Beranda / Pernikahan / Ditalak Usai Resepsi / Ketegangan di Malioboro

Share

Ketegangan di Malioboro

Penulis: Nomela Rosana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 21:12:06

Tiba-tiba Bu Santi dikejutkan oleh dua sosok wanita yang sedang berjalan ke arahnya. Matanya sedikit terbelalak melihat kedua wanita yang ternyata itu adalah Riris dan ibunya.

Langkah kaki mereka semakin mendekat. Bundanya Reza nampak tegang, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi mantan menantu dan mantan besannya itu. Bu Santi memperlambat langkahnya, sedangkan Nelly semakin berjalan jauh di depannya.

Rupanya Riris dan ibunya pun telah melihat sosok bundanya Reza. Mereka berdua pun tak kalah terkejut, Riris dan ibunya saling berpandangan penuh arti.

Akhirnya saat mereka berpapasan. Bu Santi memberanikan diri untuk menyapa Bu Rohman dan Riris.

"Eh, Bu Rohman, Riris ... kebetulan banget ya, bisa bertemu di sini," sapa Bu Santi dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

Bu Rohman dan Riris menghentikan langkahnya, karena telah disapa oleh mantan besannya itu. Bu Rohman yang sudah tahu segala kesusahan Riris akibat dari perbuatan putranya Bu Santi, hanya mendengus kesal, wajahnya masam t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
semoga Riris cpt ketemu Bagas .biar tau itu Reza istri yg d tinggal pas mlm pertama selesai resegsi d cintai oleh seorang CEO dr jakarta ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ditalak Usai Resepsi   Pembalasan Dimas

    ❤Happy Reading❤Mobil Dimas terus melaju dengan kecepatan rendah, memasuki jalan beraspal yang tidak lebar, pertanda sebentar lagi mereka akan tiba di kosan Dimas dan kontrakan Riris.Tiba-tiba Riris teringat kejadian tadi saat dia dan ibunya bertemu dengan Bu Santi di Malioboro. Dia masih penasaran, kenapa Bu Santi bisa tahu tentang bapaknya yang meninggal dan rencananya pindah ke Jakarta.Diliriknya Dimas di sebelahnya, yang sedang terdiam, asyik menyetir, pandangannya lurus ke jalanan yang ada di depannya. Jika melihat Dimas sedang serius seperti itu, kadang Riris suka penasaran, ingin tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sepupunya itu."Mmh ... Mas Dimas, tadi kita di Malioboro berpapasan dengan Bu Santi, bundanya Mas Reza," Riris mulai menceritakan peristiwa yang tadi dialaminya."Oh ya? Trus gimana?" tanya Dimas penasaran."Ibunya Mas Reza menyapa kami duluan, mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya bapak, dan anehnya menanyakan juga tentang kepindahanku ke Jakarta. Kok

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Ditalak Usai Resepsi   Berkunjung ke Rumah Pak Darmo

    Keesokan paginya, Riris tengah mematut diri di depan cermin dalam kamarnya. Dirapikannya lagi jilbab segi empat berwarna biru tua yang telah menutupi kepala dan rambutnya itu.'Wajahku ini, memang tidak cantik. Hidungku agak pesek, pipiku agak tembem dan mataku tidak bulat sempurna bahkan bulu mataku juga tidak lentik, pantas saja Mas Reza meninggalkanku." batin Riris sedih.Sejak Reza mentalaknya, dia seolah kehilangan rasa percaya dirinya. Bibirnya mengerucut lalu dihempaskan napasnya dengan kasar.'Astaghfirullah, aku telah berdosa karena tidak mensyukuri ciptaan-Nya. Ya Robb ampunilah hamba,'Riris membatin di depan cermin. Bulir bening luruh dari sudut matanya. Cepat-cepat di usapnya pipinya dengan tissue. Kembali ditatapnya pantulan wajahnya dari dalam cermin.'Ya Allah, percantiklah budi pekerti hamba sebagaimana engkau mempercantik wajah hamba, aamiin"Riris mengucapkan doa dalam hatinya. Tangannya kemudian sibuk memasang bros kecil diantara kedua lipatan jilbab di bawah dagun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Ditalak Usai Resepsi   Pertemuan Tak Terduga

