Kini, Dipo dan lainnya bisa menebak bahwa Tirta yang memutuskan lengan Resnu. Resnu bukan hanya tidak berani membalas dendam, tetapi juga bersikap begitu rendah diri terhadap Tirta dan teman-temannya.Setelah mendapat izin dari Tirta, Resnu pun langsung kabur. Resnu belum tentu setakut ini pada ayahnya!Dipo dan lainnya kembali menatap Tirta. Mereka lagi-lagi merasakan ketakutan mendalam. Saat ini, terdengar bentakan Resnu dari koridor. "Jangan mimpi! Kalian telah menyinggung Pak Tirta. Kalian bukan temanku lagi!"Demi tidak terlibat dalam masalah ini, Resnu memilih untuk putus hubungan dengan mereka. Dipo dan teman-temannya hanya bisa berduka. Mereka baru menyadari betapa berbahayanya sosok yang mereka singgung!"Pak Tirta, kami sudah salah. Kami nggak seharusnya menyuruh orang menculik Bu Agatha. Begini, kami bakal membayar 6 triliun sebagai kompensasi. Tolong ampuni kami sekali." Setelah berdiskusi sesaat, Dipo dan lainnya memberanikan diri untuk memohon."Hehe. Kalian kira uang bis
Ketika melihat reaksi Susanti, Tirta tahu bahwa wanita ini cemburu karena melihatnya peduli pada Agatha. Bagaimanapun, ada banyak hal yang terjadi selama mereka berada di makam kuno. Mereka telah memiliki perasaan untuk satu sama lain.Secara fisik, mereka juga melakukan pertukaran yang menyenangkan. Apalagi, Susanti berjanji akan menunjukkan bokongnya kepada Tirta setelah keluar dari makam kuno. Jika tidak menyukai Tirta, Susanti tidak akan menjanjikan hal semacam itu.Tirta buru-buru mengejar Susanti, lalu memeluknya dari belakang. "Kak Polisi, jangan terburu-buru dong. Setelah Juna dan Hamdan sampai, kamu masih harus membawa mereka ke kantor polisi."Susanti awalnya senang dikejar dan dipeluk Tirta. Namun, setelah mendengar kalimat terakhir Tirta, Susanti merasa kesal hingga mengentakkan kakinya."Itu cuma masalah sepele. Nggak usah aku turun tangan, kamu juga bisa sendiri. Bukannya kamu sangat hebat? Hanya dengan satu perintah darimu, mereka akan menyerahkan diri ke kantor polisi.
Susanti awalnya telah membuat persiapan mental. Namun, ketika melihat Tirta dan Agatha bermesra-mesraan, dia tidak bisa menahan kecemburuannya dan langsung bangkit dari kursinya."Bu, kamu menyukai Tirta ya?" tanya Agatha sambil melepaskan pelukannya. Mereka sama-sama wanita, jadi Agatha tentu bisa merasakan kejanggalan pada sikap Susanti."Aku menyukainya? Ya, itu mungkin terjadi kalau aku buta atau pria di dunia ini sudah punah," ujar Susanti sambil menatap Tirta dengan murka.Agatha melirik Susanti, lalu melirik Tirta. Dia mencoba mencari tahu dengan berkata, "Sebenarnya nggak perlu keras kepala begini. Tirta pria yang hebat kok. Wajar kalau kamu menyukainya.""Kamu cantik dan seksi. Kalau kamu mengungkapkan perasaanmu kepada Tirta, Tirta pasti akan menerimamu. Aku bersedia menjadi saudaramu kok.""Seri .... Hehe. Jangan bercanda. Aku nggak menyukainya. Mana mungkin aku mengungkapkan perasaan yang nggak pernah ada?" Susanti segera mengoreksi ucapannya.Agatha menjadi makin curiga. D
