Ku menghela nafasku, lalu ku lanjutkan membuat kue tanpa bantuan dari mbok ani karena dia sedang membersihkan halaman belakang, Aku mixer semua bahan-bahan untuk membuat kue, lalu setelah hampir 3 jam ku ada di dapur, kue pun jadi lalu ku potong-potong dan ku tata di piring. Setelah itu, ku tutup dengan penutup makanan. Dan yang terakhir ku tata kue lain yang mama beli di piring juga dengan rapi.
Aku melihat jam di ponselku sudah pukul 12 siang, ini waktunya anakku kresna pulang. Aku pun mengambil cardigan ku di kamar. Kemudian, aku keluar dari kamarku dan mendapati mama sedang menata makanan dia atas meja yang aku tata tadi.“Ma, aku jemput kresna ya ma,” ijinku pada mama.“Eh ehh kamu beresin ini aja, biar aku yang jemput,” jawab mama padaku.“Eh tapi ma,”“Udah, sama aja kan? Yang bersih dan rapi loh,”pesan mama padaku.Mama pun mengambil tas nya lalu dia keluar rumah dan mobilnya melaju menuju ke sekolah anakku. aku pun menuruti mama membereskan tempat arisannya disini. Ku tata kursi lalu ku tata makanannya juga beserta gelas dan piring kecil.15 menit kemudian …Masih ku sibuk menata bunga, merapikan taplak dan hiasan meja, ku lihat pintu rumah terbuka, ternyata itu mama dan anakku kresna yang masuk. Kresna melihatku dan berlari ke arahku.“Mama ..."panggilnya sambil berlari.“Halo sayang,”jawabku dengan memeluknya.“Mama, ini hadiah buat mama,” kata anakku dengan menyerahkan selembar kertas gambarnya.“Apa ini sayang?” tanyaku.“Buat mama, kresna buat di sekolah,”Ku lihat gambar yang kresna buat, gambar dengan 4 manusia yang saling bergandengan, di gambar bajunya itu ada tulisan mama, papa, ka abhi, kresna. Lucu sekali, ini pertama kalinya anakku menggambar seperti ini.“Bagus sekali, mama pajang ya nanti di kamar,”ucapku dengan mengelus rambut anakku.“Oke mama … Yes mama pajang gambar kresna yeee …” sorak kresna dengan gembira.“Apa ini? Kok nenek ga gada?” tanya mama pada kresna anakku.“Kresna lupa nek hehe” jawab anakku.“Seharusnya nenek disini juga dong,” ucap mama lagi dengan mengambil gambar kresna dariku dan mencoretnya.“Ehh maa,” ucapku ingin menghentikan mama mencoretnya.“Ya ga papa dong, ga papa kan kresna?”ucap mama menggampangkan.“i-yaa nek,” jawab kresna dengan menunduk.Dengan pulpen dia menambah gambar kresna, kini ada 2 orang lagi di samping abhi yaitu mama dan papa mertua. Padahal hanya sebuah gambar, tapi mama segitunya tak mau kalah karena dia dan suaminya tak digambar oleh kresna. Ku tau dia sangat sayang pada cucunya tapi tak begini juga kan merusak gambar yang sudah anakku gambar dengan susah payah. Ku lihat wajah kresna menjadi murung, mungkin dia sebenarnya tak ingin gambarnya di rusak.Setelah mama menggambar sesuka hatinya, dia pun mengembalikannya padaku lagi.“Nih, jadi bagus kan? Oh ya, ayo cucu nenek makan yuk makan” ajak mama dengan mengulurkan tangan pada kresna.Dengan berat hati, anakku meraih uluran tangan mama mertua dan mereka pun menuju ke dapur. Aku pun lanjut membereskan meja ini lagi. Namun aku tak sadar bahwa aku sama sekali belum memasak apapun untuk makan siang.“RINA!” teriak mama.“Ada apa ma?” jawabku mendekat.“KAMU BELUM MASAK? ANAK KAMU MAU MAKAN APA! DARI TADI DI DAPUR GA MASAK SEKALIAN? GIMANA SIH GA BECUS BANGET! LIHAT ANAK KAMU KELAPARAN!” ucap mama dengan nada marah.“Belum ma, rina baru masak nasi aja kan dari tadi rina bikin kue dan lain-lain ma,” ujarku.