Beranda / Pernikahan / Ditalak Usai Resepsi / Kejutan di Kolam Renang Apartemen

Share

Kejutan di Kolam Renang Apartemen

Penulis: Nomela Rosana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-06 22:31:02

Kejutan di Kolam Renang Apartemen

Sorenya, tepat jam pulang kerja, Nelly dan mamanya berkunjung ke North Apartemen. Mereka janjian dengan Reza untuk melihat-lihat unit apartemen yang akan disewakan itu.

"Ayo, Nel, Tante ... ikut saya," ajak Reza. Mereka berjalan ke sisi gedung sebelah kiri. Sebelum tiba di lift, terdapat sekat kaca yang terkunci. Reza menempelkan sebuah kartu di alat yang menempel pada dinding di samping pintu. Setelah alat itu menyala berwarna hijau, Reza mendorong handle pintu kaca hingga bisa terbuka. Mereka kemudian berjalan masuk ke dalam, menuju lift.

"Unit nya ada di lantai enam," kata Reza setelah mereka memasuki lift. Nelly dan mamanya tersenyum dan mengangguk.

Tak berapa lama mereka sudah tiba di lantai enam, setelah keluar dari lift mereka harus melewati pintu kaca yang menyekat jalan menuju koridor. Lagi-lagi Reza harus menempelkan kartunya di alat yang menyatu dengan dinding untuk bisa membuka pintu kaca tersebut.

Ya, sistem pengamanan di apartemen ini sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ditalak Usai Resepsi   Penyelidikan Bagas

    Sesuai janji Reza, sore ini dia mengantarkan wanita yang bernama Riris ke ruanganku.Kini wanita itu telah berdiri di hadapanku. Kupandangi dia dari ujung kaki sampai kepala. Penampilannya mengingatkanku kepada seseorang. Dia juga suka memakai baju gamis dan jilbab lebar seperti ini. Wajahnya manis, wajah wanita jawa. Hm, tapi apakah dia betul Riris seperti yang Seno ceritakan padaku? Seno terakhir bertemu Riris juga masih SD, mungkin Seno kalau bertemu lagi dengan Riris juga sudah pangling dengan wajahnya."Silahkan duduk." Kusuruh wanita itu untuk duduk di kursi yang ada di depan meja kerjaku, setelah Reza keluar dari ruanganku."Betulkah Kamu yang bernama Riris?" tanyaku yang masih merasa ragu apakah dia betul Riris sahabat kecil adikku."Betul, Pak," jawabnya mantab."Perkenalkan, nama saya Bagas. Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa diminta untuk menemui saya." Wanita yang bernama Riris hanya mengangguk pelan."Ada yang mau saya sampaikan padamu, tapi sebelumnya saya ingin bertanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Rahasia Reza Terbongkar

    Setelah sepuluh menit aku menunggu di ruang tamu Bu Kardi, akhirnya Bu Kardi datang juga. Tapi kok dia datang sendirian? Di mana Budenya Riris?"Maaf ya, Nak Bagas ... rumah budenya Riris kosong, kata tetangga mereka lagi pergi ke rumah kerabatnya di kota Solo," ucap Bu Kardi dengan wajah kecewa.Mendengar ini aku jadi ikutan kecewa. Padahal tinggal sedikit lagi aku akan mendapatkan info tentang Riris. Kenapa ada saja halangannya. Rasanya berat sekali. Kuhela napas panjang, yah, mungkin memang aku harus lebih banyak bersabar lagi."Nak Bagas, kalau boleh saya tau, sebetulnya Nak Bagas ada keperluan apa ya, mencari Riris? Maaf loh, saya tanya seperti ini, soalnya sepertinya Nak Bagas keliatan ingin sekali ketemu dengan Riris, juga ingin tahu tentang Riris." Bu Kardi yang melihat kekecewaan di wajahku, berusaha untuk mengajakku mengobrol."Saya dapat amanah dari adek saya, Seno. Untuk menyampaikan sesuatu kepada Riris," jawabku datar."Loh memang Senonya kemana? Kok nggak dia sendiri ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Reza Semakin Tertekan

