Share

Bab 750

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 18:00:01
"Oke, Kak. Aku bantu pijat sebentar." Melihat Arum telah menyetujuinya, Tirta menarik napas dalam-dalam dan mengatur posisi duduknya. Kedua tangannya diletakkan di perut Arum dan mulai memijatnya.

Gerakannya sangat lembut dan tenaganya juga sangat pas. Berhubung perutnya telah ditancapkan delapan jarum akupunktur, bagian yang bisa dipijat Tirta juga sangat terbatas. Akhirnya, dia terpaksa memijat ke bagian yang lebih bawah ....

Namun, Arum yang hanyut dalam kenikmatan akupunktur dan pijatan itu, tidak menyadari bahwa suasananya semakin intim. Bahkan, dia secara refleks mengeluarkan desahan lembut.

"Ah ... memang nyaman sekali .... Tirta, kamu hebat sekali ...."

"Ehem .... Kak Arum, tolong jangan bersuara. Jangan sampai bangunkan Bibi dan Kak Melati ...," ujar Tirta dengan suara pelan untuk mengingatkan Arum, meskipun dalam hati dia merasa darahnya mendidih.

Meski saat ini dia memang hanya sedang menjalankan pengobatan untuk Arum, prosesnya ini terlalu intim! Jika sampai ketahuan oleh k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 751

    Tirta pun berbalik masuk ke dapur."Bukan Kak Arum meremehkanmu, tapi masakanmu benar-benar nggak enak. Sebaiknya Kak Arum saja yang masak," ujar Arum mentertawakannya dari belakang. Kini setelah flunya sembuh dan tahu bahwa dirinya tidak mengidap kanker serviks, hatinya menjadi lebih lega dan ceria."Baiklah, kalau begitu maaf merepotkan Kak Arum. Aku keluar untuk jalan-jalan dulu. Setelah kamu selesai masak nanti, aku juga pasti sudah pulang."Dia memastikan pintu klinik tertutup rapat untuk mencegah ada yang melihat Arum sedang berganti pakaian. Setelah itu, dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar desa. Tirta juga berniat untuk mampir dan melihat progres pembangunan vila milik Farida.Namun saat baru berjalan beberapa langkah, terlihat beberapa mobil polisi yang mendekat dari kejauhan tiba-tiba menghentikannya. Pintu mobil yang berada di paling depan barisan itu terbuka. Susanti yang sudah lama tidak dijumpainya itu bergegas turun dari mobil."Tirta ... sejak kapan kamu pulan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 752

    "Kasus apa sampai harus kubantu untuk menyelesaikannya? Mendesak nggak? Kalau mendesak, aku perlu pamit dulu ke Bibi," tanya Tirta setelah menurunkan Susanti."Nggak mendesak, bukan kasus besar. Nggak perlu pamit sama bibimu dulu," jelas Susanti sambil merapikan pakaiannya yang berantakan karena Tirta."Beberapa waktu lalu saat aku patroli di sekitar Desa Persik, aku mendengar suara tembakan dari bukit belakang. Menurutku, ada dua kemungkinan: entah itu kasus kriminal atau ada warga desa yang berburu secara ilegal di gunung.""Jadi, aku mau kamu ikut aku ke sana untuk menyelidiki, biar kita tahu apa yang sebenarnya terjadi."Mendengar penjelasan Susanti, Tirta merasa lega. Dia tidak ingin baru saja kembali ke desa sudah harus ikut keluar untuk urusan jauh. Jika penyelidikannya hanya di sekitar Desa Persik, dia masih bisa menerimanya."Oh, cuma itu. Kukira ada kasus besar apaan," ucap Tirta setelah berpikir sejenak. "Karena nggak mendesak, kita pergi ke gunung setelah aku selesai makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 753

    "Jadi kamu pikir tubuh kecilmu itu bisa bertahan seharian? Setengah hari saja mungkin sudah ngos-ngosan. Nanti pas di bukit, kamu bakal tahu rasanya capek," ujar Tirta sambil mengangkat alis, mengingat pengalaman sebelumnya.Dia teringat saat Melati ikut ke bukit untuk mencari tanaman obat dengannya. Karena terlalu lelah, Melati hampir tidak bisa berjalan dan akhirnya Tirta harus menggendongnya turun gunung.Namun, percakapan ini terdengar berbeda di telinga Arum yang sedang sibuk di dapur."Uh ... sampai pulangnya nggak bisa jalan? Jadi benar seperti yang kupikirkan ... Bu Susanti dan Tirta pasti mau melakukan 'itu' di bukit .... Dasar Tirta nggak tahu diri! Baru semalam sudah heboh, hari ini malah mikir mau 'itu' lagi .... Kalau terus begini, tubuhnya pasti bakal rusak!"Dengan pikiran itu, Arum segera memutuskan untuk memasak beberapa hidangan tambahan agar mereka punya cukup energi. Setelah hampir satu jam, makanan pun selesai dimasak.Arum membawa dua piring lauk ke meja makan sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 754

