Jayme, yang masih dengan usahanya mengintimidasi Zanara yang jelas berusaha membebaskan diri, justru diartikan lain oleh Shienna. Ia yang datang bersama Alex, kekasihnya, dan Aaron, putranya, pada akhirnya salah tingkah sendiri.Jangan ditanya bagaimana ekspresi wajah Zanara saat ini. Ia dan Jayme kini terburu-buru menormalkan situasi, seolah Shienna tak pernah menyaksikan adegan yang sebenarnya belum terjadi.“Hey, kalian. Mengapa tidak mengabari dulu?” tanya Zanara, yang sudah terlanjur terpergok hingga tak mampu menghindar lagi.“Ya, benar. Kalau kalian mengabari lebih dahulu, mungkin kami bisa menjemput. Marion pasti senang kalau mengetahui Aaron juga ikut bersama kalian,” timpal Jayme, yang justru membuat kentara sekali kalau mereka sedang salah tingkah.“Ya ... sepertinya mereka benar, sayang, seharusnya kau mengabari lebih dulu,” Alex yang sejak tadi hanya diam, akhirnya ikut bicara karena ia juga merasa tak enak telah menyelonong masuk begitu saja.“Kupikir ... mungkin Marion
Marion tampak semringah kala mengetahui bahwa tujuan Shienna datang adalah untuk mengajaknya berlibur. Ia bahkan sama sekali tak tampak sedih saat mengetahui kalau Zanara dan Jayme tak akan pergi bersamanya.Hal itu justru membuat Zanara kelimpungan karena cemas bagaimana jadinya jika ia hanya berdua dengan Jayme, sementara Jayme merasakan kegelisahan yang sama tetapi bukan mengenai mereka.Berdua dengan Zanara tentu saja justru menjadi hal yang sangat diharapkannya. Namun, bagaimana dengan Marion? Bagaimana jika ia mencari Zanara atau Jayme di malam hari lalu menangis karena tidak menemukan keduanya?“Marion, apakah kau yakin akan pergi dengan bibi Shienna?” tanya Zanara, cemas antara memikirkan Marion juga memikirkan dirinya sendiri.Ia kini tengah mengafirmasi dirinya sendiri agar tenang dan menjalani seolah mereka baru pertama bertemu dan melakukan pendekatan tanpa tergesa, seperti apa yang disarankan oleh Shienna.“Aku tidak apa-apa, Mama. Mama dan papa jaga diri selama aku pergi
Zanara menanti berjalannya waktu dengan gelisah. Beberapa gaun telah dicobanya, dan masih berserakan di atas ranjangnya. Beberapa kali ia mengintip pada jam dinding yang seolah tak juga bergerak menuju ke angka tujuh, sementara dirinya rasanya sudah tak sabar.Ia mondar-mandir tak menentu. Jayme mengatakan akan menjemputnya sepulang bekerja dan hal itu membuatnya teringat akan beberapa waktu lalu, saat Jayme juga dengan usahanya mengajak Zanara berkencan. Ia justru mengalami kecelakaan kala itu. Dan mengingat itu membuat Zanara gelisah.Haruskah ia menghubungi Jayme dan mengatakan padanya agar mengemudi dengan hati-hati? Namun, bagaimana jika Jayme justru akan panik jika mendapat telepon darinya?Zanara merasa serba salah. Akhirnya ia mengambil ponsel dan mengintip jam sejenak. Sudah pukul enam dan itu artinya satu jam lagi. Dan di kepalanya terus berputar-putar kata ‘satu jam lagi’, hingga tanpa sadar waktu justru telah lama berlalu. Zanara terhenyak kala menyadari justru mungkin sek
