Tongkat di tangan Naushad langsung terlontar dan melewati tangan Simon. Ponsel Simon terpental, lalu hancur.Naushad menghela napas, lalu berkata kepada Bryan, "Bryan, cepat bawa 2 wanita itu pergi. Kita harus segera tinggalkan tempat ini."Biarpun sudah mencapai tingkat semi abadi, Naushad tidak ingin melawan pasukan militer. Apalagi senjata pasukan militer zaman sekarang sangat canggih. Mereka bisa menghabisi Naushad dengan mudah."Oke, Guru. Kamu pergi dulu, aku akan segera mengikutimu," sahut Bryan yang antusias.Bryan segera menghampiri Chandra dan lainnya. Bagi Bryan, mereka adalah orang-orang lemah. Setelah menghabisi mereka, Bryan bisa langsung menangkap Bella dan Ayu.Melihat Bryan makin mendekat, Chandra dan lainnya sangat ketakutan. Namun, mereka tetap memberanikan diri untuk melindungi Bella dan Ayu. Chandra berseru, "Bu Bella, Bu Ayu, cepat pergi! Kami nggak bisa menahannya terlalu lama!""Kedua wanita ini nggak akan bisa kabur lagi. Kalau nggak mau mati, cepat minggir! Ka
Naushad sudah hidup selama 150 tahun, tetapi dia tidak pernah melihat keanehan seperti ini. Mata Tirta terlihat seperti mata ular yang mengandung cahaya perak. Auranya sangat mengintimidasi.Naushad merasa ketakutan begitu bertatapan dengan Tirta. Bahkan, tubuh Naushad gemetaran. Tirta yang sekarang sangat berbeda dengan sebelumnya. Sekarang Tirta terlihat misterius, arogan, dan sulit digapai.Naushad tidak paham. Dia berusaha fokus untuk merasakan kekuatan Tirta sebenarnya. Namun, dia hanya bisa berseru, "Kenapa aku nggak bisa merasakan kekuatannya? Bukannya dia cuma pesilat energi internal tahap atas? Nggak mungkin, apa yang terjadi?"Saat Naushad masih terkejut dan kebingungan, Bella baru tersadar. Dia segera menarik lengan Tirta dan berujar, "Tirta, kamu sudah bangun! Baguslah! Kamu ...."Sebelum Bella menyelesaikan ucapannya, Tirta tiba-tiba menepis tangan Bella dan meliriknya dengan dingin. Bella sangat terpukul. Dia terdiam di tempat.Tatapan Tirta yang dingin membuat Bella mind
"Tirta! Dasar cabul! Kamu mengintipku mandi! Benar-benar nggak tahu malu!"Cuaca di bulan Juli sangat panas. Tirta Hadiraja yang mendaki gunung untuk memetik bahan obat kepanasan sehingga langsung melepaskan pakaiannya dan menyelam di sungai. Begitu muncul ke permukaan, dia malah melihat pemandangan indah di depannya!Nabila Frenaldi, putri kepala desa, tampak memaki Tirta seraya menunjuknya. Dia baru berusia 18 tahun. Melalui air sungai yang bergoyang, samar-samar terlihat sepasang buah dada yang memikat dan ....Tirta yang tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sontak terperangah di tempatnya!"Berengsek! Kalau kamu masih menatapku, akan kucungkil bola mata!" maki Nabila dengan wajah memerah sambil menutupi bagian tubuhnya yang penting.Nabila juga kepanasan. Kebetulan, sekarang liburan musim panas. Dia merasa bosan sehingga diam-diam keluar untuk berendam. Tanpa diduga, dia malah diintip oleh Tirta!"A ... aku nggak mengintipmu. Aku juga datang untuk berendam. Apa aku perlu be
"Tirta, ada apa denganmu?" tanya Ayu dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang membuat Tirta begitu gembira."Oh, bukan apa-apa, Bibi. Ayo, kita pulang dulu," balas Tirta sambil menahan kegembiraannya dan memapah Ayu. Dia akan mencari kesempatan untuk menguji kejantanannya nanti!Ayu mengangguk, lalu berpesan dengan sungguh-sungguh, "Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati kalau keluar memetik bahan obat. Kalau nggak ada Nabila, kita mungkin sudah nggak bisa bertemu. Cari waktu ke supermarket besok. Kita beli barang, lalu bertamu ke rumah Nabila untuk berterima kasih. Aku akan menemanimu.""Aku sudah tahu, Bi. Tenang saja." Kemudian, Tirta membatin, 'Kalau bukan karena Nabila, aku juga nggak mungkin berniat bunuh diri.'Lantaran masih merasa enggan, Tirta menggaruk kepala sambil mengeluh dengan kesal, "Bibi, aku boleh nggak pergi nggak? Wanita itu terlalu sombong.""Jangan bicara omong kosong! Dia yang menolongmu lho! Kamu seharusnya bersikap lebih ramah! Pokoknya, besok kamu harus ikut