Meskipun belum benar-benar berhubungan badan dengan Tirta, Susanti bisa menebak apa yang akan mereka lakukan.Selesai berbicara, Susanti langsung menarik Tirta meninggalkan ruang privat. Dia juga tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Pokoknya, dia tidak ingin Tirta tidur dengan Agatha.Namun, di hadapan Agatha, Susanti tidak akan mengakui dirinya menyukai Tirta. Agatha pasti akan meremehkannya jika tahu."Bu Susanti, kamu menyukai Tirta ya? Kalau nggak, ngapain kamu ikut campur dia tidur di mana?" tanya Agatha sambil mengernyit. Dia tidak berniat untuk mengalah, jadi menarik tangan Tirta yang satu lagi untuk berebutan."Aku nggak suka dia, tapi ...." Susanti segera mencari alasan untuk diri sendiri. "Tapi, dia baru pulang dari luar kota. Aku rasa dia seharusnya pulang dan menemani keluarganya. Lagian, Pak Saad sudah mengutus orang melindungimu. Keselamatanmu sudah terjamin."Agatha mengernyit sambil berkata, "Dia nggak bakal lama di rumahku kok. Sebelum langit gelap, aku pasti sudah m
"Kak Agatha, Bu Susanti, begini saja. Gimana kalau kalian ikut aku pulang? Sudahlah, jangan berdebat karena masalah ini lagi," ucap Tirta sambil tersenyum getir. Ini adalah cara terbaik untuk sekarang."Huh! Kamu dengar itu? Tirta mau pulang ke Desa Persik. Dia nggak mau pulang ke rumahmu!" ujar Susanti dengan angkuh kepada Agatha, seolah-olah dirinya adalah pemenang."Huh! Tirta bilang pulang bersama kok. Dia nggak bilang cuma pulang denganmu. Lagian, aku bisa tinggal di rumah Tirta. Kamu bisa nggak? Kamu nggak mungkin mengatur kami waktu tidur, 'kan?" sahut Agatha. Dia berhasil membuat Susanti kehabisan kata-kata."Kenapa nggak bisa? Kamu bisa, berarti aku juga bisa! Malam ini, aku bakal tidur bersama kalian!" Susanti tidak sungkan-sungkan lagi. Usai berbicara, dia langsung meninggalkan ruang privat."Kamu nggak punya hubungan apa-apa dengan Tirta. Atas dasar apa tinggal di rumahnya? Kalau ada yang tahu, kamu nggak takut dihujat?" ucap Agatha dengan kesal sambil menyusul.Dengan demi
"Hei! Cepat pakai bajumu! Anggap saja kamu menang! Aku nggak mau bersaing denganmu lagi!" Ketika melihat tubuh seksi Susanti, Agatha merasa Susanti memang tidak kalah darinya. Agatha cemburu sekaligus kesal."Kamu kira kamu yang buat keputusan di sini? Lagian, aku nggak bersaing denganmu kok. Aku cuma ingin kasih tahu kamu. Aku punya semua yang kamu punya. Aku bisa kasih Tirta semua yang kamu kasih. Apalagi, aku punya anak Tirta. Fakta ini tak terelakkan!" Susanti mendengus dan sengaja membuat Agatha marah."Apa? Kamu mengandung anak Tirta?" Agatha merasa dunianya hampir runtuh. Dia termangu di kursinya, tampak kesulitan menerima kenyataan."Kak Agatha, jangan dengarkan omong kosongnya. Kami belum sempat berhubungan badan. Mana mungkin dia hamil anakku!" Tirta hampir muntah darah dibuat kedua wanita ini. Dia buru-buru menjelaskan kepada Agatha.'Buset dah! Susanti benaran mempertaruhkan semuanya kali ini! Dia sampai bicara omong kosong seperti itu!' batin Tirta.Ketika melihat perut Su
"Dengar nggak? Nggak ada kamar lagi di sini, sana kembali saja ke kota!" Sebelum Ayu mendapat alasan, Susanti telah berteriak dengan senang terhadap Agatha."Nggak apa-apa, Bibi. Aku bisa tidur di lantai. Lagian waktu kecil, aku juga tidur begini di desa. Aku sudah terbiasa," balas Agatha setelah melirik sekilas ke arah Susanti."Ini ... Agatha, sekarang ini kamu Direktur Farmasi Santika. Kamu sendiri punya rumah mewah, kenapa nggak tinggal di sana, malah tidur di lantai di rumah kami? Apa maksudmu?" tanya Melati dengan frustrasi."Aku cuma mau tidur di lantai, nggak berniat apa pun," jawab Agatha sambil melirik ke Tirta.Melihat pandangannya, Ayu dan Melati langsung tersadar. Sepertinya Susanti dan Agatha sedang berebutan menginap di klinik karena ingin memperebutkan Tirta!"Tirta, kamu ke sini dulu. Ada yang mau Bibi bicarakan," panggil Ayu sambil membawa Tirta masuk ke kamar dengan alis yang berkerut."Itu ... Kak Melati, tolong bantu aku jamu mereka. Aku ke sana sebentar." Tirta ya
