Namun, dari penampilan Tirta, sepertinya kedua kemungkinan itu tidak benar. Bella sungguh tidak memahami isi pikiran Tirta. Apa mungkin status pria ini benar-benar tidak biasa? Bagaimanapun, orang biasa tidak mungkin bersikap seperti ini.Karena tidak berdaya, Bella terpaksa berbicara terus terang, "Kami telah melihat bakat dan kemampuanmu dalam memilih batu. Kamu sangat luar biasa. Kami ingin mengundangmu bergabung dengan Keluarga Purnomo. Asalkan kamu menyetujuinya, kami bisa memberimu berapa pun yang kamu mau atau mungkin kamu punya permintaan lain?"Tirta hanya menggeleng. Dia menolak dengan berkata, "Maaf sekali, memilih batu bukan pekerjaan utamaku. Aku cuma membantu teman. Lagi pula, pekerjaan ini sangat membosankan."Bella yakin Tirta memahami tawarannya. Namun, Tirta malah menolaknya selugas ini. Ini benar-benar di luar dugaan. Ini pertama kalinya Bella melihat orang seaneh Tirta.Jadi, Bella bertanya sekali lagi dengan sangat serius, "Pak Tirta, Kamu yakin nggak mau mempertim
Setelah menolak tawaran Bella, Tirta kembali ke lokasi ekspo dan berkumpul dengan Irene dan lainnya.Saat ini, tampak beberapa bos besar sedang berdiri di hadapan Afrian. Mereka menjual 3 batu giok Putro dan langsung mentransfer dana ke rekening Afrian. Afrian tidak mungkin mau rugi dalam berbisnis.Ketiga batu giok milik Putro diperkirakan bernilai 4 triliun. Afrian berhasil menjualnya dengan harga 4 triliun. Ditambah lagi Bella membeli batu yang dipilih oleh Tirta, Afrian pun untung 110 triliun.Hal ini tentu membuat Afrian sangat senang. Dia hampir lupa untuk mempertahankan citranya. Bagaimanapun, modal Afrian hanya 200 miliar. Namun, sekarang dia untung 110 triliun."Pak Afrian, lain kali kita harus bekerja sama.""Pak Afrian, kalau kamu punya waktu nanti, datang saja ke kelabku untuk minum dan ngobrol. Kamu pasti ingin bersenang-senang setelah untung besar. Kelabku untuk kalangan atas. Aku akan memberi gratis kepadamu dan keluargamu.""Pak Afrian, aku punya beberapa batu berkualit
“Di seluruh dunia, hanya Pak Tirta yang punya keahlian memilih batu sehebat ini. Sebagai pemimpin industri batu giok dalam negeri, Keluarga Purnomo nggak mungkin membiarkan orang sehebat ini berkeliaran di luar," jelas Afrian.Tirta tidak peduli dengan pernyataan semacam ini. Dia menyahut, "Ini cuma hobiku. Kalau Keluarga Purnomo bersikeras, biarkan saja mereka. Lagi pula, aku belum tentu bakal berpartisipasi dalam ekspo seperti ini lagi.""Baiklah kalau begitu." Afrian tidak membujuk Tirta lagi. Dia teringat pada pendapatannya kali ini. Setelah mengeluarkan sebuah kartu bank dari sakunya, Afrian hendak meletakkanya di tangan Tirta."Uang 4 triliun ini hasil jual batu Putro. Aku tahu nominal ini nggak bisa dibandingkan dengan bantuan besar yang kamu berikan. Keluarga Manggala akan selalu mengingat kebaikanmu ini. Tolong terima niat baik kami," ucap Afrian dengan tulus.Tirta tidak menerimanya, melainkan berkata, "Berikan saja dulu kepada Irene. Bisa dibilang kita adalah keluarga. Lagi
Afrian tentu mengerti bahwa Tirta malas meladeni sekelompok orang ini. Dia langsung berkata, "Irene, termani Pak Tirta istirahat. Kamu harus melayaninya dengan baik. Jangan sampai terjadi kesalahan apa pun."Dengan demikian, Afrian pun tetap berada di sini untuk mengobrol dengan para bos ini. Dia ingin memberi Tirta dan Irene ruang untuk berduaan."Hehe. Kalau begitu, kami pamit dulu," ucap Tirta sambil menunjukkan senyuman nakal. Tatapannya yang dipenuhi penantian membuat wajah Irene tersipu."Oke, Ayah." Irene mengiakan. Kemudian, dia mengemudikan mobil putihnya. Tirta juga mengemudikan mobilnya dan mengikuti Irene dari belakang.Tidak berselang lama, kedua mobil itu tiba di sebuah kediaman mewah. Tempat ini sunyi senyap, seolah-olah khusus disiapkan untuk mereka berdua.Tirta duduk di sofa dengan lelah. Dia menghela napas dan berucap, "Hais .... Ekspo seperti ini benar-benar merepotkan. Aku sampai kepanasan dan kelelahan. Apalagi di sana sangat ramai."Irene melepaskan sepatu hak ti