    Dari tadi ke pantainya cuma sebentar-sebentar aja, padahal aku sudah ingin duduk berdiam diri, menikmati keindahan alam yang disuguhkan oleh Sang Maha Pencipta, Allah Subhanahu Wata'ala. Mengagumi kebesaran-Nya, maasyaa Allah.Masakan Bu Darmo lumayan enak, aku suka dengan udang goreng saos asam manisnya. Tapi aku makan sedikit saja karena perutku masih kenyang gara-gara makan arem-arem tadi. Cepat-cepat kuhabiskan makanan di piringku.Setelah makanan di piringku habis, aku pamit kepada ibu dan Mas Dimas untuk duluan jalan-jalan di pantai. Mereka mengijinkanku, dengan syarat aku harus hati-hati di sana nanti.Bergegas aku berjalan menyusuri jalan setapak yang mulai berpasir ini. Suasananya masih sepi, bahkan aku belum melihat seorangpun di sini. Sebenarnya aku agak takut juga berjalan sendirian di sini. Namun suara deburan ombak yang sudah terdengar, seakan sedang memanggilku dan merayuku untuk ke sana, sehingga tak kuhiraukan rasa takut itu.Akhirnya sampai juga aku di pantai ini. Ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Ditalak Usai Resepsi   Halangan di Tengah Perjalanan

    Pandangan Mas Dimas dan ibu langsung tertuju padaku, ketika aku sedang berjalan ke arah mereka. Mereka tetap berdiri di samping perahu, menungguku."Ris, Kamu abis dari mana aja?" tanya Mas Dimas ketika aku sudah menghampiri mereka."Aku abis dari atas sana, Mas." Ku arahkan telunjukku ke gazebo yang ada di lereng tebing itu. Masih kutangkap sosok pemuda yang tadi kutemui di sana. Dia sedang duduk di gazebo itu."Ris, tadi kita ketemu sama Reza, tuh orangnya lagi asyik berduaan sama wanita lain," ujar Mas Dimas geram."Iya Mas, tadi aku juga udah melihatnya. Ya udah yuk, kita pulang aja," pintaku. Di sini rasanya sudah nggak nyaman lagi dengan adanya lelaki yang menyebalkan itu."Iya, Mas ... kita pulang aja, bulek juga udah capek jalan-jalan," sela ibuku. Mas Dimas mengangguk dan kami pun berjalan beriringan menjauh dari pantai.Setelah berpamitan dengan Pak Darmo dan istrinya, kami segera berjalan menuju mobil yang tadi diparkir di pinggir jalan.Ternyata di dekat mobil Mas Dimas ad

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Ditalak Usai Resepsi   Bagaskara

    (PoV Bagaskara)Asistenku yang bernama Reza itu, kerjanya lamban sekali. Cuma diberi tugas untuk mempertemukanku dengan wanita yang bernama Riris saja, sampai sekarang masih belum berhasil. Ada saja alasannya.Seandainya aku nggak terikat janji pada Seno adikku, aku tidak akan merasa seperti orang yang dikejar-kejar hutang seperti ini. Yah, semoga saja aku bisa segera dipertemukan dengan gadis itu, cinta sejatinya adik lelakiku yang amat kusayangi itu.Hari ini aku akan melihat lokasi tanah yang akan dibuat Villa dan Cottage di pantai yang masih terbilang baru, karena belum banyak diketahui orang. Ya, siapa tahu prospeknya bagus di sana. Dan yang pasti harga tanahnya masih jauh lebih murah.Reza sudah membuat janji dengan pemilik tanah itu siang selepas Dhuhur. Kami berangkat dari kantor pukul sepuluh siang, beriringan dengan mobil masing-masing. Mobil Reza berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Dia yang sudah tahu lokasi itu sebelumnya.Setelah menempuh waktu perjalanan sekitar du