Zanara dan Jayme menikmati makan malam mereka sembari mengobrol ringan, tentang segala hal yang berhubungan dengan pribadi mereka masing-masing. Jayme berulang kali tampak semringah karena tahu bahwa kencannya bersama Zanara ternyata berjalan dengan lancar tanpa gangguan apa pun.Jayme juga bisa melihat keseriusan Zanara yang membuktikan perkataannya bahwa ia akan mencoba yang terbaik untuk hubungan mereka.Baik Jayme maupun Zanara, sama-sama memulai semua dari awal. Meski mereka sudah mengobrol dengan santai, bahkan tak jarang terdengar tawa dari Zanara maupun Jayme, tetapi tak jarang pula ada senyum canggung yang terulas.Makanan mereka telah tandas, anggur di gelas mereka pun sudah tak bersisa. Pipi Zanara tampak merona karena terlalu banyak meminum anggur yang disediakan di hadapannya. Ia tampak sedikit teler.Terdengar dari caranya bicara yang sering diselingi tawa kecil.“Kita akan ke mana lagi?” tanya Zanara sembari mengacak-acak rambutnya yang baru ia potong sebahu hari ini. I
Zanara bergegas menuju ke pintu dan membukanya, kala mendengar suara bel yang ditekan dengan tak sabar. Ia harus menelan kekecewaan kala melihat siapa yang telah berdiri di hadapannya. Bukan Marion seperti apa yang ia harapkan, tentu saja.Baru dua hari, bukan? Mana mungkin Shienna akan mengembalikannya. Dan karena hubungannya dan Jayme sedikit lebih baik, maka ia pun seharusnya tak terlalu memikirkan kapan Marion akan ‘dikembalikan’ oleh Shienna padanya.“Kau lagi. Ada urusan apa kemari sepagi ini?” tanya Zanara pada pria yang ada di hadapannya. Tampak sekali Zanara tak menyukainya, meski ia masih yakin kalau pria itu adalah Brandon, ia tak ingin merusak momen baik antar dirinya dan Jayme.“Suamimu ada?” tanya pria itu, tampak serius.Meski Brandon, sepertinya ia sudah banyak berubah. Atau mungkin memang berubah.“Ada urusan apa? Kalau itu mengenai siapa yang menyabotase mobil Jayme, maka—““Zee, kau bicara dengan siapa?” Panggilan Jayme dari dalam memotong perkataan Zanara yang bahk
Jayme terhenyak akan apa yang dilakukan Zanara terhadapnya. Kecupan itu ... ia bahkan tak pernah membayangkan akan dengan mudah diberikan oleh Zanara, wanita yang bahkan tak pernah ia sentuh kecuali hanya menggenggam tangannya.Oh, pernah satu kali saat pernikahan mereka. Namun, itu hanya demi formalitas dan Jayme bisa melihat kecanggungan dari tatapan dan sikapnya terhadap Jayme.Hari ini ... seperti sebuah keajaiban.Zanara bahkan tidak mengucapkan ‘maaf’ atau hal lain yang menunjukkan bahwa ia kelepasan melakukan itu. Apakah itu artinya Zanara memang melakukannya dengan hati? Mungkin. Dan sayangnya, kini Jayme yang mendadak berubah gugup.Ia tak lepaskan tatapan dari Zanara yang mulai berkeliling tiap-tiap ruangan dengan senyum merekah di wajah ayunya. Sepertinya Jayme sedang berada di surga saat ini, karena ia mendapat hal baik yang bertubi-tubi.“Apakah boleh jika aku yang menjaga tokonya bersama Marion?” tanya Zanara, meminta persetujuan Jayme seolah mereka adalah benar-benar se
Ia baru teringat posisinya dan Jayme yang hanya berdua di tempat yang berhasil membawa kenangan mereka kembali ke masa lalu. Seolah mereka tengah melewati dimensi waktu dan berkelana masuk ke beberapa tahun lalu. Di tempat inilah mereka terus bertemu.Ralat, di tempat ini Jayme menemukan cintanya, meski segalanya bukan bermula di sini, tetapi tetap saja memiliki kenangan luar biasa di hati pria itu. Itulah salah satu alasan mengapa ia berniat untuk mengembalikan kenangan itu dan memilikinya untuk selamanya.Meski pernah menjadi seorang pemain wanita, nyatanya Jayme sangat melankolis dan menghargai kenangan yang ada. Dan ia telah membuktikannya.Jayme melepaskan dekapannya dari tubuh Zanara, membelai pipi wanita itu dengan ibu jarinya sembari menatap dalam manik hazel cantik yang berhasil membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama. Dan kini, rasa cintanya masih sama, bahkan terasa makin dalam.Terlebih, Zanara kini telah menjadi istrinya.Jayme mendekatkan wajahnya pada Zanara, kem