    Aku kini dihadapkan pada pilihan yang sulit. Antara dipecat, atau memilih tetap bekerja namun hanya sebagai sekuriti atau satpam di North Apartemen, ditambah lagi harus mencari Riris dan meminta maaf dengan bersujud di hadapan Pak Bagas."Saya minta tolong, Pak Bagas, beri saya waktu untuk berpikir," pintaku kepadanya dengan wajah memelas."Baiklah, Kamu saya beri waktu sampai besok untuk memilih. Sekarang Kamu boleh pergi dari ruangan ini!" usir Pak Bagas sambil mengibaskan tangannya ke arahku, sakit sekali rasanya diperlakukan seperti itu."Terima kasih, Pak ... permisi."Aku meninggalkan ruangan Bosku dengan langkah gontai. Rasanya seluruh tulangku mau rontok, lemas tak berdaya. Bagaimana dengan masa depanku? Kenapa aku bernasib sial seperti ini. Aku berniat mentalak Riris karena aku ingin bebas dan bisa pergi jauh darinya. Tapi kenapa takdir selalu membawaku untuk berurusan dengan wanita itu.Pilihan dari Pak Bagas semuanya buruk, aku betul-betul bingung sekarang harus memilih yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Kasih Tak Sampai

    Bu Rohman dan Riris sudah memulai usaha ayam goreng bacemnya. Awalnya yang memesan masih sedikit, hanya teman-teman dekat Dimas di kantor dan kosnya. Namun setelah mereka merasakan ayam goreng bacem buatan Bu Rohman yang sangat lezat itu, mereka sangat menyukainya dan memesan kembali, bahkan ikut mempromosikan kepada teman-teman mereka yang lainnya."Bu, alhamdulillah ya, ayam goreng bacem kita sekarang banyak yang pesen. Mas Dimas baik banget ya, Bu ... udah banyak bantuin mempromosikan jualan kita," kata Riris sembari mengupas bawang putih."Iya Nduk, dari dulu kan Masmu itu memang baik, apalagi sama Kamu. Coba aja dia bukan sepupumu, pasti ibu mau punya menantu dia," timpal Bu Rohman, tangannya nampak sibuk mencuci ayam-ayam potong di wastafel."Ih, Ibu kok bilang gitu sih?" Riris sampai menghentikan kegiatannya mengupas bawang, bibirnya mengulas senyum namun dahinya berkerut. Ucapan Bu Rohman terdengar aneh baginya."Lah, iya toh, coba kalau Dimas itu orang lain. Sikapnya yang bai

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Ditalak Usai Resepsi   Cinta Seno

    (PoV Bagas)Aku terkejut bukan kepalang melihat Reza memasuki ruanganku bersama Risma. Seketika aku berdiri dari posisi dudukku.Iya betul, itu Risma ... jadi selama ini gadis yang kucari itu adalah Risma alias Riris? Rismawati nama lengkap yang disebutkan Bu Rohman waktu itu. Ternyata gadis itu biasa dipanggil Riris.Padahal Allah sudah mempertemukanku dengannya tiga kali. Tapi aku masih berusaha mencarinya. Kuhela napasku pelan. Mataku masih terpaku melihat sosok gadis di hadapanku ini. Rasanya seperti mimpi. Tapi saat ini nyata, dia sedang berdiri di ruangan ini. Wajahnya yang teduh itu nampak tersipu malu, dia terus menunduk menjaga pandangannya."Assalaamu'alaikum," sapanya pelan."Wa'alaikumussalam," jawabku."Silahkan duduk Ris-Risma ...." Kupersilahkan dia duduk di kursi sofa yang ada di sudut ruangan. Aku ingin pertemuan ini terkesan santai tidak kaku dan tegang.Riris berjalan menuju sofa paling ujung dan aku mengikutinya duduk di sofa lain yang menghadap ke samping, sehingg