"Bibi, bukan aku yang ingin menggodanya. Aku juga nggak berdaya ...," keluh Tirta. Kemudian, dia menceritakan tentang semua kejadian di antara Bella dengannya. Mendengar bahwa Tirta yang telah menyelamatkan Bella berulang kali dari bahaya, hati Ayu terasa sakit.Dia sangat mengkhawatirkan keselamatan Tirta. Untungnya, Tirta tampak baik-baik saja saat ini. Pada akhirnya, Ayu menghela napas berat dan bertanya, "Ternyata ada begitu banyak hal yang sudah terjadi. Wajar saja kalau dia sampai jatuh cinta padamu. Masalahnya sekarang, apa dia tahu kamu punya wanita sebanyak ini di sisimu?""Nggak tahu, aku nggak bilang sama dia," jawab Tirta dengan terus terang."Waktu ketemu nanti, tolong Bibi rahasiakan darinya," timpal Tirta."Sepertinya Bibi memang berutang budi padamu di kehidupan lalu!" Setelah mempertimbangkan sejenak, pada akhirnya Ayu menyetujuinya.Meskipun dia marah karena Tirta tidak bisa menjaga dirinya sendiri, Ayu tetap harus membantunya. Bagaimanapun juga, dia benar-benar sanga
Tirta benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan menyetujui syarat yang dia ajukan semudah itu. Hal itu membuat suasana hatinya membaik secara drastis.Sebelum pergi, Tirta kembali melirik Kurnia, seakan ingin mengatakan sesuatu. "Pak Tirta, kalau ada perintah, silakan katakan saja," kata Kurnia dengan hormat sambil mengepalkan tangan sebagai tanda penghormatan."Kurnia, bagaimanapun juga, akulah yang membuat lenganmu patah. Aku punya resep obat yang bisa membuat lenganmu tumbuh kembali.""Tapi, mencari bahan-bahannya mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Kalau kamu bersedia menunggu, aku bisa membantumu memulihkan lenganmu sepenuhnya."Tirta mengingat teknik pengobatan ajaib yang diwariskan oleh Genta di dalam ingatannya, lalu menawarkan solusi itu kepada Kurnia."Aku bersedia! Tentu saja aku bersedia! Terima kasih atas kebaikanmu, Pak Tirta!"Mendengar hal itu, Kurnia begitu terkejut dan terharu hingga langsung berlutut di depan Tirta untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya
"Sudahlah, Laras. Tindakan nggak senonoh apa pun yang pernah kubuat padamu sebelumnya, setidaknya sekarang aku nggak pernah begitu lagi sama kamu, 'kan?""Kamu nggak boleh panggil aku bajingan mesum lagi. Kamu boleh panggil aku Tirta saja, atau Kak Tirta juga boleh. Kalau kamu nggak bisa lakukan itu, sebaiknya kamu kembali saja ke dunia misterius," kata Tirta sambil menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga reputasinya."Huh, kalau begitu aku panggil Tirta saja. Sepertinya kita juga sebaya!" jawab Laras sambil menoleh ke arah lain setelah berpikir sejenak."Kak Tirta, aku nggak akan panggil kamu bajingan mesum. Karena kamu adalah orang baik."Tina merasa ekspresi serius Tirta saat membela diri tadi cukup menggelikan. Dengan sedikit keberanian, dia menepuk lengan Tirta dan berkata demikian."Hehe, bagus! Tina memang paling penurut."Suasana hati Tirta menjadi semakin bagus. Dia mengusap rambut panjang Tina dengan lembut sebelum mengalihkan pandangannya ke Tina, Laras, serta Kimmy yang