Zanara terbangun saat secercah sinar telah menyeruak dari celah tirai di ruangan yang ia tempati. Entah kapan Jayme membeli selimut dan barang-barang lain, tetapi Zanara mulai kagum dengan ide yang dipikirkan pria itu untuk malam istimewa mereka.Mungkin pada mulanya Jayme tak memiliki tujuan ini, tetapi nyatanya takdir yang membuatnya tergerak untuk mempersiapkan segalanya.Zanara mempererat selimut yang menutupi tubuhnya. Entah mengapa pagi ini terasa cukup dingin meski pemanas ruangan telah dinyalakan sejak semalam. Ia berniat untuk bangkit saat tak menemukan Jayme di sampingnya.Namun, belum sempat bangkit dari posisinya, Jayme sudah muncul dengan nampan berisi dua porsi roti bakar dan dua gelas jus.“Hey ... kau sudah bangun?” tanya Jayme, dengan senyum semringah yang terkembang di wajah tampannya. Zanara yang semula tidak merasa canggung, kini pipinya justru merona kala melihat kehadiran pria itu dengan tubuh yang beraroma segar dan rambut yang masih basah.“Kau akan berangkat b
Satu tahun kemudian.“Jayme, apakah balon yang kemarin sudah dipasang semuanya?” tanya Zanara sembari membawa beberapa kotak besar berwarna biru. Ia tampak mondar-mandir mengatur semua yang akan mereka gunakan untuk pesta hari ini.Marion tampak bersemangat membantu sang ibu dengan memasang beberapa ornamen di sekitar meja yang di atasnya telah tertata makanan kecil dan kue tart.Sesekali ia mengedar pandangan di seluruh penjuru ruangan. Sudah cantik dengan banyak hiasan, balon, serta pernah-pernik berwarna biru dan putih. Bahkan kue yang tertata di meja pun berwarna biru. Ia sudah mengintipnya tadi dan sekarang kue itu tertutup hiasan dengan warna putih.Hari ini bukanlah hari ulang tahun Marion, atau pun Jayme dan Zanara. Bukan pula perayaan pernikahan keduanya, melainkan pesta baby shower yang terlambat mereka laksanakan dengan terpaksa—karena sempat terjadi perdebatan antara Jayme dan Zanara mengenai apakah mereka akan mengadakan pesta itu atau tidak.Di saat Jayme menginginkannya
Hari-harinya bahkan terasa kosong tanpa kehadiran Marion. Ia dan Jayme seharian hanya menghabiskan waktu di hotel, sekadar piknik di balkon atau bercinta yang akhir-akhir ini menjadi hal yang Zanara hindari.Tragedi pengaman yang terlupakan menimbulkan kecemasan di hati Zanara, bagaimana kalau itu lantas menimbulkan bibit di dalam rahimnya? Apakah ia sudah siap dengan itu?Kini Shienna dan lainnya sudah pergi dan meninggalkan Jayme dan Zanara berdua kembali. Keduanya tengah berbaring di lantai balkon dengan memandangi langit yang cerah. Semuanya sudah selesai dan ia, juga Jayme tak perlu lagi berurusan dengan masalah yang mungkin akan membuat kehidupan keduanya begitu rumit.Urusan yang harus diselesaikan oleh Zanara saat ini adalah perbincangan mengenai bayi yang kembali diulang-ulang oleh Jayme.“Berarti ini kesempatan untuk kita membuat bayi?” godanya di sela percakapan mereka sembari melakukan piknik di balkon seperti yang biasa dilakukan oleh keduanya selama tak ada Marion.“Tida