Irene sudah membuat persiapan untuk disetubuhi Tirta. Saat ini, perut Tirta tiba-tiba keroncongan. Ini agak memalukan karena waktunya tidak tepat."Aku sangat ingin melahapmu, tapi sekarang perutku terlalu lapar," ujar Tirta dengan canggung.Irene tersenyum sambil membalas, "Ya, kamu sudah bekerja keras hari ini. Aku akan memasak untukmu, lalu kita baru ...."Tirta meneruskan ucapan Irene, "Kita akan memuaskanmu nanti."Tirta mengelus perut Irene yang rata. Irene mengerlingkan matanya dan mengeluh, "Dasar menyebalkan! Tunggu sebentar ya."Irene segera bangkit dan memasak untuk Tirta. Harus diakui bahwa wanita yang memasak untuk pria yang dicintainya punya pesona yang berbeda.Meskipun Irene selalu bersikap dingin dan merupakan wanita karier yang luar biasa, dia juga pintar memasak. Irene memang wanita yang serbabisa.Selain itu, Irene juga wanita yang nakal. Karena tidak ada siapa pun, dia bersikap dengan sangat berani. Meskipun sedang memasak, dia tetap memberi bonus kepada Tirta.Ire
Irene menghabiskan 2 jam untuk menyelesaikan masakannya. Tirta belum kenyang, tetapi Irene yang memasak sudah kenyang duluan.Setelah beristirahat sejenak, berbagai makanan lezat dan mewah pun disajikan di atasnya. Tirta duduk di kursi, lalu menatap Irene dan melambaikan tangannya sambil terkekeh-kekeh. Dia bertanya, "Kak, bukankah kamu seharusnya melayaniku makan?"Wajah Irene memerah. Dia duduk di pangkuan Tirta dengan pose yang menggoda sambil menyahut, "Tentu saja. Sudah tugasku untuk membuatmu kenyang. Ayo buka mulutmu, aaa ...."Irene menjulurkan tangannya yang putih sambil menyuapi Tirta. Tirta pun menikmati pelayanan ini dengan hati yang puas."Enak nggak?" tanya Irene dengan suara lembut."Tentu saja enak. Masakan Kak Irene paling enak. Tapi, tubuhmu lebih enak," timpal Tirta dengan nakal."Kalau begitu, kamu makan saja aku sampai kenyang." Irene mengedipkan matanya dengan genit.Tirta pun tertawa. "Aku nggak mungkin bisa kenyang. Nafsuku sangat besar lho."Sambil menikmati ma
Melalui jendela besar, tampak balkon dan pemandangan hijau di rumah Keluarga Manggala. Di atas sebuah meja kecil, telah disiapkan anggur merah untuk menghidupkan suasana.Ternyata Irene telah menyiapkan semua ini untuk Tirta. Begitu Tirta masuk ke bak mandi, terdengar suara pintu terbuka.Tirta mendongak, melihat Irene yang memakai piama seksi berwarna hitam yang tembus pandang. Ujung piama itu panjang, membuat Irene terlihat seperti permaisuri. Sementara itu, kain hitam tipis itu sepenuhnya mengungkap tubuh seksi Irene.Tirta menjulurkan tangannya ke arah Irene. Irene tersenyum manis sambil mendekat dengan perlahan dan meletakkan tangannya di atas tangan Tirta. Saat berikutnya, Tirta menarik Irene ke pelukannya.Irene berucap dengan manja, "Dasar kamu ini. Aku belum melepaskan bajuku.""Nggak apa-apa. Aku tetap terangsang melihatmu. Harus kuakui kamu menyiapkan semuanya dengan sangat baik," sahut Tirta.Seluruh persiapan ini sangat membangkitkan gairah Tirta. Tirta merasa terkejut sek