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Singgah di Restoran Mewah

    Riris dan Bu Rohman dengan hati-hati masuk ke mobil mewah Bagas setelah dipersilahkan masuk olehnya.Sebetulnya Riris merasa malu dan sungkan untuk ikut menumpang mobil itu, tapi karena keadaanlah yang membuat dia akhirnya bersedia menerima tawaran Bagas. Wanita berwajah teduh itu juga tidak tega jika ibunya terlantar, berlama-lama di pinggir jalan sedang hari sudah mulai gelap dan mereka berada di tengah hutan jati."Nduk ... mobilnya buaagus banget yo, nyaman banget naik mobil ini, ndak terasa getarannya, Ris," bisik Bu Rohman ke telinga putrinya dengan mata berbinar, saat mereka sudah duduk di kursi belakang sopir. Riris tidak membalas bisikan ibunya, dia hanya tersenyum simpul menanggapinya. Riris malu jika percakapan mereka terdengar oleh Bagas.Bu Rohman nampak takjub sekali menaiki mobil Alphart itu, karena ini pengalaman pertama mereka menaiki kendaraan mewah itu. Sebetulnya Riris juga merasa takjub menaiki mobil mewah itu, namun dia berusaha menutupi perasaannya. Dia hanya du

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Reza Terdesak

    Aku nggak habis pikir, kenapa Riris dan ibunya bisa bersama Bos Bagas di Restoran itu. Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku terus melayang."Mas Reza ... kayaknya aku nggak bakal balik lagi ke Jakarta deh." Ucapan Nelly membuyarkan lamunanku."Eh, kenapa memangnya, Nel? Kok nggak mau pulang ke Jakarta?" tanyaku penasaran hingga membuat mataku mengernyit."Hm ... ada deeh, Mas," jawab Nelly manja.Gadis ini kenapa kalau ngomong selalu dimanja-manjain suaranya, apa dia suka seperti itu sama siapa saja? Tadinya kukira dia hanya seperti itu padaku. Tapi ternyata sama Bos Bagas dia lebih manja lagi kalau bicara.Apa Nelly menyukai Bosku ya? Ah, semoga saja tidak. Ini tantangan buat aku, jika aku berjodoh dengan Nelly nanti, aku akan mendidiknya agar menjadi istri yang sholihah, terutama dia mau menutup auratnya dengan berhijab. Dengan begitu aku kan bisa dapat pahala, karena bisa membuat Nelly hijrah menjadi wanita yang sholihah."Mas ... aku boleh minta tolong yaaahh!" tanya Nelly denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Ide Usaha untuk Riris

    Pagi yang cerah, Riris dan ibunya sedang sarapan di ruang tamu kontrakannya, yang hanya beralaskan karpet plastik."Nduk, semalam itu nggak nyangka yo, kita bisa berkenalan sama nak Bagas yang ganteng, baik, dan kaya lagi," Suara Bu Rohman memecah keheningan saat sarapan."Iya, Bu. Semua itu terjadi karena mobil Mas Dimas mogok," sahut Riris, sesuap nasi goreng kemudian masuk ke mulutnya."Iya ya, Nduk. Di setiap musibah ternyata ada hikmah di baliknya. Ibu juga nggak pernah tuh, mbayangin bisa naik mobil mewah yang alus mulus itu, sama makan enak di restoran mewah," jawab Bu Rohman kembali, senyumnya nampak sumringah, diteguknya teh manis hangat dalam gelas belimbing yang ada di depannya.Riris hanya mengangguk dan tersenyum menanggapinya. Dia merasa terharu melihat ibunya nampak bahagia setelah melewati duka, kehilangan orang yang paling mereka sayangi dan cintai."Nduk, nak Bagas itu baik banget ya, masak semalem sampai mau nganter kita di depan pintu kontrakan. Padahal cukup kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06