    "Kak Arum, sebenarnya aku nggak lapar. Gimana kalau aku nggak usah makan dulu. Selain itu, tubuhku sehat sekali, nggak butuh makanan seperti ini."Melihat sepiring besar tumis kemaluan sapi yang telah dipotong kecil-kecil seukuran kuku, Tirta merasa panik."Nggak bisa, kamu cuma terlihat sehat saja," tolak Arum. "Sebenarnya tubuhmu sudah hampir terkuras habis. Kamu masih muda dan kuat sekarang, jadi nggak terasa. Tapi kalau sudah lewat usia 30-an, mungkin kamu akan mulai merasakan dampaknya. Jadi, kamu harus makan ini dan nggak boleh sisain sedikit pun!""Kalau kamu nggak makan, aku nggak bakal izinin kamu pergi ke bukit sama Bu Susanti untuk urusan apa pun!" tambahnya sambil menatap tajam. "Ini semua untuk kebaikanmu. Ayo duduk dan makan, jangan biarkan Bu Susanti menunggu terlalu lama.""Baiklah, aku makan," kata Tirta pasrah, lalu duduk dengan berat hati dan mengambil sendok."Kamu makan saja dulu, aku ambilkan nasi untukmu," ujar Arum sambil bergegas kembali ke dapur.Dalam hati,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 755

    Susanti mengangguk dan berkata, "Tunggu sebentar, pakai dulu obat anti-nyamuk ini, baru kita naik." Tirta mengeluarkan dua botol kecil dari sakunya dan menyerahkannya kepada Susanti."Wow, baunya enak juga! Omong-omong, kita sudah kenal cukup lama, tapi kamu belum pernah kasih aku hadiah. Aku simpan ini saja, anggap saja sebagai hadiah pertamamu untukku!" kata Susanti setelah membuka botol itu dan mencium baunya."Ini bukan barang istimewa. Tunggu saja, nanti aku kasih kamu hadiah yang benar-benar bagus," jawab Tirta yang merasa bersalah saat melihat Susanti begitu bahagia hanya karena obat sederhana itu.Bagaimanapun, hubungannya dengan Susanti sudah sangat dekat dan bahkan sudah pernah berhubungan badan. Tirta punya banyak harta, tapi belum pernah memberikannya hadiah apa pun. Hanya obat serangga yang sederhana saja sudah membuatnya sebahagia ini."Ah, nggak usah. Aku suka sama hadiah ini. Kalau kamu mau kasih hadiah, tunggu saja pas ulang tahunku," tolak Susanti sambil tersenyum.Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 756

    "Sekarang kamu juga bisa bersamaku selamanya. Kamu rasa kamu masih bisa lolos dariku?" tanya Tirta sambil meremas bokong besar Susanti."Nggak kok. Tapi, aku nggak punya status apa-apa. Semua wanita bisa mendekatimu. Aku pasti akan cemburu. Aku nggak mau jadi wanita yang kerjaannya cuma marah-marah," sahut Susanti sambil memanyunkan bibirnya dan menghela napas."Kalau begitu ... mumpung nggak ada wanita di sisiku sekarang, gimana kalau kamu menjadi majikan untuk kali ini?" Tirta bisa merasakan perasaan Susanti. Hatinya tergerak. Dia melepaskan Susanti dan memeluknya dengan erat.Tidak ada siapa pun di sini. Wanita cantik di pelukan Tirta. Wajar jika Tirta berhasrat. Jika dipikir-pikir, Tirta belum pernah berhubungan badan di hutan. Rasanya pasti seru!Ketika merasakan hasrat Tirta, wajah Susanti memerah. Dia hampir mengiakan, tetapi akhirnya mendorong Tirta karena merasa malu. Dia berujar, "Cih! Jangan mimpi. Aku nggak mau bercinta di hutan belantara seperti ini.""Kamu ke rumahku saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 757