“HALAH ALESAN! MASA GA BISA DISAMBI MASAK MAKAN SIANG! KAMU INI MEMANG LELET SEKALI RINA!” bentak mama lagi.“Tapi ma, bikin kue nya kan memang lama dan banyak ma, jadi ga bisa disambi,”“KAMU INI KALAU DIBILANGIN ORANG TUA PASTI ADA AJA JAWABAN NYA, SUDAH LAH KAMU BELIKAN MAKAN INI BUAT ANAK KAMU SETELAH ITU KAMU MASUK KAMAR JANGAN KELUAR LAGI SAMPAI ACARA MAMA SELESAI” perintah mama padaku.“Iya ma,”Aku pun keluar rumah dan melajukan motorku membeli makanan untuk anakku. Dan ku berhenti di sebuah kedai ayam yang agak ramai. Aku pun memarkirkan motorku, ku putuskan untuk membeli ayam bakar dan ayam goreng untuk anakku.“Mang, 2 ayam goreng dan 3 ayam bakar ya mang,” Pesanku.“Oke bu, sesuai antrian ya bu, silahkan tunggu dulu,”Aku pun duduk di tempat tunggu bersama orang lain yang sedang menunggu pesanannya juga.“Ibu, itu gendut banget yah hihihi, kursiku tadi diduduki juga separo sama dia, bau lagi maka nya aku pindah kesini bu” bisik seorang anak yang tadi duduk di sebelahku dan pindah Ketika aku duduk di sebelahnya.“Huss jangan gitu” jawab ibunya.Hati yang sudah tertancap pedang, pisau ini didorong lagi sampai sedalam-dalamnya. Aku tau aku gendut, aku tau aku besar dan aku tau aku bau, tapi bisakah tak menyakiti hati ku? Jika tidak suka kenapa tak menghindari ku saja, kenapa harus berkata yang menyakitkan seperti itu? Sangat sakit, jika aku bisa memilih ku lebih baik sakit badan ku daripada sakit hati. Ku tahan tangis ku dan ku kepalkan tanganku, ku alihkan pandangan kearah lain, tak lama kemudian, ibu dan anak itu dipanggil oleh penjual, dengan menutup hidung, anak itu melewati ku ngumpet di belakang ibunya. Dan setelah itu, aku pun dipanggil oleh penjual.“Bu, sudah ini pesanan nya,” ucap mang penjual.“Iya mang, berapa ya?”“Semua 60 ribu, bu …”“Ini mang,” jawab ku dengan menyerahkan selembar uang 100 ribuan.“Ini bu kembaliannya, terima kasih datang kembali bu,”Aku tersenyum lalu ku berbalik dan ku kaitkan kresek di dasbor motor lalu ku hidupkan motorku dan ku melajukan motor menuju ke rumah. Beberapa menit kemudian, disaat ku berbelok dari kejauhan, aku melihat mobil mas hanif sedang terparkir di depan rumah. Kenapa mas hanif siang-siang sudah pulang? Ini tak seperti biasanya, ku percepat laju motor ku dan setelah sampai ku segera parkirkan motorku dan masuk kedalam. Di ruang tamu, ku lihat ada mama dan seorang wanita yang tak tau siapa, dia cantik memakai rok pendek putih yang pres dengan tubuhnya dengan blouse warna pink. Aku dulu suka juga pakai pakaian itu tapi sekarang sudah tak muat lagi. Aku pun berjalan mendekati mereka. Namun tiba-tiba mama menyuruhku berhenti.“Berhenti disitu!” ucap mama.“Kenapa ma? Mas hanif kemana?” tanya ku.“Kenapa tanya-tanya? Sudah kamu sana suapi anak kamu saja” ucap mama.Aku pun berbelok menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk anakku kresna. Ku masih mengamati mama dan perempuan itu yang sepertinya sangat asik mengobrol. Ku ambil nasi dan ayam nya ke dalam piring. Lalu setelah itu, aku letakan dulu diatas meja makan lalu aku naik ke atas untuk memanggil anakku. Ku buka pintu kamar anakku, dan mendapati anakku sedang mengganti bajunya.~Bersambung …“Sayang, anak mama yang pinter, sudah selesai gantinya?” tanya ku.“Mama … jangan ngintip, kresna lagi ganti baju ma,” jawab anakku dengan menutupi tubuhnya dengan kedua tangan nya.