Bab terbaru

  • Ditalak Usai Resepsi   Bahagia Usai Resepsi

    Tepat pukul delapan, semuanya telah lengkap berada di dalam Masjid Kampus nan Agung dan indah itu Bagas dengan balutan tuxedo berwarna putih tulang itu telah duduk bersila di depan meja persegi panjang yang berkaki pendek. Di depannya telah duduk pak penghulu dan pakleknya Riris--adik dari bapaknya-- yang akan menjadi wali nikahnya.Sang pengantin pria yang diapit oleh Pak Bimo dan Pakde Arya, terlihat sedikit tegang. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertamanya untuk memulai hidup yang baru. Sedangkan Riris bersama ibunya dan Bu Bimo juga para keluarga dan tamu undangan wanita, telah duduk di balik hijab. Sehingga untuk prosesi akad nikah, hanya para hadirin pria yang bisa melihatnya secara langsung. Riris dan para hadirin wanita hanya bisa melihat di tayangan video siaran langsung yang ada di layar kaca yang terpasang di bagian depan ruangan berhijab itu.Riris duduk bersimpuh diapit oleh sang ibu dan calon ibu mertua. Di belakangnya para keluarga dan tamu wanita dari desanya Ri

  • Ditalak Usai Resepsi   Terpukau Melihat Sang Pengantin

    "Kalau boleh tau, apa syaratnya, Ris?" tanya Bagas penasaran."Nduk, kok pake syarat toh?" bisik Bu Rohman ke telinga putrinya. Riris kemudian memandang ibunya, lalu tersenyum sembari mengangguk. Sedangkan Bu Rohman justru menunjukkan wajah tegangnya."Syaratnya, pertama ... saya minta akad nikahnya nanti di Masjid Kampus yang ada di Universitas nomor satu di Jogja, karena saya memiliki kenangan yang dalam, saat pertama kali mendatangi masjid itu dan bermunajat di sana. Yang kedua, saya ingin setelah menikah nanti, Mas Bagas harus menerima ibu saya untuk tinggal bersama kita nantinya. Karena ibu sudah tak memiliki siapa-siapa lagi, kecuali putri semata wayangnya," ucap Riris dengan suara bergetar hingga netranya yang berkaca-kaca. Riris dan ibunya kembali saling tatap, di kedua manik mereka telah dipenuhi oleh embun. Bu Rohman merasa terharu dengan permintaan putrinya itu, ternyata meski putrinya mau dinikahi oleh pemuda kaya, Riris masih ingat ibunya, masih amat peduli padanya.Riri

  • Ditalak Usai Resepsi   Lamaran

    Hari yang dinanti telah tiba, selama dua pekan ini Riris dan ibunya sibuk mempersiapkan acara lamaran untuk menyambut kehadiran Bagas dan keluarganya. Dari pagi, Riris telah merias dirinya, berbekal ilmu yang didapatnya dari terapis kecantikan salon ternama yang dipesan oleh Bagas selama dia menginap di apartemen.Riris mengenakan gaun kebaya panjang selutut, berwarna hijau lumut dengan hiasan payet pada bagian bawah pinggang serta di ujung tangannya, menambah kesan mewah dan anggun. Gaun itu telah dipesan oleh Bagas dan dikirimkan pak Dul dua hari sebelumnya. Untuk bawahannya, Riris mengenakan kain jarik berbordir emas yang diwiru dengan rapih menambah kesan elegan. Rumah Riris juga telah dipasang tenda untuk para tamu undangan, dan bagian dalamnya di dekor sedemikian rupa sehingga nampak indah dengan aneka bunga di setiap sudut rumah. Back drop yang terlihat indah dan mewah terpasang di salah satu sisi dinding dalam ruang tamu untuk momen lamaran dan pengambilan foto.Dari semua o

