Share

Bab 78. Terlepas

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 20:31:08

Setelah selesai menjenguk Tuan Noh, Hana merapikan tasnya dan bersiap untuk pulang bersama ibunya. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, Rey berdiri di hadapannya, menghentikan langkah Juna yang tadinya berniat mengantar mereka.

“Biar aku saja yang mengantarmu pulang,” ujar Rey dengan nada tegas. Dirinya menghadap Hana, namun tatapannya mengarah langsung pada Juna, memastikan bahwa pria itu tidak punya ruang untuk menolak.

Hana melirik Rey, malas berdebat. Sudah cukup semua ketegangan hari ini, dan ia tidak ingin memperpanjang drama. “Terserah,” gumamnya pelan, lalu merangkul lengan Bu Lauren.

Juna menaikkan satu alisnya, menatap Rey dengan ekspresi datar. "Lalu, bagaimana dengan Nona Veronica?" tanyanya santai, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya.

Rey menoleh sekilas ke arah Veronica yang berdiri di belakang mereka. “Dia bisa kau antar. Rumahnya searah dengan tempat tinggalmu”

Juna melipat tangan di dadanya, menimbang sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan nada acu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 79. Barisan Para Mantan

    Juna melirik sekilas ke samping, di mana Veronica duduk dengan anggun di kursi penumpang. Gadis itu tampak tenang, menatap lurus ke depan dengan bibir sedikit mengerucut. Setelah keluar dari rumah sakit dan meninggalkan Rey bersama Hana, suasana di dalam mobil terasa hening, hanya diisi oleh suara mesin yang menderu pelan.Juna sendiri bukan tipe orang yang suka memulai percakapan. Tapi ada sesuatu tentang Veronica yang membuatnya penasaran. Selama ini ia tak terlalu memperhatikan perempuan itu, tapi melihat bagaimana interaksi mereka dengan Rey dan Hana tadi, dia bisa menyimpulkan satu hal: Veronica dan dia sama-sama orang yang ‘terbuang.’"Kamu diam aja," ujar Veronica tiba-tiba, memecah keheningan. "Biasanya cowok yang mengantar seorang cewek akan mencoba berbasa-basi."Juna meliriknya sekilas. "Aku bukan tipe cowok kayak gitu."Veronica tertawa kecil, nada suaranya mengandung sedikit sarkasme. "Ya, aku bisa menebaknya. Dingin, sedikit kaku... mungkin juga egois?""Aku lebih suka m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 80. Hampa

    Hana menatap layar laptopnya dengan kosong. Jarum jam di meja kerjanya menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi otaknya masih terasa berat untuk bekerja. Aroma kopi yang mengepul dari cangkirnya pun tak mampu mengusir kepenatan yang menggelayut di pikirannya.Di luar jendela kantor, gedung-gedung tinggi berjajar rapi, langit sedikit mendung, pertanda akan hujan siang nanti. Kantor produksi tempatnya bekerja sebagai penulis skrip terasa lebih sibuk dari biasanya. Beberapa rekannya berlalu-lalang membawa dokumen, ada juga yang sedang berdiskusi seru di area lounge kecil.Namun, Hana hanya bisa terduduk diam di meja kerjanya, merasa hampa.Pikirannya masih melayang ke kejadian di hotel beberapa hari lalu, tatapan Rey yang penuh luka saat ia mengembalikan cincin itu. Wajah pria itu terus menghantui benaknya, membuat hatinya terasa seperti diremas."Hana, naskah episode tambahan sudah selesai?"Suara Dina, seperti biasa menyadarkannya tiba-tiba. Hana langsung tersadar dan tersenyum kecil. "Ah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 81. Hati yang terluka

    Satu minggu berlalu dengan cepat. Drama "Stolen Heart" terus menjadi topik hangat di berbagai media. Penonton menyukainya, dan banyak kritik positif berdatangan, memuji alur cerita yang menarik serta karakter-karakter yang terasa hidup. Hana, sebagai penulis utama, tentu saja ikut terkena sorotan.Hari ini, ia bersiap menghadiri acara bincang-bincang televisi yang mengundang para pemain dan kru drama. Sebagai penulis, ia memiliki peran penting dalam acara ini, menceritakan proses kreatifnya, tantangan selama produksi, serta inspirasinya dalam menulis naskah yang kini tengah digandrungi banyak orang.Di ruang tunggu, Hana duduk di sofa panjang, sementara Dina dan beberapa rekan dari tim produksi menemaninya. Ruangan itu cukup nyaman, dengan meja penuh camilan ringan dan botol air mineral yang tertata rapi."Aku masih nggak percaya drama ini sukses besar," ujar Dina sambil tersenyum bangga. "Kita benar-benar kerja keras, dan hasilnya luar biasa!"Hana tersenyum kecil, merapikan rambutny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 82. Hati Kita