“Hahaha oke, oke mama keluar nih, kalau sudah selesai keluar ya makan siang” ucap ku lalu ku menutup pintu kembali.“Iya maa…” jawab anakku.Ku menunggu di depan kamarnya, lalu setelah beberapa menit, anakku pun keluar“Udah ma, ayo makan” ucap anakku dengan menggandeng tanganku.“Iya ayoo ...” jawabku.Kami pun turun dari lantai atas menuju ke meja makan. Dari atas aku melihat mas hanif keluar dari kamar dan bergabung dengan mama dan wanita itu. aku pun mengantar anakku dulu untuk makan sendiri.“Sayang, kamu makan sendiri bisa kan?” ucapku.“Bisa mama …” jawab anakku.“Oke, ini ayam goreng kesukaan kresna, terus ini mama ambil nasi nya. Kresna makan sendiri ya sebentar, mama mau kesana dulu ya, ini minum nya ya sayang,” ucapku.“Oke mama,” jawab anakku dengan mengacungkan kedua jempolnya.Aku pun meningg
Dengan gemetar, aku pun berdiri dan berusaha menarik gerbang rumahku yang besar dan tinggi ini. Ku lebarkan pintu gerbang itu lalu mas hanif pun melajukan mobilnya keluar dari rumah dengan cepat. Ku tarik kembali gerbang itu namun ku masih gemetar tak karuan, aku pun terjatuh dan air mataku yang lain tak tertahankan lagi. Segitunya mas hanif menyakiti hatiku, apa selama ini kenangan kita tak ada harganya di matamu mas? Kesetiaan ku padamu, mengurus kamu, melayani kamu, dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tak ada apa-apanya untukmu mas?“huhuhuhuhuu” tangis ku dengan memegang dadaku yang terasa sesak.Aku menangis terduduk di bawah gerbang tak lama kemudian, tiba-tiba mama keluar dan memarahi ku.“RINAAAAA! Kamu apa-apaan ini? Nasi berserakan, cepat bereskan! Sebentar lagi teman-teman ku mau pada datang,” teriak mama padaku.Air mata ku masih ingin mengalir, dadaku juga masih sangatlah sesak. Aku tak bisa menjawab teriakan mama itu. Akan tetapi, mama malah menjambak rambutku dengan k
Ku tak tau kenapa menangis, ku sangat terharu melihat anakku yang masih kecil tapi dia sudah harus melihat yang seperti ini. Aku bersyukur memiliki anakku.“Maafin mama ya nak …” ucapku.“Mama kenapa minta maaf? Seharusnya nenek yang minta maaf ke mama, nenek jahat” ucapnya.“Abhi sayang, anak mama, mama bersyukur masih punya abhi” ucapku meneteskan air mata.“Mama … mama jangan nangis ma … mama yang paling hebat, abhi sayang mama” jawab nya.Abhi memelukku, setelah beberapa menit kemudian, tiba—tiba ada mobil yang datang. Dan seseorang itu pun turun dari mobilnya. Aku dan abhi bersama-sama melihat siapa orang itu.“Rina …” ucap seseorang itu.Ku kaget ternyata dia adalah adik kandung mama yang bernama tante sofi. Dia mendekati aku dan anakku. Aku hapus air mataku dan aku juga hapus air mata abhi. Aku hanya tak ingin orang lain tau kami berdua menangis.“Rina, udah lama ya ga ketemu … kamu gimana kabarnya?” tanya dia dengan memegang tanganku.“Ka
Aku hanya mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Ku tak ingin melihat tante, bahwa aku ingin menangis. Aku hanya bisa menunduk agar dia tak melihat air mataku yag akan menetes. “Hanif itu yah ga tau di diri sekali, Apa kamu tidak menasehati nya mba? Semua ini salah. Apa salah rina pada hanif? Ini pasti salah hanif,” ucap tante membelaku.“Eh sofi, apa mata kamu buta? Lihat dia! Kenapa kamu nyalahin aku dan hanif? Kamu lihat dia, semua yang ada padanya adalah sebuah kesalahan,” ucap mama mertua dengan nada tinggi.Aku mendekati tante sofi dan ku coba agar tante sofi tak bertengkar dengan mama mertuaku. Namun aku melirik anakku abhi yang terlihat ketakutan melihat para nenek nya ribut. Aku pun berbisik dan berkata pada anakku, “Abhi, kamu temani kresna lagi makan ya sayang sekalian kamu makan juga, abhi bisa ambil nasi dan makan sendiri?” ucapku pada anakku abhi. “Tapi ma, abhi takut mama di sakiti lagi sama nenek ma,”jawabnya. “Engga sayang, mama gak papa, nanti mama nyusul abhi dan k