  • Ditalak Usai Resepsi   Pulang ke Solo

    Tak terasa sudah sepekan Riris dan Bu Rohman menginap di apartemen milik keluarga Bagas. Selama itu pula mereka setiap hari didatangi terapis kecantikan langganan yang dari awal men-treatment Riris.Gadis yang dulunya berwajah manis dan terlihat sederhana itu, kini telah berubah wajahnya semakin cantik cemerlang, meski perawatannya tidak dengan cara yang ekstrim seperti operasi plastik dan sebagainya. Perawatannya hanya membuat kulit dan wajah Riris terlihat semakin glowing. Selain itu, Riris juga belajar cara merias wajah supaya bisa tampil cantik dan lebih percaya diri. Riasan yang mampu menutupi kekurangan di wajah dan bisa menonjolkan kelebihan, sehingga terlihat semakin cantik bersinar. Apalagi Riris juga memiliki kecantikan yang terpancar dari dalam, dari hati yang bersih dan tulus apa adanya."Ris, makin hari Kamu semakin cantik, maasyaa Allah," puji Bagas di suatu sore saat mereka tengah duduk di taman tepi kolam renang yang ada di rooftop apartemen. Angin bertiup agak kencan

  • Ditalak Usai Resepsi   Di Rumah Reza

    Setelah dirawat di rumah sakit selama dua pekan, akhirnya Bu Santi sudah diperbolehkan untuk pulang. Walaupun kondisinya belum banyak perkembangan, separuh badannya sebelah kanan lemah, namun bisa dilakukan perawatan di rumah. Asalkan minum obat dari dokter secara rutin, makan makanan yang sehat dan rendah lemak, rajin melakukan terapi dan olah raga ringan.Sumi telah diberi pengarahan oleh Bulik Tutik, bagaimana cara merawat Bu Santi dengan baik. Di pagi dan sore hari Sumi memandikan majikan perempuannya itu dengan mengelap seluruh badan dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat dan dicampur dengan sabun mandi yang lembut. Sumi melakukannya dengan penuh hati-hati agar tidak menyakiti tubuh Bu Santi. Setelah mandi, Sumi mengajak wanita paruh baya itu jalan-jalan di halaman rumah yang luas itu dengan kursi roda. Sekedar untuk menghirup udara segar dan mengusir kejenuhan Bu Santi.Sumi juga bertugas menggantikan pampers jika sudah penuh dengan air seni dan ketika Bu Santi buang air

  • Ditalak Usai Resepsi   Bagas Buka Suara

    Tepat jam sembilan malam, Riris dan Bu Rohman tiba di apartemen. Pak Dul yang diserahi kartu untuk akses agar bisa masuk ke unit delapan kosong delapan, ikut mengantarkan Riris dan ibunya masuk sampai dalam unit."Mbak Riris, ini kartunya dipegang sama Mbak saja, pesan dari Pak Bagas. Agar Mbak bisa bebas keluar masuk apartemen ini." Pak Dul menyerahkan kartu itu pada Riris."Baik, Pak Dul, terima kasih," jawab Riris sembari tersenyum dan menerima benda tipis persegi itu dari tangan Pak Dul."Baiklah, Mbak Riris dan Bu Rohman, saya pamit dulu. Selamat istirahat. Nanti kalau mau ada perlu untuk anter-anter, bisa telepon saya."Pak Dul sedikit membungkukkan badannya lalu bergegas ke luar dari unit apartemen setelah Riris mengucapkan terima kasih padanya.Riris segera menutup pintu. Lalu keduanya memasuki kamar di mana sudah ada lemari yang berisi pakaian yang dibelikan Bagas tadi pagi. Bu Rohman sempat menyusunnya ke dalam lemari sebelum mereka mengunjungi rumah Pakde Arya."Nduk, maasy