Melati baru berusia 27 atau 28 tahun sehingga tubuhnya masih seksi seperti wanita muda lainnya. Sentuhan hangat dari tubuhnya seketika membuat Tirta merasa makin panas."Kak Melati, jangan bercanda. Gi ... gimana aku bisa membantumu? Kalau mertuamu tahu, aku bisa dihajar sampai setengah mati!" Tirta tidak pernah mengalami hal seperti ini sehingga menggeleng dengan kuat."Tirta, tenang saja. Aku nggak bakal memberi tahu siapa pun tentang ini. Cuma sekali ini. Kalau kamu menolak, aku akan memberi tahu Kak Ayu semuanya," ancam Melati lagi saat melihat Tirta masih belum bisa diajak berkompromi."Jangan ... aku akan memberikannya kepadamu." Tirta yang kebingungan akhirnya mulai melepaskan celananya.Melati tentu senang melihatnya, tetapi dia tetap menghentikan. "Jangan buru-buru, ini pertama kali untukku. Kemaluanmu besar sekali. Aku pasti kesakitan kalau dimasukkan begitu saja. Nanti Kak Ayu mendengar suaraku.""Begini saja, mertuaku lagi pergi 2 hari ini. Malam ini, kamu datang ke rumahku
"A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik."Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang."Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam."Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku ng
Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,
"Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu
Naushad sudah hidup selama 150 tahun, tetapi dia tidak pernah melihat keanehan seperti ini. Mata Tirta terlihat seperti mata ular yang mengandung cahaya perak. Auranya sangat mengintimidasi.Naushad merasa ketakutan begitu bertatapan dengan Tirta. Bahkan, tubuh Naushad gemetaran. Tirta yang sekarang sangat berbeda dengan sebelumnya. Sekarang Tirta terlihat misterius, arogan, dan sulit digapai.Naushad tidak paham. Dia berusaha fokus untuk merasakan kekuatan Tirta sebenarnya. Namun, dia hanya bisa berseru, "Kenapa aku nggak bisa merasakan kekuatannya? Bukannya dia cuma pesilat energi internal tahap atas? Nggak mungkin, apa yang terjadi?"Saat Naushad masih terkejut dan kebingungan, Bella baru tersadar. Dia segera menarik lengan Tirta dan berujar, "Tirta, kamu sudah bangun! Baguslah! Kamu ...."Sebelum Bella menyelesaikan ucapannya, Tirta tiba-tiba menepis tangan Bella dan meliriknya dengan dingin. Bella sangat terpukul. Dia terdiam di tempat.Tatapan Tirta yang dingin membuat Bella mind
Tongkat di tangan Naushad langsung terlontar dan melewati tangan Simon. Ponsel Simon terpental, lalu hancur.Naushad menghela napas, lalu berkata kepada Bryan, "Bryan, cepat bawa 2 wanita itu pergi. Kita harus segera tinggalkan tempat ini."Biarpun sudah mencapai tingkat semi abadi, Naushad tidak ingin melawan pasukan militer. Apalagi senjata pasukan militer zaman sekarang sangat canggih. Mereka bisa menghabisi Naushad dengan mudah."Oke, Guru. Kamu pergi dulu, aku akan segera mengikutimu," sahut Bryan yang antusias.Bryan segera menghampiri Chandra dan lainnya. Bagi Bryan, mereka adalah orang-orang lemah. Setelah menghabisi mereka, Bryan bisa langsung menangkap Bella dan Ayu.Melihat Bryan makin mendekat, Chandra dan lainnya sangat ketakutan. Namun, mereka tetap memberanikan diri untuk melindungi Bella dan Ayu. Chandra berseru, "Bu Bella, Bu Ayu, cepat pergi! Kami nggak bisa menahannya terlalu lama!""Kedua wanita ini nggak akan bisa kabur lagi. Kalau nggak mau mati, cepat minggir! Ka