"Nak, jangan persulit kami!"Para pesilat kuno yang berhasil selamat dan beberapa ketua sekte berusaha untuk bernegosiasi dengan Tirta."Persulit kalian? Hehe .... Kamu kira aku nggak tahu apa yang ada di pikiran kalian? Kalian cuma merasa batu alami terlalu berharga dan nggak mau memberikannya padaku, bukan?""Sejujurnya saja, semua sumber daya dunia fana ini sama sekali nggak menarik bagiku. Aku cuma menginginkan batu alami! Aku bisa menyelamatkan kalian, tapi aku juga bisa membunuh kalian!""Siapa pun yang nggak setuju, jangan salahkan aku kalau aku berubah menjadi musuh kalian!"Tirta menyeringai dingin sambil menatap para ahli seni bela diri kuno yang tersisa di sekelilingnya.Saat mengucapkan kata-kata itu, aura dingin dan niat membunuh yang mengerikan terpancar dari tubuhnya!"Cecunguk ini ternyata punya sedikit keberanian juga."Di dalam lautan kesadarannya, Genta berkomentar dengan nada santai. Jika dia yang berada di posisi Tirta sekarang, para pesilat kuno ini tidak akan sel
"Yang penting jangan lupakan kamu ...," gumam Tirta. Permintaan Tina sangat sederhana. Dia benar-benar wanita yang polos.Tirta mendesah, lalu menyetujui permintaan Tina, "Oke, namamu Tina, 'kan? Kalau begitu, kamu ikut aku saja. Aku ... ada sesuatu yang nggak bisa kukatakan padamu sekarang. Nanti aku baru beri tahu kamu setelah pulang."Tina langsung berhenti menangis setelah Tirta menyetujui permintaannya. Dia menyeka air matanya, lalu berujar kepada Edwan dengan antusias, "Pak Edwan, Kakak setuju aku ikut dia. Aku ... nggak ikut kalian pulang lagi."Tina berpesan, "Pak Edwan, tolong sampaikan pada guruku. Kalau ada kesempatan, aku dan Kakak akan pergi ke dunia misterius untuk mengunjungi guruku.""Oke. Kalian berdua jaga diri baik-baik. Kami pamitan dulu," balas Edwan sambil tersenyum. Dia memberi hormat kepada Tirta, lalu membawa membawa murid Sekte Kebebasan meninggalkan puncak gunung.Setelah Edwan dan lainnya pergi, Tina berdiri di belakang Tirta. Dia mengamati wajah Tirta, lalu
Di puncak gunung, semua pesilat kuno yang diselamatkan Tirta memberi hormat kepadanya. Salah satu pesilat kuno berkata, "Sobat, kamu sudah menyelamatkan kami, tapi kami nggak tahu namamu. Apa kamu bisa beri tahu kami? Ke depannya, kami pasti akan mengunjungimu setelah beristirahat di dunia misterius."Tirta berpikir sejenak, lalu menanggapi, "Sebenarnya aku nggak perlu beri tahu kalian namaku. Kalau kalian mau membalasku, bantu aku cari batu spiritual setelah kalian kembali ke dunia misterius. Eh, salah. Maksudku cari batu alami."Tirta menambahkan, "Nantinya aku akan ambil batu alami itu waktu aku pergi ke dunia misterius."Tirta sudah merebut energi internal mereka. Biarpun sedikit keterlaluan, Tirta sudah menyelamatkan mereka. Tindakan Tirta sama seperti dokter yang mengangkat salah satu organ dalam pasien untuk menyelamatkannya.Pasien tidak akan menyalahkan dokter. Sebaliknya, pasien akan membayar biaya pengobatan setelah selamat. Jadi, batu alami yang diminta Tirta bisa dianggap
Hanya saja, suara mereka tidak terlalu keras saat memarahi Tirta. Bagaimanapun, mereka menunggu diselamatkan Tirta.Tirta yang sudah menikmati perhatian para murid wanita baru berjalan keluar dari kerumunan. Dia mulai menyingkirkan Air Kutukan para pesilat kuno pria dan pemimpin sekte.Tentu saja, Tirta para pesilat kuno pria yang tidak bersedia berlutut kepada Tirta dan cemburu kepadanya mendapatkan giliran terakhir. Alhasil, mereka mati disiksa oleh Air Kutukan sebelum diselamatkan Tirta.Sementara itu, Elisa yang berdiri di hutan tersembunyi dan tidak bisa dilihat Tirta melihat para murid wanita diselamatkan. Dia berkomentar dengan ekspresi kesal, "Bocah ini memang genit ...."Sebenarnya, tadi Elisa tidak pergi. Dia beralasan ingin turun gunung, tetapi dia diam-diam kembali lagi untuk melihat cara Tirta menetralkan racun.Sebagai murid Sekte Mujarab, Elisa memiliki minat belajar yang tinggi. Dia ingin mempelajari cara Tirta menetralkan racun. Selain itu, Elisa juga mulai tertarik pa