    "Aku percaya bahwa cerita yang paling bisa menyentuh hati adalah yang berakar dari kenyataan," kata Hana. "Banyak dari kita yang pernah merasakan patah hati, dikhianati, atau ditinggalkan. Diselingkuhi itu menyakitkan, dan aku yakin ada banyak orang di luar sana yang mengalami hal serupa." Suasana di studio perlahan berubah menjadi lebih hening. Para pemain dan MC yang awalnya santai, kini mulai serius mendengarkan. "Tapi aku juga percaya bahwa di luar sana, masih ada cinta sejati untuk kita," lanjut Hana dengan nada penuh harapan. "Hanya saja, mungkin kita belum menemukannya. Lewat Stolen Heart, aku ingin menyampaikan sesuatu yang menurutku menjadi keinginan setiap wanita, untuk dihargai, dicintai, disayangi, ingin menjadi satu-satunya, dan yang terpenting… ingin bahagia." Beberapa penonton terlihat mengangguk pelan, seakan memahami betul perasaan yang Hana ungkapkan. Bahkan salah satu aktris utama dalam drama itu tampak berkaca-kaca, seolah-olah teringat pada pengalaman pribadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 83. Hati yang Masih Tertaut

    Sejak wawancara itu tayang, drama Stolen Heart semakin populer. Rating acara bincang-bincang tempat Hana hadir sebagai bintang tamu utama pun melesat tinggi. Komentar-komentar positif membanjiri media sosial, membahas betapa jujur dan menyentuhnya kata-kata Hana saat menjelaskan inspirasinya dalam menulis naskah drama tersebut.Banyak yang merasa terhubung dengan kisah itu, terutama mereka yang pernah merasakan sakitnya diselingkuhi. Bahkan, beberapa artikel mulai membahas betapa kuatnya sosok Hana sebagai penulis wanita yang bisa menyampaikan perasaan perempuan dengan begitu nyata.Di tengah kesibukan dan euforia itu, Hana tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Beberapa kali ia menyempatkan diri menjenguk Tuan Noh di rumah sakit, memastikan kondisi kakek Rey tetap stabil. Pria tua itu selalu tersenyum setiap kali melihatnya datang, meski tubuhnya tampak semakin ringkih.Hingga akhirnya, undangan itu datang.Sebuah perayaan kecil di mansion Rey untuk merayakan kesuksesan drama.H

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 84. Mual

    "Kau mau pergi begitu saja?"Suara Rey terdengar dalam dan serak, membawa hawa dingin yang entah berasal dari udara malam atau perasaan di dadanya sendiri.Hana menghentikan langkahnya, menutup mata sesaat sebelum akhirnya berbalik. Pandangannya bertemu dengan tatapan Rey yang gelap, penuh sesuatu yang tak terucapkan.Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat tangannya dan mendorong dada pria itu pelan, memberi sedikit jarak di antara mereka."Tidak ada yang perlu dibicarakan untuk saat ini," ucap Hana, suaranya sedikit bergetar meski ia berusaha terdengar tegas.Rey tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, lalu perlahan mengangkat tangannya, hendak menyentuh pipi Hana, seolah ingin menahan kepergian wanita itu lebih lama.Namun sebelum jemarinya sempat menyentuh kulit lembut itu, suara nyaring dari ponsel Hana memecah keheningan di antara mereka.Hana mengerjap, buru-buru merogoh ponselnya. Nama yang muncul di layar membuatnya membeku sejenak.Juna.Tanpa ragu, ia melirik Rey sekila

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 85. Benarkah?

