Share

Bab 808

Author: Hazel
"Cuih, dasar berengsek. Aku bukannya mau bantu kamu .... Kamu terlalu menganggapku buruk!" Melihat ekspresi Tirta yang tampak nakal dan malah menikmatinya, Aiko akhirnya menyerah dan buru-buru melepaskannya.

Dia teringat kejadian di ruang VIP sebelumnya, di mana "hal ini" hampir membuatnya meragukan hidupnya sendiri!

Dalam hati, Tirta terkekeh-kekeh, 'Hehe, aku tahu kamu nggak nakal, tapi aku nakal!'

Namun, Tirta berpura-pura menguap dan menunjukkan ekspresi lelah sambil berkata, "Aiko, aku nggak seperti yang kamu bayangkan, kok. Aku cuma agak ngantuk sampai sulit membuka mata."

"Setelah kamu pegang sebentar tadi, aku jadi semangat. Makanya, aku menyuruhmu lebih kuat supaya aku bisa semangat. Perjalanan dari sini ke kabupaten masih jauh. Kalau aku ngantuk berat, gawat sekali kalau sampai terjadi kecelakaan."

"Hush, jangan bicara sembarangan. Kita nggak akan kecelakaan." Aiko mana mungkin menyangka ternyata Tirta masih begitu bersemangat.

Melihat penampilan Tirta yang terlihat ngantuk,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 809

    Suara Naura terdengar lebih dulu dari seberang telepon. "Halo, Kak Aiko, apa uang yang dijanjikan Tirta sudah masuk ke rekeningmu? Gimana kondisi perusahaan ayah dan ibumu sekarang?""Ya, Tirta sudah mengumpulkan banyak uang untuk membantu perusahaan orang tuaku," jawab Aiko sambil berusaha menahan rasa tidak nyaman di tenggorokannya. "Jadi, kondisi perusahaan sudah nggak perlu dikhawatirkan lagi.""Sekarang Tirta sedang mengemudi membawaku kembali ke kota, kami hampir sampai. Kamu masih punya satu rumah kosong, 'kan? Aku mau pinjam rumah itu untuk tinggal sementara," tambahnya."Eh? Kak Aiko, kamu pulang sama Tirta?" Suara Naura terdengar sedikit aneh, mencerminkan pikirannya yang seketika melayang ke kejadian sebelumnya ketika Tirta tidak sengaja melihatnya dalam situasi yang memalukan.Namun, dia segera menekan perasaan aneh yang muncul dan buru-buru menyetujui permintaan Aiko."Oke, aku cari kuncinya dulu. Aku langsung tunggu kalian di sana saja. Oh ya, Kak. Kenapa suaramu serak se

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 810

    "Hah? Tirta nyari wanita nakal di kota?" Seketika, Susanti merasa cemburu. Tirta pergi malam-malam, dan masih belum kembali sampai sekarang! Tanpa perlu dijelaskan pun, sudah jelas apa yang dilakukan Tirta semalaman dengan perempuan itu."Pantas saja kemarin dia suruh aku jangan datang terlalu pagi, rupanya dia takut aku akan tahu dia ketemuan sama wanita itu? Apa dia cuma pura-pura waktu mengatakan aku akan menjadi istri utamanya? Cuma untuk menipuku?"Semakin Susanti memikirkannya, hatinya semakin sakit. Air mata mulai mengalir deras di wajahnya."Bibi, tolong sampaikan pada Tirta, aku nggak akan pernah datang mencarinya lagi!"Setelah berkata demikian sambil menangis, Susanti menyeka air matanya, lalu naik ke mobil polisi dan melaju meninggalkan tempat itu dengan cepat."Bu Susanti, kamu ... kenapa langsung pergi begitu saja? Kamu nggak mau nunggu Tirta pulang dan menghukumnya?" Melati yang sama sekali tidak menyangka reaksi Susanti akan seperti ini, merasa cemas."Melati! Kenapa ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 811