Setelah Diego dan Wirya mati, orang lain di aula utama ketakutan setengah mati. Cara Naushad membunuh terlalu menakutkan! Mereka tidak pernah melihat hal seperti ini!Bahkan, Sofyan juga tidak berani membalas dendam sesudah melihat putranya mati. Dia dan orang lainnya segera keluar dari aula kediaman Keluarga Purnomo.Ayu yang mentalnya kurang kuat tidak bisa menerima kenyataan dirinya kehilangan Tirta. Ditambah lagi, dia baru melihat situasi yang mengerikan. Tubuh Ayu lemas dan dia langsung tidak sadarkan diri."Bibi Ayu, kamu kenapa?" tanya Bella dengan ekspresi cemas. Dia segera menyuruh Janet memeriksa kondisi Ayu.Siapa sangka, Janet yang ketakutan tidak berani bergerak. Dalam situasi yang kacau ini, tidak ada yang menyadari Tirta sudah membuka matanya. Apalagi, tubuh Tirta ditutupi Ayu. Bahkan, jari Tirta juga mulai bergerak!Melihat situasi ini, Bryan menanggapi dengan ekspresi mesum, "Begini saja sudah takut? Kabarnya orang-orang di dunia fana sangat lemah, sepertinya memang be
Sekarang Naushad sudah berusia 150 tahun. Hanya sedikit lagi, Naushad bisa memperpanjang usianya sampai 200 tahun seperti pesilat tingkat abadi yang paling terkenal di zaman kuno.Sayangnya, belakangan ini Naushad merasa kesehatannya menurun. Dia menderita penyakit kronis dan tidak bisa hidup lama lagi. Itulah sebabnya Naushad kembali ke dunia fana untuk mencari dokter hebat yang bisa mengobati penyakitnya.Sementara itu, Bryan adalah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan Naushad di dunia misterius. Naushad mengatakan Bryan adalah muridnya, tetapi sebenarnya dia sudah menganggap Bryan seperti anak kandungnya. Kalau tidak, Naushad tidak akan bersikap lunak kepada Bryan.Mendengar ucapan Naushad, Bryan yang gembira segera membalas, "Terima kasih, Guru. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu. Ke depannya aku akan mengembangkan kemampuan yang kamu wariskan padaku dan menjadi pesilat kuno sebenarnya. Aku pasti segera mencapai tingkat abadi."Selesai bicara, Bryan hendak menghampiri Ayu dan
Saat Tirta kehilangan kesadaran, Bella, Ayu, Chandra, Simon, dan lainnya berseru dengan ekspresi panik."Tirta!""Tirta, kamu kenapa?""Dokter, cepat lihat bagaimana kondisi Pak Tirta!"Janet yang datang memeriksa kondisi Tirta, lalu berkata dengan ekspresi cemas, "Gawat ... denyut jantung Pak Tirta makin lemah. Takutnya nyawa Pak Tirta terancam! Biarpun dibawa ke rumah sakit sekarang, juga sudah terlambat!"Ayu dan Bella sangat terpukul. Tubuh mereka terhuyung. Ayu bergumam, "Apa? Tirta nggak bisa diselamatkan lagi? Nggak mungkin ....""Orang ini sudah mati?" gumam Bryan yang dipukul hingga babak belur. Dia berusaha bangkit, lalu berjalan terhuyung ke depan pria tua itu dan melanjutkan, "Guru, kalau dia sudah mati, kita nggak usah berlama-lama di kediaman Keluarga Purnomo lagi."Bryan meneruskan, "Orang ini masih muda, kelihatannya dia nggak bisa obati penyakit orang. Aku bawa kamu cari dokter hebat yang lainnya saja."Kemudian, Bryan memandangi Bella dan Ayu dengan tatapan mesum semb