    Pagi itu, Hana masih merasa lemas saat membuka mata. Cahaya matahari menyelinap masuk melalui jendela, memberikan sedikit kehangatan di kamar sederhana itu. Tubuhnya masih terasa berat, perutnya sedikit mual, dan kepalanya seperti berdenyut pelan.Ibunya, Bu Lauren, masuk ke kamar sambil membawa semangkuk bubur hangat. "Kamu masih pusing, Hana?" tanyanya lembut, duduk di tepi tempat tidur.Hana mencoba tersenyum kecil, meskipun jelas terlihat lemah. "Cuma masuk angin, Bu. Mungkin karena kecapekan," katanya, berusaha meyakinkan diri sendiri juga.Bu Lauren menghela napas, meletakkan mangkuk bubur di meja kecil di samping tempat tidur. "Kalau masih nggak enak badan, kamu jangan maksa kerja dulu, ya? Istirahat aja di rumah."Hana tahu ibunya benar. Dengan kondisinya yang seperti ini, memaksakan diri pergi bekerja hanya akan memperburuk keadaan. Akhirnya, ia memutuskan untuk izin tidak masuk kerja hari ini.Keesokan harinya, Juna datang menjenguk. Ia mengetuk pintu dengan satu tangan, sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 86. Mainkan Peran

    Hana melangkah keluar dari ruang periksa dengan langkah yang terasa begitu berat. Seolah setiap langkah yang ia ambil adalah satu langkah menuju ketidakpastian yang lebih besar. Pikirannya penuh, emosinya bercampur aduk. Ia menekan perutnya dengan tangan, seolah mencoba menyerap kenyataan bahwa ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam dirinya.Bukan ia tidak senang. Tidak sama sekali. Tapi waktu yang tidak tepat ini membuatnya bingung. Bagaimana ia akan menjalani semuanya? Bagaimana ia akan menghadapi Rey?Di sampingnya, Bu Lauren diam-diam menghela napas panjang sebelum akhirnya merangkul pundak Hana dengan penuh kasih sayang."Nak …," suara Lauren terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Ia menatap wajah putrinya dengan penuh kekhawatiran. "Itu anak Rey, 'kan?"Hana menegang. Ia tidak menjawab, hanya menundukkan kepala.Lauren menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. "Dia harus tahu," bisiknya lembut.Namun, Hana dengan cepat menggeleng. Matanya terpejam sejenak sebelum ia mengang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 94. Ending

    Hari-hari Hana berlalu dalam kesunyian yang sibuk. Ia tenggelam dalam tumpukan pekerjaan yang sengaja ia cari-cari, seolah sibuk adalah pelarian terbaik dari kenyataan yang terus membayanginya.Meski tubuhnya mulai terasa mudah lelah, ia tetap memaksa diri untuk aktif, menyibukkan tangan dan pikirannya, agar tak terlalu larut dalam rasa sepi.Dalam sela-sela rutinitasnya, saat malam tiba atau waktu istirahat siang, Hana punya satu hiburan kecil yang setia menemani, game restoran favoritnya. Ia memainkan game itu bukan sekadar untuk kesenangan, tapi juga sebagai tempat di mana ia merasa bebas, bebas dari penilaian, dari kenyataan, dan dari rasa sesak di dada. Ia pun mulai aktif di grup chat dalam game, sesekali ikut dalam obrolan ringan yang membuatnya tertawa kecil.Waktu berlalu, dan sedikit demi sedikit Hana membuka diri. Ia menulis dengan hati-hati, seolah masih ragu, namun merasa ada kehangatan dari komunitas kecil itu."Aku sedang mengandung," tulisnya di salah satu obrolan grup

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 93. Jangan Murung

    Juna menatap tajam ke arah Rey, tidak gentar sedikit pun dengan emosi yang membara di mata pria itu. Dengan satu gerakan tegas, ia menepis tangan Rey yang masih mencengkeram kerah bajunya."Sebaiknya kau yang menjauhi Hana! Bukan aku!" desis Juna, suaranya rendah namun penuh tekanan. Ia sadar ini adalah koridor rumah sakit, dan pertengkaran terbuka hanya akan menarik perhatian yang tidak diinginkan.Rey terdiam sejenak. Rahangnya mengeras, wajahnya menegang dalam campuran emosi yang sulit dijelaskan. Perlahan, ia mengendurkan cengkeramannya, melangkah mundur selangkah demi selangkah, tapi sorot matanya masih tertuju ke pintu ruangan dokter.Hana masih di dalam sana.Ia ingin masuk, ingin bertanya langsung kepada wanita itu, ingin mendapatkan kepastian dari bibirnya sendiri. Tapi sebelum ia sempat bergerak lagi, Juna mendorongnya. Bukan dorongan kasar, melainkan gerakan halus, namun bagi Rey, dorongan itu terasa seperti hantaman yang mengguncang hatinya."Pergi," bisik Juna, nada suara

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 92. Benarkah?