    "Tirta, gimana kalau kamu juga istirahat sebentar di sini? Setelah dia bangun, aku akan traktir kalian makan," ucap Naura, sengaja ingin memancing informasi dari Tirta. Sambil berkata begitu, dia sudah membuka pintu vila dan hendak membantu Aiko masuk."Eh ... nggak, deh. Aku masih ada urusan lain. Kalau ada waktu, aku baru cari kalian lagi," balas Tirta sambil mengalihkan pandangannya.Jika Naura di sini, Tirta tidak mungkin bisa melakukan apa pun dengan Aiko. Lagi pula, Aiko sendiri juga sudah kelelahan. Masih ada kesempatan di lain hari.Mendengar Tirta ingin pergi, Aiko buru-buru mengumpulkan fokusnya dan berucap, "Naura, aku nggak takut sendirian, kok. Kamu nggak perlu temanin. Aku akan ke rumahmu setelah aku bangun, gimana?"Melihat reaksi Tirta dan Aiko, Naura mulai menebak sesuatu. Dia mendekat dan berbisik di telinga sepupunya, "Kak Aiko, kenapa kamu niat banget buat mengusirku? Jangan-jangan kamu menyuruhku pergi supaya bisa nakal sama Tirta, ya?""Bukan begitu. Naura, jangan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 812

    Sekitar satu jam kemudian, Tirta tiba di klinik. Namun, dia sedikit heran karena tidak melihat mobil polisi Susanti.Apa Susanti tahu dirinya tidak berada di tempat, jadi wanita itu pergi menyelidiki ke rumah sakit kota sendiri? Sambil membawa pertanyaan di hatinya, Tirta berjalan masuk ke klinik."Bibi, Kak Melati, kenapa kalian duduk di depan pintu? Apa kalian kangen karena nggak melihatku semalaman?" tanya Tirta sambil tersenyum jahil.Melihat ekspresi muram keduanya, Tirta mengira mereka marah karena dia pergi di tengah aktivitas mereka semalam."Tirta, aku minta maaf. Aku sudah membuat Susanti marah. Dia bilang ... dia bilang dia nggak mau ketemu kamu lagi ...," ucap Melati dengan terisak-isak. Dia sama sekali tidak berani menatap Tirta saat bicara."Kak Melati buat Susanti marah?" tanya Tirta sontak mengernyit. Dia memeluk bahu Melati dan menghiburnya, "Jangan menangis lagi, Kak Melati. Ceritakan pelan-pelan kejadiannya, jangan panik dulu."Melihat sikap Tirta yang tidak menyalah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 813

    "Tirta, orang di kantor bilang kalau Susanti kembali beberapa saat lalu. Suasana hatinya juga sepertinya sangat buruk. Dia mengambil sesuatu, lalu segera pergi lagi. Mereka nggak tahu dia pergi ke mana," jelas Mauri dengan canggung."Begitu, ya. Apa Pak Mauri tahu alamat rumah Susanti?" tanya Tirta lagi.Tirta tidak menemukan Susanti di sekitar area Desa Persik. Dia menduga Susanti sudah pulang ke rumahnya sendiri.Mauri memikirkannya sejenak, lalu berucap, "Tahu, aku akan kirimkan alamatnya ke ponselmu. Aku juga akan membantumu menghubungi Susanti. Seharusnya nggak lama lagi sudah ada berita.""Oke, maaf merepotkan Pak Mauri. Kalau ada waktu luang, ayo kita kumpul-kumpul," sahut Tirta sebelum menutup telepon.Tak lama, Mauri mengirimkan pesan berisikan alamat rumah Susanti. Lokasinya berada di jalan dekat pinggiran kota. Tirta segera mengemudi menuju lokasi yang diberikan. Setengah jam kemudian, dia tiba di sana.Dari kejauhan,  Tirta melihat mobil polisi Susanti terparkir di depan ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 814