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Ditalak Usai Resepsi   Nelly Modus

    Riris melangkah keluar ruangan kerja Bagas di iringi oleh Bagas."Ris, tadi ke sini sama siapa?" tanya Bagas saat mereka sedang berjalan di koridor menuju lobby."Saya dianter sama Mas Dimas, dia menunggu di lobby," jawab Riris dengan sedikit menunduk. Gadis itu merasakikuk dan malu berada di dekat Bagas."Oh sama Dimas, baiklah saya anter ke lobby ya, sekalian mau ketemu juga sama Dimas," ucap Bagas sembari tersenyum tipis.Mereka terus berjalan hingga tiba di lobby yang bernuansa etnik itu. Dimas yang sudah melihat Riris dan Bagas yang sedang menuju lobby bergegas berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri mereka."Assalaamu'alaikum, Pak Bagas," sapa Dimas sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak Bagas bersalaman."Wa'alaikumussalam," sahut Bagas, tangannya menjabat tangan Dimas dengan erat."Wah, maaf nih pasti sudah menunggu lama," ucap Bagas kembali."Oh, enggak papa, Pak Bagas, kebetulan ini pas jam istirahat siang saya," jawab Dimas dengan tersenyum ramah. Riris hanya b

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Ditalak Usai Resepsi   Reza Pingsan

    Sepulang dari kantor Bagas, Riris hanya mengurung diri di kamar. Bu Rohman yang melihat perubahan pada diri Riris merasa khawatir. Riris baru saja bangkit dari keterpurukan, jangan sampai putrinya itu terjatuh lagi bahkan semakin terpuruk.Bu Rohman sudah berusaha menanyakan ada apa gerangan yang terjadi pada putrinya. Namun Riris masih enggan untuk bercerita. Dia hanya ingin waktu untuk menyendiri sejenak.Malamnya, Riris akhirnya mau keluar dari kamarnya. Bu Rohman tersenyum lega."Nduk, ayok kita makan malam," ajak Bu Rohman dengan suara lembut. Riris hanya mengangguk dan menyunggingkan senyum tipisnya.Di atas karpet sudah tersaji makanan yang sudah disiapkan oleh Bu Rohman. Mereka duduk lesehan menikmati makan malam yang sederhana itu. Mereka makan dalam hening.Bu Rohman tidak berani bertanya apapun pada Riris, hanya menunggu saja, saat Riris hatinya sudah tenang dan siap menceritakan semuanya kepadanya."Bu, tadi Pak Bagas nitip salam kembali buat Ibu, trus bilang terima kasih

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Ditalak Usai Resepsi   Riris Bertemu Sahabat

    "Assalaamu'alaikum, Ris," sapa Bagas. Saat Riris masih terbengong di hadapannya."Wa-alaikumus-sa-lam," jawab Riris terbata. Dia nampak kikuk dan malu menerima tamu yang tak terduga ini. Mana dia cuma pakai daster rumahan dan jilbab kaos yang warnanya enggak nyambung. Belum lagi wajahnya yang keringatan sehabis menyiapkan pesenan 50 kotak ayam goreng bacem."A-ada apa ya, Mas?" Pertanyaan Riris meluncur begitu saja. Merasa aneh dengan kedatangan Bagas karena baru saja kemarin mereka bertemu di kantornya Bagas. Sekarang tiba-tiba Bagas sudah berada di depan pintu rumahnya.Belum sempat Bagas menjawab pertanyaan Riris, Bu Rohman sudah memasuki ruang tamu dengan setengah berteriak."Ris! Ayo buruan dimasukin kotakannya ke mobil masmu, kok malah ditahan di depan pintu toh," perintah Bu Rohman yang menduga yang datang adalah Dimas."Ya Allah! Nak Bagas toh yang datang?!" pekik Bu Rohman kaget hingga mulutnya ditutupi oleh telapak tangannya yang masih basah itu. Bagas hanya tersenyum simpul

