkan darimu, Zee. Mengapa kau begitu ingin tahu mengenai pria, yang dari namanya saja sudah jelas kalau ia adalah orang lain? Tidakkah itu akan membuang waktumu?” tanya pria yang tengah bicara dengannya di seberang. “Nikmati saja bulan madumu dengan Jayme, Zee.”Zanara menghela napas, menoleh sebentar ke arah kamar Kenneth, sejenak, kemudian kembali memutar tubuhnya kembali ke posisi semula.“Bagaimana lagi? Kau tahu, kan bagaimana jahatnya ia? Kau sudah pernah merasakan juga, dia adalah psikopat,” ucap Zanara, setengah berbisik. “Dan kita tak pernah tahu apa tujuan pria itu mendekati Jayme dan aku.”Pria di seberang mengangguk, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Zanara yang tengah didera kegundahan.Wajar saja, karena dulu Brandon-lah yang menyekapnya dan menghajar Mark hingga babak belur hanya demi sebuah obsesi. Jika memang semua yang ia lakukan adalah demi memiliki Zanara, mengapa ia memutuskan pertunangan begitu saja, dulu?“Sudahlah, Mark ...

  • Dokter Cinta Pemikat Hati   Chapt 125: Rahasia Kenneth

    Jayme dan Zanara tengah menikmati semilir angin di pantai Lido, keduanya berjemur sebagaimana layaknya turis asing lain yang melakukan hal sama.Suasana di tempat mereka berada tidak terlalu ramai, karena musim gugur baru saja tiba. Langit tidak terlalu cerah, bahkan justru tampak mendung. Namun, baik Jayme maupun Zanara tak terganggu akan cuaca apa pun. Mereka duduk dan berbincang seolah tak akan pernah habis pembahasan mereka mengenai banyak hal.Wajar saja, meski mereka telah bersama selama lebih dari tiga tahun, tetapi itu hanya kebersamaan tanpa status yang tak mungkin bagi Jayme untuk mengorek banyak hal tentang wanita itu, pun sebaliknya.Zanara bahkan tidak tertarik akan kehidupan Jayme sebelumnya. Mengenai kehidupan pribadinya, keluarganya, terlebih kehidupan asmara pria itu.Untuk bagian itu, Jayme memilih untuk tidak membahasnya dengan Zanara. Tak ada yang menarik bagi pria itu mengenai kehidupan cintanya selain dengan wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.Sementara

DMCA.com Protection Status