(Di dalam kamar)“Sayang, duduk di sini. Mama ingin bicara pada kalian,” ucapku dengan menyuruh kedua anakku duduk.“Mamaa …” panggil anakku kresna seperti ketakutan.Dengan menghela nafas, aku pun berkata padanya, “Sayang, mama hanya ingin tau apa benar yang menyemprot saos dari botol ke baju tante itu adalah kalian? Sayang, coba jujur pada mama, kenapa kalian seperti ini? Apa mama pernah mengajari kalian jahil seperti ini?” “Maaf ma, ini salah abhi bukan salah kresna ma. Abhi hanya tidak suka bibi itu datang ke rumah kita ma. Tadi bibi itu mencubit lengan abhi ma, bibi itu jahat,” ucap abhi.“Mencubit? Maksud nya bagaimana sayang? Kenapa bisa-bisa nya mencubit?” tanyaku lagi.“Iya ma, bibi itu jahat matanya meloto ke kresna ma, kresna takut sembunyi di belakang kakak,” lanjut kresna menjelaskan. “Iya maksud mama itu, kok bisa tiba-tiba mencubit itu bagaimana awalnya?” “Nenek pertama datang ma ke dapur, terus bibi itu tiba-tiba berbicara dengan nenek kalau mama akan di usir dari s
Kami yang mendengar suara mas hanif menjadi saling menatap dan bingung akan hal yang membuat marah mas hanif. “Ayo rin, coba kita keluar saja, kita lihat pasti mertua kamu menyuruh hanif pulang atau bahkan wanita itu yang cepuin hal ini ke hanif,” ucap tante menganalisa.“Tidak tau tan, coba lihat saja bagaimana dia,” jawabku dengan singkat.Aku dan tante sofi pun berdiri dan keluar dari kamarku, dari kejauhan aku melihat mas hanif yang berdiri melotot ke arahku dengan kedua tangannya di pinggang nya. Semakin dekat, aku melihat mama mertua dan wanita itu duduk di sofa dengan melirik dan meremehkan ku. Aku dan tante sofi berhenti, mas hanif menyuruhku agar mendekatinya. “Kemari!” ucapnya. “Kenapa mas? Kamu mau apakan aku dengan wajah penuh kemarahan seperti itu? Apa salahku mas?”Mas hanif makin melotot dan berjalan mendekati ku, semakin dekat dan semakin dekat denganku. Setelah dia sudah berdiri di hadapan ku, ku melihat matanya yang penuh kebencian padaku. Aku tak menyangka mas ha
“PAPA!” teriak anakku dan berlari mendekatiku.Kami semua menengok ke arah anak ku abhi yang terlihat marah pada papa nya. Anakku berlari lalu berkata lagi, “Papa jahat … Jangan sakiti mama, Papa udah berubah, Papa gak sayang lagi sama abhi, Jangan dekati mama,” ucap abhi dengan berteriak lalu dia mencoba meninju perut mas hanif. Namun karena abhi masih kecil tentu dia kalah, kedua tangan nya di cengkram oleh mas hanif. Aku dan tante sofi mencoba melepaskan tangan mas hanif dari tangan anakku, namun tidak berhasil. “Kamu masih kecil! Lebih baik kamu kembali ke kamar mu dan belajarlah agar tidak menjadi bodoh seperti ibu mu, sana!” bentak mas hanif.“Gak mau! Papa yang seharusnya belajar! Belajar memperlakukan istri papa dengan layak,” jawab anakku abhi.Mas hanif mendekat lagi pada abhi, dia mengayunkan tangannya kepadanya. Abhi bukan nya menghindar malah makin menantang papa nya. “Tampar pa! papa tau, hal yang papa lakukan pada mama dan abhi dan juga kresna adalah dosa besar. Kata