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07

Bab terbaru

  • Ditalak Usai Resepsi   Bahagia Usai Resepsi

    Tepat pukul delapan, semuanya telah lengkap berada di dalam Masjid Kampus nan Agung dan indah itu Bagas dengan balutan tuxedo berwarna putih tulang itu telah duduk bersila di depan meja persegi panjang yang berkaki pendek. Di depannya telah duduk pak penghulu dan pakleknya Riris--adik dari bapaknya-- yang akan menjadi wali nikahnya.Sang pengantin pria yang diapit oleh Pak Bimo dan Pakde Arya, terlihat sedikit tegang. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertamanya untuk memulai hidup yang baru. Sedangkan Riris bersama ibunya dan Bu Bimo juga para keluarga dan tamu undangan wanita, telah duduk di balik hijab. Sehingga untuk prosesi akad nikah, hanya para hadirin pria yang bisa melihatnya secara langsung. Riris dan para hadirin wanita hanya bisa melihat di tayangan video siaran langsung yang ada di layar kaca yang terpasang di bagian depan ruangan berhijab itu.Riris duduk bersimpuh diapit oleh sang ibu dan calon ibu mertua. Di belakangnya para keluarga dan tamu wanita dari desanya Ri

  • Ditalak Usai Resepsi   Terpukau Melihat Sang Pengantin

    "Kalau boleh tau, apa syaratnya, Ris?" tanya Bagas penasaran."Nduk, kok pake syarat toh?" bisik Bu Rohman ke telinga putrinya. Riris kemudian memandang ibunya, lalu tersenyum sembari mengangguk. Sedangkan Bu Rohman justru menunjukkan wajah tegangnya."Syaratnya, pertama ... saya minta akad nikahnya nanti di Masjid Kampus yang ada di Universitas nomor satu di Jogja, karena saya memiliki kenangan yang dalam, saat pertama kali mendatangi masjid itu dan bermunajat di sana. Yang kedua, saya ingin setelah menikah nanti, Mas Bagas harus menerima ibu saya untuk tinggal bersama kita nantinya. Karena ibu sudah tak memiliki siapa-siapa lagi, kecuali putri semata wayangnya," ucap Riris dengan suara bergetar hingga netranya yang berkaca-kaca. Riris dan ibunya kembali saling tatap, di kedua manik mereka telah dipenuhi oleh embun. Bu Rohman merasa terharu dengan permintaan putrinya itu, ternyata meski putrinya mau dinikahi oleh pemuda kaya, Riris masih ingat ibunya, masih amat peduli padanya.Riri

  • Ditalak Usai Resepsi   Lamaran

    Hari yang dinanti telah tiba, selama dua pekan ini Riris dan ibunya sibuk mempersiapkan acara lamaran untuk menyambut kehadiran Bagas dan keluarganya. Dari pagi, Riris telah merias dirinya, berbekal ilmu yang didapatnya dari terapis kecantikan salon ternama yang dipesan oleh Bagas selama dia menginap di apartemen.Riris mengenakan gaun kebaya panjang selutut, berwarna hijau lumut dengan hiasan payet pada bagian bawah pinggang serta di ujung tangannya, menambah kesan mewah dan anggun. Gaun itu telah dipesan oleh Bagas dan dikirimkan pak Dul dua hari sebelumnya. Untuk bawahannya, Riris mengenakan kain jarik berbordir emas yang diwiru dengan rapih menambah kesan elegan. Rumah Riris juga telah dipasang tenda untuk para tamu undangan, dan bagian dalamnya di dekor sedemikian rupa sehingga nampak indah dengan aneka bunga di setiap sudut rumah. Back drop yang terlihat indah dan mewah terpasang di salah satu sisi dinding dalam ruang tamu untuk momen lamaran dan pengambilan foto.Dari semua o