    Pria yang satu lagi juga bertubuh gemuk dan setengah botak. Dia tampak menyalakan rokoknya dengan santai. Wajahnya berlemak dan ganas. Bahkan, ada bekas luka seperti lipan di lehernya. Terlihat jelas bahwa mereka bukan orang yang bisa diusik."Hahaha! Benar, satu ekor anak harimau dihargai 2 miliar. Kalau kita bisa menangkap beberapa, kita bakal kaya raya! Ibuku bakal tertolong!" seru pria botak itu."Sstt! Ada orang! Cepat sembunyi!" Pria setengah botak itu tiba-tiba mendengar suara, padahal dia baru ingin mencari mengikuti jejak darah.Ketika mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, dia buru-buru memberi isyarat tangan. Keduanya pun bersembunyi di semak-semak.Tidak berselang lama, Susanti dan Tirta tiba di tempat keduanya berdiri tadi. Susanti mengamati sekeliling dengan heran, lalu bertanya, "Eh ... tadi aku dengar suara orang. Kenapa orangnya tiba-tiba hilang?""Mereka seharusnya sembunyi karena dengar suara langkah kaki kita. Nggak usah cemas. Orangnya belum pergi jauh kok

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 758

    Berat badan pria botak itu mencapai 100 kilogram lebih. Lengannya saja lebih tebal dari paha Tirta. Meskipun demikian, Tirta bisa mengangkatnya dengan mudah!"Bu ... bukan kami yang mau memangsa harimau itu, tapi Bu Clara dari kota ...." Pria botak itu tentu menyadari bahwa lawan mereka ini bukan sembarangan orang.Ditambah lagi dirinya melakukan sesuatu yang ilegal, pria botak itu pun menjadi makin panik. Tanpa ragu sedikit pun, dia hendak menjelaskan semuanya.Namun, sebelum temannya selesai bicara, pria setengah botak itu tiba-tiba menyela, "Lepaskan dia. Kalaupun kamu polisi, kamu nggak boleh menghukum kami sembarangan. Kami memang berburu tanpa izin, tapi semua ini atas kehendak kami sendiri. Tangkap saja kami."Jelas sekali, pria setengah botak ini lebih memilih untuk dipenjara daripada membongkar dalang di balik mereka."Hehe. Tenang saja, kalian memang bakal dipenjara." Tirta melepaskan tangannya. Pria botak itu pun terjatuh dan langsung terduduk di tanah."Tapi, kalau kalian b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 937

    Kemudian, Ayu kembali sibuk di dapur. Agatha keluar dari klinik, lalu bertanya kepada Tirta, "Tirta, Bibi Ayu bilang apa denganmu? Kenapa kalian kelihatan misterius?"Tirta menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa. Bibi Ayu tanya kenapa Kak Nia tiba-tiba tinggal di klinik.""Oh. Kamu cepat lihat dulu, nanti malam Kak Nia tidur di mana?" timpal Agatha. Dia menarik Tirta masuk ke klinik, lalu melanjutkan dengan ekspresi khawatir, "Selain itu, kita bertiga ... kita tidur di mana? Nggak ada tempat lagi."Nia yang berdiri di depan pintu klinik berujar dengan canggung, "Tirta, apa aku merepotkan kalian? Kalau nggak, aku tinggal di hotel saja."Tirta menepuk dadanya sambil menjamin, "Nggak usah, Kak Nia. Aku sudah atur semuanya. Klinik ini cukup untuk ditempati kita semua.""Kalau begitu, kamu lakukan akupunktur pada Kak Nia. Aku lihat Bibi Ayu butuh bantuan atau nggak," ucap Agatha. Selesai bicara, dia masuk ke dapur.Tirta menutup pintu klinik, lalu mengambil jarum dan berkata kepada Nia, "Ka

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 936

    Tirta memang kuat. Kalau tidak, dia juga tidak bisa mengancam Agatha. Melihat Agatha sudah setuju, Tirta langsung mengangguk dan berujar, "Kak Agatha, kamu tenang saja. Aku pasti akan membereskan Susanti dan nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman."Agatha mendengus, lalu membalas sembari memelototi Tirta, "Cuma kali ini, ya. Ke depannya aku nggak mau melakukannya bersama Susanti."Agatha melepaskan dirinya dari pelukan Tirta, lalu berjalan ke mobil terlebih dahulu. Tirta yang merasa puas segera mengikuti Agatha kembali ke mobil.Nia bertanya, "Agatha, apa perutmu masih sakit?"Agatha berusaha tenang saat menjawab, "Nggak, Kak Nia. Setelah kita kembali, suruh Tirta lakukan akupunktur padamu untuk menyembuhkan sesak napasmu."Nia menyahut seraya mengangguk, "Oke."....Setengah jam kemudian, mereka kembali ke klinik. Kala ini, Ayu, Melati, dan Arum sedang sibuk di dapur. Ayu penasaran ketika melihat Nia juga turun dari mobil dan membawa banyak keperluan sehari-hari.Ayu menarik Tirta k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 935