Tirta hanya menyingkirkan Air Kutukan dari tubuh murid wanita itu dan melirik bagian dadanya beberapa kali. Murid wanita itu memakai baju, dia juga tidak rugi biarpun dilirik Tirta.Sebenarnya hanya Tirta sendiri tahu apa yang dilihatnya. Meskipun murid wanita itu memakai baju, tetap tidak berpengaruh bagi Tirta.Setelah puas melihat tubuh wanita itu, Tirta berkata kepada murid wanita yang bokongnya berisi, "Itu ... Adik yang bokongnya berisi. Kamu maju, racun di tubuhmu terlalu kuat. Biar aku bantu kamu netralkan racunnya."Murid wanita itu menghampiri Tirta, lalu Tirta menemukan target lain lagi. Matanya berbinar-binar.Tirta tersenyum lebar sambil berujar, "Itu ... Kakak yang pinggangnya ramping dan dadanya berisi. Aku hampir melupakanmu. Kamu juga maju, aku sekalian netralkan racun kalian berdua."Murid wanita yang mempunyai pinggang ramping dan dada berisi terlihat seksi saat berjalan menghampiri Tirta. Dia sangat cantik. Murid wanita itu bertanya dengan ragu-ragu, "Dik, apa kamu
Tirta menjawab dalam hati, 'Kak, jangan goda aku lagi. Aku sama sekali nggak punya niat itu. Kita harus segera selamatkan orang biar kamu bisa menyerap energi internal orang-orang ini secepatnya. Kita juga bisa pulang ke kediaman Keluarga Purnomo.'Tirta juga merasa bersyukur. Untung saja, tadi dia tidak menggoda murid wanita yang tampangnya jelek. Dia pasti tidak tahan kalau diganggu oleh wanita jelek.Setelah tersadar, Tirta sudah menyingkirkan Air Kutukan murid wanita ini. Kemudian, dia mulai menyingkirkan Air Kutukan murid Sekte Kebebasan lainnya.Kali ini, Tirta berusaha mengendalikan dirinya setelah tahu pemikiran wanita dari dunia misterius yang kolot. Dia tidak menggoda murid wanita yang cantik.Tentu saja, ini juga karena Tirta tidak melihat wanita cantik lagi. Kalau tidak, dia pasti langsung menunjukkan sifat aslinya.Dalam waktu belasan menit, Tirta sudah menyingkirkan Air Kutukan belasan murid Sekte Kebebasan. Biarpun kehilangan semua energi internal, mereka tetap berterima
Tirta melirik sekilas ke arah dada wanita itu yang terlihat begitu indah dan menonjol, lalu menyeringai dengan senyum jahil.Wanita itu langsung terpaku di tempat dan wajahnya memerah seketika. Dia menggigit bibirnya dengan gugup dan merasa sangat malu.Kemudian, wanita itu menoleh ke arah Edwan dengan ekspresi penuh dilema seolah meminta petunjuk. Dia berucap, "Aaaargh .... Pak Edwan! Dia ... dia mau aku menciumnya!" Edwan menghela napas panjang, lalu berkata dengan lembut kepada wanita itu, "Tina, sebelum bawa kalian keluar, aku sudah berjanji kepada gurumu bahwa aku akan memastikan kalian pulang tanpa kekurangan apa pun. Jadi, cium saja anak muda ini. Dia bukan orang jahat kok. Dia adalah penyelamatmu."Dalam pikiran Edwan, kalau Tina tidak mau mencium Tirta, mungkin dia tidak akan menyelamatkannya."Aku ...." Tina ragu-ragu cukup lama. Pada akhirnya, dia menarik kembali liontin gioknya, lalu mengumpulkan seluruh keberaniannya dan memejamkan mata.Kemudian, Tina maju selangkah dan