“Mira,” panggil mama mertua pada wanita itu.Mereka saling menatap dan saling mengkode sesuatu. Ku merasa itu hal yang buruk. Dan benar saja, wanita itu dan mama menerobos ku, membuka semua lemari beserta laci-laci di lemari bajuku dan di meja riasku. Mereka tak tau kalau kotak itu sudah aku masukan kedalam koper. Karena mereka sibuk mencari kotak perhiasanku, aku menyeret kedua koperku dan keluar dari kamarku. Setelah keluar dari kamarku, ku lihat mas hanif yang sedang duduk di sofa sendirian. Dia menatapku, lalu dia berkata padaku, “Aku akan berbaik hati memberikan sebagian hartaku untuk kedua anakku, Dan setiap bulan aku akan memberikan bantuan untuk anakku. Tapi kamu, jangan mengharapkan apapun dariku,” ucapnya.Aku terus bejalan tanpa menatap matanya lagi. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Berbaik hati? Bukan kah itu memang kewajibannya? Abhi dan Kresna kan juga anak-anak nya. Tapi tanpa bantuan dari mas hanif pun aku akan terus berusaha mencukupi semua kebutuhan anak-anakk
Setelah aku berpamitan, aku keluar lalu langsung berangkat ke kantor polisi. Beberapa menit kemudian, kami sampai. Aku berharap polisi sudah bisa menemukan lokasi keluarga mas Hanif. "Selamat pagi pak!" Sapa salah seorang polisi pada papa."Pagi pak.""Silahkan masuk dan duduk di dalam." Kami pun masuk kedalam sebuah ruangan lalu datanglah seorang pria bertubuh besar dan tinggi masuk kedalam ruangan yang kami duduki ini. Dia bersalaman dengan kami. "Pagi pak, bu, dan mbaknya. Mohon maaf karena kami dadakan memanggil anda kemari. Emm, begini pak jadi dalam investigasi kami secara tak sengaja dalam proses itu, kami telah menemukan seorang anak laki-laki sekitar umur 6-8 tahun di lokasi yang tak jauh dari lokasi kami melakukan pencarian cucu anda. anak laki-laki tersebut di temukan dalam keadaan tak bernyawa dan juga memakai pakaian sekolah juga. Ada nama ini seragamnya." Jelas polisi itu lalu menyerahkan baju SD yang di lapisi dengan plastik untuk barang bukti. di baju
Untungnya Abhi tak mengeluh karena perjalanan itu. Dia malah mendorongku terus agar mempercepat laju kendaraan ini. Sesampainya di rumah mantan mertua ku itu, ku lihat sekeliling terlebih dulu, karena rumah itu terletak di ujung jalan dan depannya tanah kosong sehingga suasana terlihat sangat sepi sekali. "Ma, ayo kita turun. Kita coba ma masuk ke rumah nenek jahat. Abhi takut Kresna di apa-apain." Ucap Abhi khawatir. "Sebentar sayang, kan tunggu puma dulu masih ada di belakang itu belum sampai. Lagipula lihat sepi sekali kan rumahnya?" "Iya juga sih ma, itu rumahnya kenapa kotor sekali ya ma. nenek jahat memang pemalas sekali sukanya nyuruh-nyuruh mama bersihin semuanya dulu. Sekarang lihat? sebenarnya yang jorok itu nenek sendiri bukan? Iiih Abhi engga suka. Dulu mama sering kecapean karena nenek." Ucap Anakku lagi memasang raut wajah yang cemberut. Tante Sofi pun datang dan dia parkir di depan mobilku. Aku turun dan tak lupa membantu anakku turun dari mobil juga. "Tan,