"Biar kuantar kamu keluar," ucap Irene yang hendak bangkit untuk mengantar Tirta keluar. Namun, sekujur tubuhnya terasa lemas. Dia bahkan kesulitan untuk duduk sehingga hanya bisa menyaksikan Tirta meninggalkan kamarnya."Kak, kamu istirahat saja. Aku bisa sendiri," sahut Tirta sambil melambaikan tangan dan tersenyum.Irene berkata dengan lemas, "Kalau begitu, hati-hati di jalan. Kamu harus mencariku lagi ya nanti."Ketika menatap tatapan Irene yang dipenuhi keengganan, hati Tirta diliputi kepuasan dan kebahagiaan. Meskipun begitu, dia tetap pergi.Setibanya di Desa Persik, hari sudah malam. Tirta mencari ke sekeliling, tetapi tidak menemukan sosok Nabila. Nabila tidak berada di klinik.Kebetulan, Arum lewat. Tirta menariknya dan bertanya, "Kak, di mana Nabila?"Arum menjelaskan, "Oh, tadi ada yang menelepon Nabila. Katanya kerabatnya menikah, jadi dia harus pergi membantu. Siang tadi, dia sudah pergi bersama orang tuanya. Dengar-dengar lokasinya agak jauh. Dia mungkin akan kembali dal
Namun, Tirta tidak takut. Saat dia hendak bertarung dengan Keshwan, Kurnia bergegas menghampiri Keshwan dan menegur, "Pak Keshwan, kamu harus kalahkan aku dulu sebelum melawan Tirta!"Keshwan memang merasa tidak puas dengan sikap Kurnia sebelumnya. Sekarang Kurnia juga menghalanginya.Amarah Keshwan memuncak, lalu dia memperingatkan Kurnia, "Pak Kurnia, biarpun pencuri ini punya hubungan denganmu, dia sudah melumpuhkan putraku! Hari ini aku harus bunuh dia. Kalau kamu berani menghalangiku lagi, itu berarti kamu bermusuhan denganku!"Keshwan menghindari Kurnia dan lanjut menyerang Tirta. Kurnia berbalik, lalu menghalangi Keshwan lagi. Dia mengingatkan, "Pak Keshwan, kamu nggak sanggup menghadapi Pak Tirta. Dengarkan saranku, sebaiknya kamu jangan buat perhitungan lagi.""Konyol sekali! Orang ini sudah melumpuhkan putraku, masa aku nggak buat perhitungan? Pak Kurnia, jangan kira aku takut padamu!" timpal Keshwan.Keshwan langsung bertarung dengan Kurnia. Dia sudah bertekad untuk membalas
Azhar menceritakan apa yang dialaminya kepada Keshwan sambil menangis histeris, "Ayah, orang itu yang tampar aku. Dia bukan cuma tampar aku, tapi juga menyerap energi di dalam tubuhku. Kimmy juga mau putus denganku karena dia ...."Azhar melanjutkan, "Ayah, sekarang aku cuma orang biasa yang nggak punya kekuatan apa pun. Kamu harus bantu aku balas dendam!"Melihat pesilat muda berbakat dari dunia misterius yang meluapkan kesedihannya, para pesilat kuno yang awalnya berencana memilih kandidat turnamen bela diri mulai mengerumuni Azhar. Mereka sibuk berkomentar."Ternyata pemuda ini melumpuhkan Azhar!""Mana mungkin Sekte Aswad mengampuninya?""Sepertinya Pak Kurnia sangat menghormati pemuda ini. Menurut kalian, Pak Kurnia akan mengorbankan dia atau membelanya?"Seseorang dalam kerumunan yang tampak familier mengamati Tirta dengan penuh minat. Dia adalah Yara yang memakai topeng Bryan. Yara menceletuk, "Pemuda ini kelihatan mengintimidasi. Aku seperti bertemu dengan orang yang mirip deng
Melihat situasi ini, para pemimpin sekte dan pesilat kuno energi internal tahap puncak yang awalnya mengira Tirta adalah murid baru Kurnia mulai mengamati Tirta dengan ekspresi bingung. Mereka juga berkomentar."Apa latar belakang pemuda itu?""Pak Kurnia malah membiarkan pemuda itu duduk di kursi pemimpin sekte. Dia sendiri duduk di samping.""Apa ... Pak Kurnia takut pada pemuda itu?"Sementara itu, Tirta tidak peduli dengan mereka. Dia hendak bertanya kepada Kurnia mengenai turnamen bela diri.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya yang berusia sekitar 50 tahun menghampiri Kurnia. Dia terlihat mirip dengan Azhar.Pria paruh baya itu bertanya seraya mengernyit, "Pak Kurnia, kita baru nggak bertemu sehari. Siapa yang berani melukaimu? Apa orang itu juga pesilat kuno tingkat semi abadi?"Keshwan adalah pemimpin Sekte Aswad. Ayahnya juga merupakan pesilat kuno tingkat semi abadi. Keshwan tentu kenal dengan Kurnia.Selain itu, putra Keshwan adalah tunangan Kimmy. Jadi, Keshwan berani menanya