    Sudah hampir sebulan sejak Hana mulai bekerja sebagai owner PT. First Food. Waktu berlalu begitu cepat, dan meskipun ia masih menyesuaikan diri dengan peran barunya, ia mulai terbiasa dengan ritme pekerjaannya.Namun, di balik kesibukannya, ada sesuatu yang lebih penting yang harus ia perhatikan, kehamilannya. Hari ini adalah jadwal kontrolnya, dan tanpa bisa dihindari, seseorang menawarkan diri untuk mengantarnya.Juna.Pria itu masih saja muncul dalam hidupnya, berusaha mengambil celah sekecil apa pun untuk mendekat lagi. Meski Hana berusaha menjaga jarak, Juna selalu menemukan alasan agar tetap ada di sekitarnya.Dan sekarang, di dalam mobil yang melaju menuju rumah sakit, suasana terasa canggung.“Apa masih sering mual?” tanya Juna sambil menyetir.Hana yang sejak tadi hanya menatap keluar jendela, menghela napas. “Udah mulai berkuran, nggak separah pertama kali.”Juna meliriknya sekilas. “Aku masih sering kepikiran. Kalau aja aku dulu lebih—”“Jangan bahas masa lalu, Juna.” Suara

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 91. Stalker

    Malam semakin larut, dan Hana yang awalnya hanya berniat merebahkan diri di kasur akhirnya tertidur dengan tenang. Rasa lelah yang menggelayuti tubuhnya perlahan memudar seiring napasnya yang semakin teratur.Keesokan paginya, sinar matahari yang menerobos melalui celah tirai membangunkannya. Hana menggeliat pelan sebelum meraih ponselnya yang tergeletak di samping bantal. Saat layar menyala, sebuah notifikasi dari game yang biasa ia mainkan menarik perhatiannya.Notifikasi dari akun bernama Reys_toran muncul di layar:[Hi, apa kau mau masuk grup?]Hana tersenyum kecil, lalu mengetik balasannya dengan ringan.[Ya, tentu]Setelah itu, ia meletakkan kembali ponselnya dan bangkit dari tempat tidur. Hari ini adalah hari penting, ia harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor PT. First Food sebagai owner baru. Meskipun pagi harinya masih dihiasi rasa mual seperti biasa, kali ini tidak separah sebelumnya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan perutnya sebelum beranjak ke kamar mandi.Se

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 90. Benang Merah yang Tak Terputus

    Malam itu, Hana kembali duduk di kursi makan dengan wajah pucat. Tangannya menggenggam sendok, tetapi setiap kali ia hendak menyendok makanan, rasa mual kembali menghantam.Aroma makanan yang dulu ia sukai, kini terasa begitu menyiksa. Bahkan sekadar mencium bau kopi yang diseduh ibunya pagi tadi saja sudah cukup membuat perutnya bergejolak.Bu Lauren yang sudah mengamati putrinya sejak tadi, akhirnya meletakkan semangkuk sup hangat di hadapan Hana."Ibu buat yang ringan saja. Setidaknya sup ini bisa kamu terima di perutmu," ucapnya lembut, duduk di seberang meja.Hana menatap sup yang mengepul itu. Aroma kaldu yang ringan sedikit menenangkannya, dan tanpa banyak kata, ia mulai menyendok sup tersebut pelan-pelan.Setelah beberapa suap, tubuhnya mulai terasa sedikit lebih baik. Ia meletakkan sendok, lalu menghela napas panjang.Hening menyelimuti mereka sejenak sebelum tiba-tiba Hana terisak.Tanpa peringatan, ia bangkit dari tempat duduknya dan memeluk ibunya erat. Bahunya terguncang