"Tadi Kresna di sini ma. Lagi makan tapi satu jam kemudian Abhi ke sini lagi dia engga ada.""Emm, sayang kamu duduk sini dulu ya. Mama ma muter cari Kresna." "Abhi ikut ma..""Jangan sayang, nanti Abhi cape.""Engga ma, Abhi engga cape kok. Ayo kita cari lagi."Akhirnya aku gadeng anakku dan berjalan terus masuk kedalam sekolah mencari anakku Kresna. Hingga Abhi yang ku lihat lelah, aku mengajaknya untuk duduk di bangku depan kelas. Sedang aku celingak-celinguk, ada seorang guru yang menghampiri kami. "Permsii bu? Maaf saya tadi lihat seperti mencari seseuatu. Apa ada yang hilang Bu?""Oh iya pak. Maaf, saya sedang mencari anak saya.""Pak Yusuf, Adik Abhi yang kelas 1 hilang pak." Seru Abhi to the point. "Apa? Hilang? Maksudnya bagaimana ini? Hilang di mana? Maaf bu, kelas 1 sudah selesai pelajaran dari jam 10.30 tadi bu. Apa dia belum pulang kerumah? Coba anda hubungi orang rumah dulu bu, siapa tau anaknya sudah pulang.""Belum saya tanya orang rumah pak tapi anak saya tadi dudu
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali ku persiapkan segalanya. Ku berpakaian rapi, Di depan meja rias, Aku berdandan tipis agar terlihat fresh. Tak lupa ku semprotkan parfum di kedua sisi leher ku. “Mama ..” Ku mendengar suara anakku yang membuka pintu kamar ku. Aku menoleh ke arah anakku. “ Pagi sayang..” “Pagi juga mama. Ma, ini buat mama..” Anakku menyodorkan sepiring sandwich untukku. “Haa.. terima kasih sayang.. Abi buat sendiri?” Ucapku sembari menerima makanan itu. “Iya mama.. Hari ini kan mama mau foto-foto lgi hihi. Makan ini ya mama, Abi engga nambahin mayonnaise kok ma. Isi nya semua nya sayuran kesukaan mama, hehe.” “Astaga, pintar nya anak mama. Terima kasih ya sayang. Mama makan ya..” “Iya mama. Hehe.. Ya udah ma, Abhi mau pakai seragam dulu ya ma.. Oh ya mama, abhi sama kresna di antar puma ya ma. Jadi mama langsung berangkat aja. Hehe. Emmmuah, semangat mama.” Ucap Anakku dengan ceria dan langsung mencium kedua pipiku. Dia pun berlari keluar dari kam
“Permisi ka.” Awalnya ku diam saja karena ku kira panggilan itu bukanlah untukku. “Mbak, itu di panggil.” Tepuk ibu-ibu yang sepertinya sedang menunggu anaknya juga sepertiku. Ku menoleh dengan membalikkan badan ku mengahadap kearah seorang yang memanggilku itu. “Anda panggil saya mas?” “Iya kak. Mohon maaf sebelumnya kalau menggangu. Perkenalkan saya Tio dari majalah harian wanita. Saya mengenali anda bu. Mohon maaf, apa anda adalah Rose?” tanya pria itu padaku. Ku terkejut dengan pertanyaan nya. Bagaimana dia tau bahwa aku adalah Rose? Nama itu adalah nama panggung ku. “Maaf kak, apa boleh kita bicara sebentar di sana?” Lanjutnya berucap. “Mau apa kamu?” “Saya hanya ingin bertanya sesuatu ka. Jangan takut, ini kartu identitas saya menandakan bahwa saya memang benar fotografer di sana” Ku lihat kartu nama itu, “Tio Swiriyo, Fotografer majalah Etime Wanita” Melihat itu, ku memakluminya. Dulu aku memang pernah menjadi model cover majalan itu. Tapi itu kan dulu, dia hebat sekal
“Rina? Rin?” Aku yang sedang sarapan, menoleh ke sumber suara. “Tante? Ada apa tan?” tanyaku.“Uh, enak nih. Bentar ku icip dulu,” “Iya tan, cobain ini juga.” Ku ambilkan sebuah salad ayam mayo untuknya. “Heem enak sekali… oh ya, ada kabar dari Andrea.” “Kabar apa tan?” tanya ku antusias. “Aku sudah kabari kalau kamu sudah memenuhi syarat nya lalu dia berkata agar kamu bisa berangkat menemui nya segera. Nah, tante sudah konfirmasi mengenai tiket pesawat, fasilitas hingga tempat tinggal kita di sana. Tante mau bertanya padamu. Apakah kamu benar-benar mau ke sana?” Dengan suara yang antusias, aku pun mengiyakan. “Syukurlah, bagaimana kalau di tanggal 1? Pas di sana musim panas saja. kata Andrea, kamu juga harus masuk lagi akademi modelling agar kamu semakin lihai ketika nanti fashion show.” “Iya tan, Rina tau itu. emm, Rina rasa boleh juga. Tapi, Rina bingung tan. Rina hanya kepikiran saja anak-anak Rina.” “Hmm, kan hal itu sudah di obrolin dulu Rin. Abhi dan Kresna tiap bulan