    "Anu ... sebenarnya kemarin malam aku ...." Tirta mengernyit, lalu tiba-tiba menghela napas dan berdiri dari duduknya. Dia berucap, "Sudahlah, kamu nggak akan percaya biarpun aku jelaskan padamu. Lebih baik aku pergi saja.""Tunggu ... ceritakan padaku. Aku percaya padamu. Kamu bisa pergi setelah selesai cerita," ujar Susanti sambil meraih tangan Tirta, tidak ingin pria itu pergi.Bagaimanapun, Susanti masih belum rela melepaskan Tirta. Jika tidak, dia tidak akan minum-minum hingga mabuk untuk meredakan kekesalannya, lalu membiarkan pria itu mengantarnya pulang."Oke ... kalau begitu aku akan jujur padamu," ucap Tirta. Dia duduk lagi, lalu menceritakan kejadian kemarin malam apa adanya. Tentu saja, dia melewatkan detail tentang apa yang dilakukannya bersama Aiko."Sejujurnya aku nggak tertarik pada Aiko. Dia yang salah paham kalau aku menyukainya. Aku juga nggak pandai menolak orang, jadi ...," jelas Tirta, sengaja tidak melanjutkan akhir kalimatnya.Tirta lantas melanjutkan, "Susanti,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 815

    Tirta langsung melancarkan aksinya tanpa peringatan. Susanti seketika tidak mampu melanjutkan perkataannya.Segera setelahnya, Tirta terus bergerak tanpa kenal lelah. Susanti sama sekali tidak mampu bertahan, apalagi punya kesempatan untuk bicara!Perlahan-lahan, Susanti mulai terbuai dengan sentuhan Tirta. Dia bahkan lupa apa yang hendak dikatakannya barusan.Sesuai perkiraan Tirta, dengan koneksi mendalam seperti ini, amarah Susanti perlahan reda. Bukan hanya itu, perasaan wanita itu padanya juga makin bertambah besar! Setelah merasakan manisnya sentuhan Tirta, Susanti bahkan mulai berinisiatif mengimbangi aksi pria itu.....Belasan menit kemudian, pasangan paruh baya dengan wajah yang mirip Susanti menghampiri pintu. Mereka mendengar suara-suara mencurigakan di dalam ruangan.Yuli, ibu Susanti adalah seorang wanita paruh baya yang cantik. Dia berucap dengan ekspresi rumit pada pria di sebelahnya, "Sayang, kamu dengar sesuatu, nggak?"Pria itu adalah ayah Susanti, Anton. Dia mendeng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 816

    "Apa? Orang tuamu di luar?" Hasrat Tirta sontak padam. Dia memasang ekspresi serius saat berkata, "Susanti, jangan panik. Aku berani mempertanggungjawabkan perbuatanku. Aku nggak bakal sembunyi. Aku bantu kamu pakai pakaianmu. Kamu istirahat saja di ranjang.""Aku yang bakal menemui orang tuamu dan memberi penjelasan. Nggak masalah kalau mereka memukulku. Kamu juga tahu aku kebal terhadap semua serangan. Aku nggak bakal terluka."Sambil berbicara, Tirta membantu Susanti memakai pakaian dengan lembut. Kemudian, dia juga buru-buru memakai pakaiannya.Setelah ragu-ragu sejenak, Susanti berkata dengan ekspresi rumit, "Benar juga. Tapi, gimana kamu akan menjelaskan sendiri? Lebih baik aku ikut. Terus, kamu jangan sakit hati kalau orang tuaku bicaranya agak kasar."Usai berbicara, Susanti hendak turun dari ranjang. Namun, Tirta menyiksanya di ranjang selama 4 jam. Seluruh tulangnya seolah-olah remuk. Bagaimana bisa dia turun?"Aku sudah meniduri putri kesayangan mereka. Kenapa aku harus mara

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1407

    Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1406

    "Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1405

    Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1404

    "Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1403

    Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1402

    Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1401

    Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1400

    Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status