Zanara menghubungi Shienna, memintanya agar menjaga Marion sehari lagi, karena dirinya dan Jayme masih ada keperluan yang harus mereka selesaikan. Meski rindu, setidaknya ia yakin akan bertemu dengan Marion.Sementara dengan Kenneth, tak ada hari esok. Detik ini juga pria itu harus menjelaskan segalanya.Kenneth memaksa untuk pulang, saat Zanara dan Jayme tiba di rumah sakit. Dengan lengan yang patah dan beberapa luka di tubuhnya, Kenneth tak bisa pergi ke mana pun.Jayme menyeret pria itu kembali ke kamarnya, diikuti Zanara, lalu mengunci pintu ruangan tempat dirinya dirawat.“A-apa yang kalian mau? Jayme ... mengapa kau tampak aneh, kawan?”“Jangan berpura-pura lagi, Ken. Atau ... aku harus memanggilmu Brandon?”Kenneth terhenyak kala mendengar todongan Jayme terhadapnya. Ia kemudian menoleh ke arah Zanara, lalu Jayme, secara bergantian.“Apa yang kau katakan?”“Sudahlah, penipu, kau tidak bisa lari lagi. Sekarang katakan, apa tujuanmu menyamar sebagai Kenneth si detektif swasta ini
Zanara menyeret langkah keluar dari bangunan itu. Ia menguap beberapa kali, rasa kantuk sepertinya mulai menyerang. Ia masuk ke dalam pelukan Jayme dan menyandarkan kepala di dada pria yang memilih untuk menunggunya di luar.“Bagaimana?” tanya Jayme, seolah ingin tahu akan hasil yang didapat sang istri mengenai Kenneth, yang ia yakini memang adalah Kenneth yang asli.“Aku harus datang menemui Kenneth. Namun, sepertinya tidak malam ini. Kita kembali ke hotel saja, Jayme ... aku mengantuk.”Jayme mengangguk, kemudian menuntun Zanara masuk ke dalam taksi dan membiarkan wanita itu tidur sepanjang perjalanan.Tiba di hotel, giliran Jayme yang tak bisa terlelap. Ia memikirkan kecurigaan Zanara mengenai Kenneth, tetapi dirinya tak percaya. Kini, rasa ingin tahu yang sebelumnya hanya dirasakan Zanara pada akhirnya juga menggelitik perasaan Jayme.Ia mengambil ponsel Zanara yang sejak tadi berdering. Nama Mark tertera di layarnya. Apa yang dilakukan pria itu menghubungi istrinya selarut ini? A
“Gabriel? Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau cari? Dan bagaimana—“ Zanara tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia teringat perkataan Kenneth mengenai seseorang yang mengikuti mereka.Lalu ingatan Zanara tertuju pada kertas yang berisi pelaku sabotase mobilnya, bahkan penculikan Marion pun melibatkan Gabriel di dalamnya.Ia selama ini tak percaya itu, tetapi tak ingin memulai pertengkaran dengan mengatakan bahwa Kenneth mungkin saja berdusta entah dengan tujuan apa.Kini, setelah melihat sendiri buktinya, masihkah Zanata meragukan hasil analisa dan investigasi Kenneth?Mungkin tidak, tetapi Zanara masih yakin bahwa Kenneth adalah Brandon yang menyamar. Namun, apa motif Brandon menyamar dan terus mengikuti Zanara? Dan mungkinkah dirinya akan mengakui setelah semua masalah ini menemui titik terang?Zanara mendekat pada Gabriel yang hanya menunduk, menghindari tatapan tak percaya dari wanita yang sungguh ia cintai itu. Ia tak bisa ... tak bisa jika Zanara lantas membencinya. Namun, e
Zanara berteriak, tetapi yang keluar hanya suara tak beraturan. Ia berusaha menghalangi apa pun yang akan dilakukan oleh pria misterius itu. Entah bagaimana keamanan hotel itu hingga pria asing ini bisa masuk dan melakukan ... entah apa, di kamarnya.Berbagai kemungkinan terus mengganggu pikiran Zanara.Jayme masih terlelap, bagaimana jika penyusup itu lantas ... ah! Sungguh Zanara ingin melakukan sesuatu, tetapi tangan dan kakinya sudah terikat dan tali yang mengikatnya terhubung pada trail yang ada di kamar mandi.Zanara berusaha melepaskan ikatan itu, tetapi tak bisa. Ia masih berusaha memanggil nama Jayme, dan suaranya hanya terasa seolah tenggelam dan tak terdengar.Sementara itu, si penyusup melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya, mencari sesuatu entah apa. Bahkan Zanara yang sejak tadi berusaha untuk mengira-ngira pun tak menemukan jawaban hingga penyusup itu terlanjur mengikatnya seperti sekarang.“Sial!” umpatnya dengan suara yang nyaris tak terdengar, hanya tersangkut di