Seminggu kemudian, (Di hari putusan pengadilan)Hari ini adalah putusan pengadilan atas perceraian ku. Di pagi-pagi sekali aku bersolek tipis dan bersiap untuk pergi ke pengadilan agama. “Sudah siap Rin?” tanya Mama.“Ya ma,” “Yang semangat ya sayang. Maafkan papa tak bisa ikut hari ini,” “Iya pa, nggak apa-apa kok. Papa yang semangat ya.” Papa mencium keningku lalu kami bersama-sama berjalan hingga depan rumah. “Hey, hey Rina. Kak.. tunggu..” Panggil tante sofi pada kami. “Mau ikut Sof?” “Iya lah kak masa nggak ikut sih.” “Kirain nggak ikut tadi sibuk banget sama laptopnya. Ya udah yuk kita berangkat aja sekarang.” “Hhehe biasa ka. Kan aku ngurus visa dan segala macamnya. Bulan depan kita kan harus berangkat ke luar negeri hehe” “Hmm, iya iya.” Kami bertiga pun masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh tante Sofi.“Sof, kakak lupa kasih tau kamu nih. Kemarin, ada temen kakak yang nawarin adik laki-lakinya nih. Dia ganteng loh, dia pengusaha tambang di pulau sebrang. Kakak
“Ya sudah, saya pamit dulu ya. Selanjutnya kita komunikasi saja secara online. Bye Sofi.. Bye Rina..” “Iya miss sampai jumpa juga.” Ucap ku pada Miss Andrea. “Kabari kalau udah mau pergi ya? biar kami antar ke bandara,” Ucap tante sofi.“Oke oke bye semua..” Setelah kepergian miss Andrea, dada ku seperti terisi soda yang semakin di kocok semakin mengembang dan akhirnya tersembur. Itu ibarat juga rasa gembira ku yang datang dari hati. “Emm, tantee… makasih ya tante..” ucap ku bergembira sampai berulang kali memeluk tante Sofi. “Haha ya ya, Tante seneng banget kamu begini, Rin.” “Hehe, maaf ya tan, Rina bener—bener nggak tau harus ngomong apa sekarang, huhu” aku malah menangis setelah tertawa. “Loh malah nangis? Cup cup cup.. sudah sudah, kamu nggak perlu terimakasih segela, kan ini memang janji tante.” Ku memeluknya erat. Dia menepuk-nepuk pundakku. Beberapa menit kemudian, aku pun melepaskan nya. “Udah kan peluknya? Hehe. Tante pegal banget nih hehe.” “Emhehe, maaf tan.” “N
Keesokan harinya,Ku lihat jam di dinding menunjukan pukul 6 pagi, aku kesiangan karena tadi malam ku sibuk berbincang dengan tante sofi, papa dan mama lagi. Aku pun langsung turun dari ranjang dan membawa handuk ku kedalam kamar mandi. Biasanya jam 6 pagi aku sudah sedang sarapan, tapi ini baru mandi. Entah kenapa saat ini aku sangat tak suka dengan perubahan jam disiplin ku. 30 menit kemudian, aku keluar dan duduk lebih dulu di sofa sambil meminum segelas air putih yang tadi tak sempat ku minum tadi, setelah itu ku langsung keluar dan mendekat ke dapur. “Bi, anak-anak ku udah pada bangun?” tanya ku pada art ku.“Sudah bu, tadi bibi masuk ke kamar, mereka sudah bangun bu den abhi sedang menulis di meja belajar terus den kresna sedang bermain hp,” “Oh gitu tapi sudah siapkan seragam nya kan bi?” “Sudah bu, Sepertinya sudah selesai mandi sekarang,” “Benarkah? Ya sudah makasih ya bi,” “Sama-sama bu,” Aku pun lanjut membuat sarapan ku sendiri bersama dengan bibi yang juga sedang m