Tirta menyahut tanpa berpikir panjang, "Nggak seru kalau lihat-lihat saja. Tentu saja aku mau mengikuti turnamen bela diri."Tujuan utama Tirta mengikuti turnamen bela diri adalah memberi Genta kesempatan untuk menyerap lebih banyak energi dari tubuh pesilat kuno. Tentu saja, Tirta juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengasah kemampuannya.Merebut energi pesilat kuno lain memang bukan tindakan yang baik. Namun, Tirta hanya berencana menyerap energi pesilat kuno yang arogan dan meremehkan orang biasa.Jika bertemu dengan pesilat kuno yang ramah, Tirta berencana berdiskusi dengan Genta. Dia berharap Genta setuju untuk tidak menyerap energi dari tubuh pesilat kuno yang ramah.Melihat Tirta bersikeras mengikuti turnamen bela diri, Kurnia menyarankan, "Pak Tirta, kamu membutuhkan identitas yang layak untuk mengikuti turnamen bela diri. Bagaimana kalau kamu menyamar menjadi murid sekteku untuk sementara waktu?""Aku sudah membuat persiapan untuk masalah identitas. Kamu nggak usah ta
Kimmy tidak berharap kepada Azhar lagi. Dia memohon kepada Tirta hanya karena tidak ingin melihat Azhar mati dibunuh Tirta.Kurnia melihat Tirta sekilas, lalu menggeleng kepada Azhar dan menjelaskan, "Azhar, kamu nggak bisa menyinggung Pak Tirta. Jangankan merebut Kimmy darimu dan melumpuhkanmu, biarpun Pak Tirta membunuhmu di depanku, aku hanya bisa mengabaikannya."Tirta mengingatkan, "Kalau kamu mau hidup, sebaiknya kamu dengar saran Kimmy untuk minta maaf pada Pak Tirta."Nyawa Kurnia dan Kimmy dikendalikan oleh Tirta. Jadi, Kurnia tidak berani melawan Tirta. Berdasarkan ucapan Azhar tadi, Kurnia sudah cukup menghormati ayah dan kakek Azhar karena tidak langsung membunuh Azhar dan memutuskan hubungan dengannya.Hanya saja, Azhar tidak memahami tindakan Kurnia. Dia meninju tanah dan berkata dengan geram, "Apa? Kakek Kurnia, kamu itu temannya kakekku. Ayahku juga sangat menghormatimu!"Azhar meneruskan, "Sekte Aswad dan Sekte Delapan Cakrawala beraliansi. Sekarang kamu malah suruh ak
Selesai bicara, Azhar langsung mendorong Kimmy dengan kuat karena terbawa emosi. Alhasil, Kimmy jatuh ke tanah.Hanya saja, sebelum Azhar melancarkan serangan, Tirta sudah menendangnya hingga terpental. Kemudian, Tirta menghampiri Azhar dan mencekiknya seraya menegur, "Kamu bilang mau bunuh aku? Apa nyawa orang lain nggak berharga bagimu?"Tirta meneruskan, "Kamu mau melawanku dengan satu tangan? Apa anak dari pemimpin Sekte Aswad begitu hebat?"Tadi Tirta menggunakan Teknik Pengendali Angin sehingga dia bisa bergerak dengan cepat. Sebelum Azhar sempat merespons, Tirta sudah membuatnya tidak bisa berkutik.Kimmy segera bangkit, lalu berlutut kepada Tirta dan memelas, "Pak Tirta, tolong lepaskan dia. Aku mohon, dia nggak sengaja lawan kamu."Azhar yang dicekik Tirta kehilangan akal sehatnya saat melihat kekasihnya tunduk pada Tirta. Dia marah-marah, "Sialan! Aku dilahirkan dengan status yang tinggi. Aku juga pesilat kuno energi internal tahap puncak, nggak ada yang berani menyinggungku.