Melihat situasi itu, Ayu dan Bella adalah orang pertama yang berlari ke arah Tirta dengan panik."Bibi, Bu Bella, jangan pedulikan aku! Aku ... aku nggak bisa bergerak. Aku nggak bisa melindungi kalian lagi. Cepat pergi, cepat sembunyi!"Tirta berusaha keras menggerakkan tubuhnya, tetapi tetap tidak berhasil. Bahkan, kesadarannya semakin memudar! Itu sebabnya, dia berteriak kepada Ayu dan Bella dengan cemas."Nggak, Tirta, aku nggak akan pergi. Aku nggak akan meninggalkanmu!" Mendengar itu, Ayu menggenggam tangan Tirta erat-erat. Dengan air mata yang mengalir, dia berbicara dengan teguh.Ini pertama kalinya Ayu melihat Tirta terluka parah. Padahal, pria tua itu hanya melayangkan satu pukulan. Ayu segera menyadari bahwa hari ini, kemungkinan besar Tirta akan menghadapi nasib buruk. Namun, apa pun yang terjadi, dia tidak akan meninggalkan Tirta sendirian!"Kakek Buyut, tolong tenang! Dia adalah dokter yang kami panggil untuk menyembuhkanmu. Kamu nggak boleh membunuhnya! Tolong beri dia k
"Apa? Siapa sebenarnya orang ini? Bu Bella sampai mengucapkan kata-kata seperti itu!""Tirta adalah saudara angkat Pak Saba yang terhormat!""Keluarga Purnomo punya aset senilai ratusan triliun, sedangkan dia cuma seorang diri. Gimana mungkin dia bisa membuat Tirta dan Keluarga Purnomo binasa?"Mendengar ucapan Bella, para hadirin sontak terkejut dan berseru dengan serempak!Tirta secara naluriah mengernyit dan menghentikan aksi menghajar Bryan. Ini bukan karena dia takut, melainkan ingin tahu siapa sebenarnya orang ini!Sebelum Tirta sempat mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara tua yang lemah, serak, dan, tua. "Ehem, ehem. Bryan memang nggak punya kemampuan untuk membuat Keluarga Purnomo dan pemuda itu binasa, tapi aku bisa!"Mendengar suara itu, semua orang langsung merasa ada sesuatu yang aneh. Suara itu seolah-olah bergema di telinga, kepala, dan hati mereka. Jelas, tetapi tidak keras.Namun, saat mereka mencari-cari sumber suara, ternyata tidak ada satu pun sosok yang tam
Pukulan Tirta menghantam dagu Bryan dengan keras!"Sialan! Sialan!" Meskipun terluka, Bryan adalah seseorang yang sangat tangguh. Setelah dagunya terkena pukulan, dia memang terkejut, tetapi serangannya justru semakin gencar!Dengan instingnya, dia mengayunkan kakinya seperti cambuk, melancarkan lima tendangan berturut-turut, menutup semua kemungkinan gerakan Tirta ke depan, belakang, kiri, kanan, dan atas!Bam! Bam! Bam! Tirta terkena tendangan di bahu, sisi paha, dan dada. Jika orang biasa yang menerima tendangan seperti itu, mereka pasti mengalami cedera parah dan tidak bisa melawan lagi, bahkan mungkin meninggal!Namun, Tirta hanya terhuyung sedikit dan tidak menunjukkan tanda-tanda terluka parah. Kini, Tirta menyadari bahwa dia tidak akan menang jika pertarungan ini terus berlanjut. Jadi, dia menggunakan strategi mengunci.Saat Bryan menarik kakinya, Tirta tiba-tiba menjulurkan kedua tangannya dan memegangi salah satu kaki Bryan dengan erat!Bryan yang mengira Tirta tidak mampu me
"Apa? Tirta berhasil melukai Bryan dari dunia misterius hanya dengan satu pukulan?""Ini ... ini nggak masuk akal!"Saat melihat kejadian itu, Bella yang sebelumnya mencoba menghentikan Tirta, langsung terpaku dengan ekspresi penuh keterkejutan!"Pak Tirta, kami akan membantumu!" Saat ini, Simon, Chandra, Joshua, dan lainnya bergegas maju."Nggak perlu, kalian jangan terlalu dekat! Orang ini sangat berbahaya! Kalau kalian mendekat, aku yang akan kerepotan. Lebih baik kalian periksa dulu seberapa parah luka Paman Darwan! Biar aku tangani sendiri orang ini!"Setelah melayangkan satu pukulan yang membuat pemuda bengis itu terlempar, Tirta merasakan tangannya sedikit mati rasa. Sensasi seperti ini belum pernah dirasakan sebelumnya, seolah-olah yang dipukulnya adalah pelat baja yang sangat keras!Yang lebih mengerikan, setelah menerima Tinju Harimau Ganas dengan kekuatan penuh darinya, lengan pemuda itu tetap utuh. Dia hanya mengibaskan tangannya dua kali dan semua kembali normal!Tirta bis