Jayme baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ‘tritmen’ spesial bersama Zanara. Tak lama berselang, terdengar suara ketukan di pintu, yang tentu saja tak perlu lama menunggu, Jayme sudah menyambut siapa pun tamu yang datang mengunjungi mereka.Tak mungkin sebotol sampanye, karena ia tak memesan apa pun. Namun, yang ia pikirkan mustahil, justru terjadi. Seorang pegawai hotel datang dengan troli berisi makanan dan sebotol wine.“Maaf, apakah benar ini kamar Tuan Demir?” tanya pegawai hotel tersebut dengan bahasa Inggris yang fasih.“Ya, benar.”“Ini ada pesanan sajian makan malam dan sebotol wine untuk Tuan dan Nyonya Demir.”Jayme terdiam sejenak, bertanya pada pegawai tersebut, siapa yang memesan makan malam spesial untuk mereka. Namun, pria itu mengatakan bahwa tak disebutkan siapa pengirimnya.Jayme hendak menolak, tetapi bersamaan dengan Zanara yang keluar dari kamar mandi dan mengetahui sang suami yang tengah berbincang dengan seseorang di luar.Zanara menghampiri
“Ada satu hal yang kubingungkan darimu, Zee. Mengapa kau begitu ingin tahu mengenai pria, yang dari namanya saja sudah jelas kalau ia adalah orang lain? Tidakkah itu akan membuang waktumu?” tanya pria yang tengah bicara dengannya di seberang. “Nikmati saja bulan madumu dengan Jayme, Zee.”Zanara menghela napas, menoleh sebentar ke arah kamar Kenneth, sejenak, kemudian kembali memutar tubuhnya kembali ke posisi semula.“Bagaimana lagi? Kau tahu, kan bagaimana jahatnya ia? Kau sudah pernah merasakan juga, dia adalah psikopat,” ucap Zanara, setengah berbisik. “Dan kita tak pernah tahu apa tujuan pria itu mendekati Jayme dan aku.”Pria di seberang mengangguk, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Zanara yang tengah didera kegundahan.Wajar saja, karena dulu Brandon-lah yang menyekapnya dan menghajar Mark hingga babak belur hanya demi sebuah obsesi. Jika memang semua yang ia lakukan adalah demi memiliki Zanara, mengapa ia memutuskan pertunangan begitu saja, dulu?“Sudahlah, Mark ...
Jayme dan Zanara tengah menikmati semilir angin di pantai Lido, keduanya berjemur sebagaimana layaknya turis asing lain yang melakukan hal sama.Suasana di tempat mereka berada tidak terlalu ramai, karena musim gugur baru saja tiba. Langit tidak terlalu cerah, bahkan justru tampak mendung. Namun, baik Jayme maupun Zanara tak terganggu akan cuaca apa pun. Mereka duduk dan berbincang seolah tak akan pernah habis pembahasan mereka mengenai banyak hal.Wajar saja, meski mereka telah bersama selama lebih dari tiga tahun, tetapi itu hanya kebersamaan tanpa status yang tak mungkin bagi Jayme untuk mengorek banyak hal tentang wanita itu, pun sebaliknya.Zanara bahkan tidak tertarik akan kehidupan Jayme sebelumnya. Mengenai kehidupan pribadinya, keluarganya, terlebih kehidupan asmara pria itu.Untuk bagian itu, Jayme memilih untuk tidak membahasnya dengan Zanara. Tak ada yang menarik bagi pria itu mengenai kehidupan cintanya selain dengan wanita yang kini telah menjadi istrinya itu.Sementara