"Oke," sahut Tirta seraya mengangguk. Dia tidak bertanya lagi. Tirta menggunakan Janji Darah untuk mengendalikan nyawa Kurnia dan Kimmy, seharusnya Kimmy tidak berani berbohong.Tiba-tiba, Tirta mendengar suara orang asing yang membentaknya, "Hei, apa hubunganmu dengan Kimmy? Kenapa dia kelihatan takut padamu? Apa kamu melakukan hal yang keterlaluan padanya?"Azhar mencengkeram bahu Tirta dan memandangnya dengan ekspresi garang. Tirta merasa kesal saat melihat sikap Azhar yang buruk.Tirta memukul tangan Azhar dan membalas sambil mengernyit, "Memangnya apa hubungannya denganmu? Siapa kamu? Cepat minggir! Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam!"Azhar sudah mencapai energi internal tahap puncak. Dia tidak menyangka Tirta masih baik-baik saja setelah dirinya mencengkeram bahu Tirta dengan kuat. Bahkan, Tirta bisa memukul tangan Azhar.Azhar juga tahu Tirta merupakan seorang pesilat kuno energi internal tahap puncak. Dia menanggapi, "Aku ini tunangannya Kimmy dan anak dari pemim
Sesudah Kurnia masuk ke hotel, Azhar bertanya kepada Kimmy, "Kimmy, sikap Kakek Kurnia sangat serius. Apa identitas orang yang kalian tunggu? Kamu bisa beri tahu aku?"Kimmy tidak berani melihat Azhar. Dia memandang ke tempat lain sambil menggigit bibirnya. Kimmy mendesah dan menyahut, "Kak Azhar, aku ... juga nggak tahu bagaimana caranya beri tahu kamu. Sebaiknya kamu jangan tanya lagi, ya?"Bagaimanapun, Kimmy tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu Azhar bahwa dirinya dan Kurnia menjadi budak Tirta. Dia juga takut Azhar akan meremehkan dan mencampakkannya setelah mengetahui hal ini.Bahkan Kimmy takut Azhar yang marah akan membalas Tirta. Dia tahu Azhar tidak mungkin mampu melawan Tirta.Sebagai tunangan yang tulus menyukai Kimmy, Azhar tentu bisa merasakan sekarang Kimmy sangat terpuruk. Azhar mengernyit, dia mengira Kimmy ditindas.Azhar meraih tangan Kimmy dan bertanya dengan ekspresi khawatir, "Kimmy, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kamu ditindas? Kamu harus bicara jujur pada
Bella merapikan rambutnya, lalu buru-buru keluar. Sementara itu, Tirta melihat jam. Sekarang hampir pukul 9 pagi. Masih ada 1 jam lagi sebelum turnamen bela diri dimulai.Tirta segera mandi dan memakai baju. Dia menggunakan alasan yang sama, yaitu membantu Mauri mengurus kasus. Setelah berpamitan dengan Ayu, Tirta keluar dari vila Keluarga Purnomo.Kemarin Tirta sudah berpesan kepada Yusril dan Chiko untuk melindungi Bella dan Ayu. Dengan begitu, Tirta bisa mengikuti turnamen bela diri dengan tenang.Kala ini, Yasmin juga berada di kamar Ayu. Dia mengusap matanya dan menguap. Yasmin bertanya kepada Ayu yang sedang melihat ke luar, "Bibi, apa semalam aku mimpi buruk?"Mendengar ucapan Yasmin, Ayu segera menutup pintu kamar. Jantungnya berdegup kencang. Dia menggigit bibir dan bertanya balik, "Nggak, Yasmin. Apa semalam kamu mendengar sesuatu?"Yasmin memandang Ayu dengan ekspresi polos sembari menjelaskan, "Iya, semalam aku dengar Bibi terus memanggil nama Kakak Guru waktu tidur. Kamu j