  • Ditalak Usai Resepsi   Widia Gigit Jari

    "Loh, Wid ... Kamu nyusul ke sini?" tanya Bude Arya ketika melihat putri angkatnya sudah berada di ruang tunggu depan IGD. Wajah gadis itu terlihat cemas dan pucat."Iya, Bu ... saya khawatir sekali dengan Mas Bagas. Ingin tau keadaannya sekarang." Mendengar itu Riris semakin cemas, takut kehadiran Widia membuat jantung calon suaminya itu kembali tak stabil."Kami juga belum bisa masuk, jadi belum tau gimana kondisinya. Di dalem ada Bulik dan Paklik Bimo. Tadi sih kata Riris, Masmu sudah membaik keadaannya," sahut Bude Arya lagi.""Sini duduk sini, Wid ... samping ibu!" ajak ibu angkat Widia. Gadis yang sedari tadi masih berdiri itu, menurut dan mendekati kursi kosong di sebelah Bude Arya.Tak lama, pintu ruang IGD terbuka. Kedua orang tua Bagas muncul dari arah dalam.Bude Arya, Suaminya dan Widia segera bangkit dari duduknya dan mendekati orang tua Bagas."Gimana kondisi Bagas, Dek?" tanya Bude Arya. "Alhamdulillah sudah membaik, malah dia bilang sudah sembuh dan pingin dipercepat p

  • Ditalak Usai Resepsi   Rayuan di Kala Sakit

    "Nduk, kok ditanya sama Bu Bimo diem aja? Bu Bimo nungguin jawabanmu, loh!" tegur Bu Rohman pada putrinya yang terlihat diam melamun itu. Padahal sebetulnya Riris sedang berpikir mau menjawab apa."Eh, i-itu ... Bu, Riris sendiri tidak tau kenapa saat Riris lihat di kejauhan Mas Bagas tampak kesakitan, jadi Riris segera berlari menuju Mas Bagas," jawab wanita berwajah manis itu dengan gelagapan."Apa saat itu putraku sedang sendirian, atau bersama seseorang?" selidik Bu Bimo yang sudah seperti petugas kepolisian lagi menginterogasi orang.Riris merasa bingung, haruskah dia menjawab dengan jujur tentang keberadaan Widia saat itu? Apakah hal itu baik untuk gadis itu, dia sebenarnya kasihan dengan Widia. Hatinya tengah patah dan terluka, haruskah ditambah lagi dengan masalah baru untuknya jika semua keluarga tahu penyebab sakitnya Bagas. "Nduk, kok malah diem lagi? Itu loh Bu Bimo tanya lagi, tinggal dijawab aja," desak ibunya Riris yang juga penasaran."Ehh ...." Riris hanya menggelengk

  • Ditalak Usai Resepsi   Kejadian Tak Terduga Menimpa Bagas

    Setelah dirasa para pelayan itu sudah tidak membicarakan tentang Widia lagi, Riris bergegas keluar dari toilet. Ketika melewati dapur,, para pelayan itu yang tengah duduk mengobrol itu kompak melihat ke arah Riris."Eh, ini calonnya Mas Bagas, ya?" Salah satu dari mereka langsung bertanya ke Riris. Riris hanya tersenyum lalu mengangguk."Namanya siapa, Mbak? Ayu banget juga kalem Mbaknya ini, cocok sama Mas Bagas nantinya.""Nama saya Riris, Mbok," jawab Riris kepada pelayan yang sudah tua berbadan gemuk itu. Mungkin lebih tepatnya adalah tukang masak di rumah itu."Oh, Mbak Riris toh namanya?" sahut simbok tukang masak itu dengan semringah.Tanpa menunggu lama Riris langsung mendekati mereka yang berjumlah sekitar empat orang itu dan menyalami satu-satu."Wah, Mbak Riris selain ayu, ternyata juga ramah dan tidak sombong, mau menyapa dan berkenalan dengan kita," sahut yang lainnya."Terima kasih, Mbok, saya juga manusia biasa seperti kalian jadi tidak ada yang bisa disombongkan. Kala

DMCA.com Protection Status