    Tirta langsung berbicara terus terang. Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Agatha mencebik dan berujar, "Tirta, kamu memang berengsek! Kamu nggak pernah tiduri aku di klinik. Kamu lebih suka tiduri Susanti atau aku?"Tirta menyahut, "Tentu saja aku lebih suka tiduri kamu. Dadamu lebih besar, bokongmu lebih montok, kakimu ramping, kulitmu mulus, sifatmu juga baik ...."Dalam situasi seperti ini, tentu saja Tirta tahu siapa yang lebih baik. Dia terus memuji Agatha.Agatha memutar bola matanya, tetapi dia tidak terlalu marah lagi. Agatha menyela, "Cukup, kamu itu munafik. Jelas-jelas punya Susanti hampir sama denganku, kamu terlalu berlebihan."Agatha bertanya, "Jadi, apa semua ini ada hubungannya dengan keinginanmu?"Tirta mengusap tangannya seraya menjawab, "Tentu saja ada. Bukannya malam ini Kak Agatha mau tinggal di klinik? Susanti juga pulang ke klinik, kalian ....""Tunggu!" sergah Agatha. Dia merasa ada yang tidak beres. Agatha menegaskan, "Malam ini aku nggak mau tinggal di klin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 934

    Tirta menegaskan, "Bu, sudah kubilang kamu nggak usah sungkan. Kebetulan aku ada di sini, jadi aku bisa menyelamatkan anakmu. Untuk urusan bisnis, semuanya tetap harus diperhitungkan dengan jelas. Kalau aku kurang bayar 1 miliar, takutnya kamu nggak dapat keuntungan. Kalau kamu nggak mau terima, aku nggak beli lagi."Bos toko bersikeras berkata, "Jangan begitu. Aku juga nggak marah biarpun kamu nggak beli. Aku cuma punya 1 anak, dia lebih berharga dari nyawaku. Kamu menyelamatkan anakku dan memesan begitu banyak bibit pohon buah dariku. Aku sangat berterima kasih padamu, mana mungkin aku membiarkan kamu menghabiskan begitu banyak uang?"Bos toko menambahkan, "Lagi pula, setelah kamu bayar 3 miliar, aku sudah bisa dapatkan keuntungan 1 miliar lebih. Aku nggak rugi."Tirta terpaksa menanyakan pendapat Agatha dan Nia, "Kak Agatha, Kak Nia, bagaimana menurut kalian?"Agatha bertatapan dengan Nia, lalu menyahut sembari tersenyum, "Tirta, bos mau berterima kasih padamu dan kita memang kekura

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 933

    Tirta berpikir sejenak, lalu tersenyum licik dan berucap, "Kalau kamu benar-benar merasa bersalah, kamu kabulkan satu keinginanku saja. Anggap sebagai kompensasi."Agatha segera mengangguk seraya menyahut, "Apa keinginanmu? Kamu bilang saja. Asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti kabulkan keinginanmu."Tirta mengedipkan matanya, lalu menimpali, "Nanti kita baru bicarakan di mobil. Sekarang kita bicarakan masalah bibit pohon buah dengan bos toko dulu.""Oh. Kalau begitu, nanti kita baru bicarakan di mobil," balas Agatha. Dia merasa Tirta berniat jahat, tetapi dia tidak keberatan.Anak bos toko sudah tertidur setelah minum susu. Bos toko keluar dari kamar. Dia membawa sepiring buah yang sudah dicuci.Bos toko berujar, "Kalian sudah menunggu lama. Istirahat dulu dan makan buah.""Terima kasih, Bu," sahut Tirta. Dia tidak sungkan lagi dan langsung duduk di bangku. Tirta mengambil buah pir dan memakannya.Agatha dan Nia juga mengambil buah, lalu duduk di samping Tirta sambil memakan buahn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 932