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 89. Permintaan Kakek

    Siang itu, Rey melewati meja kerja Hana, dan di sana telah kosong.Tak ada lagi tumpukan naskah atau secangkir kopi yang biasa menemani wanita itu bekerja. Tak ada jejaknya di sini. Hanya ruang hampa yang tersisa, sama seperti hatinya yang kini terasa kosong tanpa kehadiran Hana.Dulu, ia mungkin tidak menyadari betapa terbiasanya melihat wanita itu di sekelilingnya. Tapi sekarang, setiap sudut gedung ini mengingatkannya pada sosoknya, suara lembutnya saat mendiskusikan naskah, ekspresi seriusnya saat mengetik, bahkan aroma parfumnya yang samar.Rey mendesah pelan, tak bisa berdiam diri lebih lama di sini. Pikirannya kacau. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah keluar dari gedung agensinya, membiarkan udara siang yang terik menerpa wajahnya.Langkahnya cepat menuruni anak tangga menuju pelataran parkir, hingga suara seseorang mengejar dari belakang."Tuan! Anda mau ke mana?"Rey menoleh sekilas. Itu Bastian, sekretarisnya, yang kini sedikit terengah mencoba menyusul.Tatapan Rey tajam,

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 88. Sedingin Es

    Hana menarik napas perlahan, mencoba menenangkan dirinya agar tidak terlihat gelisah. Ia tahu tatapan Rey tengah mengamatinya, menuntut jawaban lebih dari sekadar kata-kata. Tapi tidak, ia tidak bisa membiarkan Rey tahu yang sebenarnya."Hanya kelelahan saja, Tuan," jawabnya akhirnya. Suaranya terdengar cukup tenang, tapi jari-jarinya yang meremas kain celana di sisi tubuhnya mengkhianati kegelisahannya.Rey menatapnya lekat, seakan mencoba menembus pertahanannya. Ia bersandar ke sandaran kursinya, menghela napas panjang seolah frustasi."Hana …" Suaranya sedikit lebih lembut, tidak lagi sekadar suara seorang atasan kepada bawahannya. "Berhenti bersikap begini padaku… Aku—"Namun sebelum Rey bisa melanjutkan kata-katanya, suara lain tiba-tiba memotong momen di antara mereka."Rey?"Hana refleks menoleh. Veronica berdiri di ambang pintu dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat, seakan tak sengaja mengganggu percakapan mereka. Wanita itu melangkah masuk dengan santai, membawa tas kotak

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 87. Pertanyaan

    Di rumah sakit yang sama, Rey berdiri di koridor lantai dua, tepat di depan jendela besar yang menghadap ke halaman parkir. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat dengan jelas sosok Hana yang baru saja keluar dari pintu utama rumah sakit.Langkahnya terhenti.Matanya tidak bisa lepas dari wanita itu. Wajah Hana tampak pucat, rautnya lelah, dan gerakan tubuhnya lebih lambat dari biasanya. Bahkan dari kejauhan, Rey bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda.Tapi perhatiannya semakin teralih ketika seorang pria menghampiri Hana.Juna.Pria itu dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya, memperlihatkan perhatian yang begitu terang-terangan. Rey mengepalkan tangannya tanpa sadar. Ada sesuatu yang menekan dadanya, membuatnya sulit bernapas sejenak.Kenapa Juna selalu ada di dekat Hana?Rey tahu mereka punya sejarah, tapi bukankah mereka sudah berpisah? Lalu, kenapa sekarang seolah-olah Juna yang menjadi tempat bersandar bagi Hana?Dia ingin mendekat, ingin bertanya langsung pada Hana. Tapi

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 86. Mainkan Peran

    Hana melangkah keluar dari ruang periksa dengan langkah yang terasa begitu berat. Seolah setiap langkah yang ia ambil adalah satu langkah menuju ketidakpastian yang lebih besar. Pikirannya penuh, emosinya bercampur aduk. Ia menekan perutnya dengan tangan, seolah mencoba menyerap kenyataan bahwa ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam dirinya.Bukan ia tidak senang. Tidak sama sekali. Tapi waktu yang tidak tepat ini membuatnya bingung. Bagaimana ia akan menjalani semuanya? Bagaimana ia akan menghadapi Rey?Di sampingnya, Bu Lauren diam-diam menghela napas panjang sebelum akhirnya merangkul pundak Hana dengan penuh kasih sayang."Nak …," suara Lauren terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Ia menatap wajah putrinya dengan penuh kekhawatiran. "Itu anak Rey, 'kan?"Hana menegang. Ia tidak menjawab, hanya menundukkan kepala.Lauren menghela napas lagi, kali ini lebih dalam. "Dia harus tahu," bisiknya lembut.Namun, Hana dengan cepat menggeleng. Matanya terpejam sejenak sebelum ia mengang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status