  • Ditalak Usai Resepsi   Pulang ke Solo

    Tak terasa sudah sepekan Riris dan Bu Rohman menginap di apartemen milik keluarga Bagas. Selama itu pula mereka setiap hari didatangi terapis kecantikan langganan yang dari awal men-treatment Riris.Gadis yang dulunya berwajah manis dan terlihat sederhana itu, kini telah berubah wajahnya semakin cantik cemerlang, meski perawatannya tidak dengan cara yang ekstrim seperti operasi plastik dan sebagainya. Perawatannya hanya membuat kulit dan wajah Riris terlihat semakin glowing. Selain itu, Riris juga belajar cara merias wajah supaya bisa tampil cantik dan lebih percaya diri. Riasan yang mampu menutupi kekurangan di wajah dan bisa menonjolkan kelebihan, sehingga terlihat semakin cantik bersinar. Apalagi Riris juga memiliki kecantikan yang terpancar dari dalam, dari hati yang bersih dan tulus apa adanya."Ris, makin hari Kamu semakin cantik, maasyaa Allah," puji Bagas di suatu sore saat mereka tengah duduk di taman tepi kolam renang yang ada di rooftop apartemen. Angin bertiup agak kencan

  • Ditalak Usai Resepsi   Di Rumah Reza

    Setelah dirawat di rumah sakit selama dua pekan, akhirnya Bu Santi sudah diperbolehkan untuk pulang. Walaupun kondisinya belum banyak perkembangan, separuh badannya sebelah kanan lemah, namun bisa dilakukan perawatan di rumah. Asalkan minum obat dari dokter secara rutin, makan makanan yang sehat dan rendah lemak, rajin melakukan terapi dan olah raga ringan.Sumi telah diberi pengarahan oleh Bulik Tutik, bagaimana cara merawat Bu Santi dengan baik. Di pagi dan sore hari Sumi memandikan majikan perempuannya itu dengan mengelap seluruh badan dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat dan dicampur dengan sabun mandi yang lembut. Sumi melakukannya dengan penuh hati-hati agar tidak menyakiti tubuh Bu Santi. Setelah mandi, Sumi mengajak wanita paruh baya itu jalan-jalan di halaman rumah yang luas itu dengan kursi roda. Sekedar untuk menghirup udara segar dan mengusir kejenuhan Bu Santi.Sumi juga bertugas menggantikan pampers jika sudah penuh dengan air seni dan ketika Bu Santi buang air

  • Ditalak Usai Resepsi   Bagas Buka Suara

    Tepat jam sembilan malam, Riris dan Bu Rohman tiba di apartemen. Pak Dul yang diserahi kartu untuk akses agar bisa masuk ke unit delapan kosong delapan, ikut mengantarkan Riris dan ibunya masuk sampai dalam unit."Mbak Riris, ini kartunya dipegang sama Mbak saja, pesan dari Pak Bagas. Agar Mbak bisa bebas keluar masuk apartemen ini." Pak Dul menyerahkan kartu itu pada Riris."Baik, Pak Dul, terima kasih," jawab Riris sembari tersenyum dan menerima benda tipis persegi itu dari tangan Pak Dul."Baiklah, Mbak Riris dan Bu Rohman, saya pamit dulu. Selamat istirahat. Nanti kalau mau ada perlu untuk anter-anter, bisa telepon saya."Pak Dul sedikit membungkukkan badannya lalu bergegas ke luar dari unit apartemen setelah Riris mengucapkan terima kasih padanya.Riris segera menutup pintu. Lalu keduanya memasuki kamar di mana sudah ada lemari yang berisi pakaian yang dibelikan Bagas tadi pagi. Bu Rohman sempat menyusunnya ke dalam lemari sebelum mereka mengunjungi rumah Pakde Arya."Nduk, maasy