    "Aduh, maaf ... aku ...," ucap bos toko. Dia baru tersadar. Bos toko segera merapikan pakaiannya dengan ekspresi malu.Bos toko berniat mengambil tisu untuk menyeka punggung Tirta, tetapi dia mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Dia merasa bersalah dan juga ragu. Bos toko berputar-putar di tempat.Agatha segera mengambil tisu di mobil, lalu berujar, "Tirta, biar aku yang menyeka punggungmu."Agatha merasa bersalah karena tadi dia salah paham kepada Tirta. Dia menyeka punggung Tirta.Tirta sedang sibuk menyelamatkan anak itu sehingga tidak menanggapi ucapan Agatha. Setelah ditepuk-tepuk Tirta beberapa saat, anak itu memuntahkan potongan buah. Kemudian, kondisinya perlahan menjadi normal kembali.Tirta baru mengembuskan napas lega. Dia menyerahkan anak itu kepada bos dan berpesan, "Bu, sekarang anakmu baik-baik saja. Dia masih terlalu kecil, nggak bisa konsumsi makanan yang terlalu keras. Ingat, ke depannya jangan beri dia makanan yang keras lagi supaya kejadian begini nggak terulang."B

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 931

    Dada wanita itu pun terlihat. Masalahnya, anak itu tetap menangis meski telah diberi susu. Sepertinya tidak tampak tanda-tanda tangisannya akan mereda.Tirta melihat anak itu. Dia baru menyadari ada yang tidak beres. Ternyata, ada potongan buah yang tersangkut di tenggorokan anak itu.Alhasil, anak itu kesulitan bernapas. Itulah sebabnya dia tidak berhenti menangis. Jika tidak segera ditangani, nyawa anak itu akan terancam.Saat Tirta hendak meminta bos toko untuk menyerahkan anaknya, tiba-tiba Agatha mencubit pinggangnya dan menegur, "Tirta, apa yang kamu lihat? Bos itu lagi menyusui anaknya! Cepat kembali ke mobil!"Agatha berbicara sambil mendorong Tirta ke mobil. Dia merasa Tirta makin keterlaluan. Bisa-bisanya dia diam-diam melihat wanita yang sedang menyusui anaknya!Tirta yang hendak keluar dari mobil buru-buru menjelaskan, "Bukan ... Kak Agatha, kamu salah paham. Aku nggak diam-diam melihat bos itu. Aku lagi lihat anaknya. Dia bukan lapar, tapi ada makanan yang tersangkut di te

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 930

    Tirta yang berdiri di luar kamar pas bergumam setelah mendengar percakapan Agatha dan Nia, "Aneh, apa setiap wanita yang dadanya kecil berharap dadanya membesar?"Tirta berpikir ukuran dada wanita sama pentingnya dengan ukuran alat kelamin pria. Tentu saja pria tidak ingin mempunyai alat kelamin yang kecil. Bahkan, Agus meminta resep kepada Tirta untuk memperbesar alat kelaminnya.Tirta membatin, 'Nanti waktu melakukan akupunktur pada Kak Nia, aku sekalian bantu Kak Nia perbesar ukuran dadanya.'Tak lama kemudian, Agatha dan Nia keluar dari kamar pas. Agatha menunjukkan pakaian dalam renda yang seksi kepada Tirta, lalu berujar sembari mengerjap, "Tirta, aku sudah selesai pilih. Ukurannya sudah pas, kamu langsung bayar. Malam ini aku nggak pulang lagi."Nia paham maksud Agatha. Dia langsung bergeser ke samping. Sementara itu, Tirta berdeham dan menyahut, "Oke. Aku bayar sekarang."Namun, Tirta merasa khawatir. Malam ini Susanti kembali ke klinik. Pasti akan terjadi keributan lagi. Nanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 929

    Susanti melihat Harto dan lainnya dengan ekspresi dingin. Niko menyahut, "Oke, Bu Susanti!"Kemudian, Niko memerintah bawahan untuk menangkap Harto dan lainnya. Susanti menghampiri Agatha dan Nia, lalu bertanya, "Bu Agatha, Bu Nia, apa kalian disakiti?""Nggak. Tapi, kalau nggak ada Tirta, kami pasti celaka," sahut Agatha yang masih merasa takut.Susanti mengeluarkan pena dan catatan, lalu mencari tahu seluk-beluk kejadiannya. Dia berkata, "Yang penting kalian baik-baik saja. Aku butuh pengakuan kalian. Waktu mengurus kasus, aku butuh ...."Setelah selesai bertanya kepada Agatha dan Nia, Susanti berpamitan dengan Tirta dan buru-buru pergi. Sudah jelas Susanti makin sibuk sejak Mauri dipindahkan. Yang mengejutkan Tirta adalah kali ini Susanti dan Agatha tidak berdebat.Agatha melihat Susanti turun ke lantai bawah, lalu menghampiri Tirta dan merangkul lengannya sembari bertanya, "Tirta, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Tirta merangkul pinggang Agatha dan menjawab, "Lanjut beli paka

DMCA.com Protection Status