  • Ditalak Usai Resepsi   Widia Gigit Jari

    "Loh, Wid ... Kamu nyusul ke sini?" tanya Bude Arya ketika melihat putri angkatnya sudah berada di ruang tunggu depan IGD. Wajah gadis itu terlihat cemas dan pucat."Iya, Bu ... saya khawatir sekali dengan Mas Bagas. Ingin tau keadaannya sekarang." Mendengar itu Riris semakin cemas, takut kehadiran Widia membuat jantung calon suaminya itu kembali tak stabil."Kami juga belum bisa masuk, jadi belum tau gimana kondisinya. Di dalem ada Bulik dan Paklik Bimo. Tadi sih kata Riris, Masmu sudah membaik keadaannya," sahut Bude Arya lagi.""Sini duduk sini, Wid ... samping ibu!" ajak ibu angkat Widia. Gadis yang sedari tadi masih berdiri itu, menurut dan mendekati kursi kosong di sebelah Bude Arya.Tak lama, pintu ruang IGD terbuka. Kedua orang tua Bagas muncul dari arah dalam.Bude Arya, Suaminya dan Widia segera bangkit dari duduknya dan mendekati orang tua Bagas."Gimana kondisi Bagas, Dek?" tanya Bude Arya. "Alhamdulillah sudah membaik, malah dia bilang sudah sembuh dan pingin dipercepat p

  • Ditalak Usai Resepsi   Rayuan di Kala Sakit

    "Nduk, kok ditanya sama Bu Bimo diem aja? Bu Bimo nungguin jawabanmu, loh!" tegur Bu Rohman pada putrinya yang terlihat diam melamun itu. Padahal sebetulnya Riris sedang berpikir mau menjawab apa."Eh, i-itu ... Bu, Riris sendiri tidak tau kenapa saat Riris lihat di kejauhan Mas Bagas tampak kesakitan, jadi Riris segera berlari menuju Mas Bagas," jawab wanita berwajah manis itu dengan gelagapan."Apa saat itu putraku sedang sendirian, atau bersama seseorang?" selidik Bu Bimo yang sudah seperti petugas kepolisian lagi menginterogasi orang.Riris merasa bingung, haruskah dia menjawab dengan jujur tentang keberadaan Widia saat itu? Apakah hal itu baik untuk gadis itu, dia sebenarnya kasihan dengan Widia. Hatinya tengah patah dan terluka, haruskah ditambah lagi dengan masalah baru untuknya jika semua keluarga tahu penyebab sakitnya Bagas. "Nduk, kok malah diem lagi? Itu loh Bu Bimo tanya lagi, tinggal dijawab aja," desak ibunya Riris yang juga penasaran."Ehh ...." Riris hanya menggelengk

  • Ditalak Usai Resepsi   Kejadian Tak Terduga Menimpa Bagas

    Setelah dirasa para pelayan itu sudah tidak membicarakan tentang Widia lagi, Riris bergegas keluar dari toilet. Ketika melewati dapur,, para pelayan itu yang tengah duduk mengobrol itu kompak melihat ke arah Riris."Eh, ini calonnya Mas Bagas, ya?" Salah satu dari mereka langsung bertanya ke Riris. Riris hanya tersenyum lalu mengangguk."Namanya siapa, Mbak? Ayu banget juga kalem Mbaknya ini, cocok sama Mas Bagas nantinya.""Nama saya Riris, Mbok," jawab Riris kepada pelayan yang sudah tua berbadan gemuk itu. Mungkin lebih tepatnya adalah tukang masak di rumah itu."Oh, Mbak Riris toh namanya?" sahut simbok tukang masak itu dengan semringah.Tanpa menunggu lama Riris langsung mendekati mereka yang berjumlah sekitar empat orang itu dan menyalami satu-satu."Wah, Mbak Riris selain ayu, ternyata juga ramah dan tidak sombong, mau menyapa dan berkenalan dengan kita," sahut yang lainnya."Terima kasih, Mbok, saya juga manusia biasa seperti kalian jadi tidak ada yang bisa disombongkan. Kala

DMCA.com Protection Status