Selamat membaca❤️°°“Makanya kamu jangan nakal, Mas! Kan sudah aku katakan tadi, jangan asal cium begitu. Walau ini di rumah kita, tetap saja ini tempat terbuka. Bagaimana kalau ada yang lihat?”“Ya tidak apa-apa, sayang. Lagi pula rasanya enak, kan?”Suhu tubuh Dahayu seketika saja memanas — merasa malu akan pertanyaan yang sudah Arka berikan untuknya, karena sejujurnya jawaban atas pertanyaan itu adalah iya ; Dahayu tak bisa membohongi perasaannya sendiri.“Huh, menyebalkan!” Dengan wajah yang memerah Dahayu tetap mencoba untuk melawan — wanita itu menghentakan kaki sebagai bentuk atas rasa kesalnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam rumah“Sayang, aku ditinggal?”Arka bertanya dengan intonansi suara yang tinggi, berharap agar Dahayu segera menghentikan langkah kakinya, namun nihil hasilnya karena wanita itu tetap berjalan, bahkan tanpa mau untuk menoleh dan merespon pertanyaannya.“Ah, aku diamkan saja, biar dia tahu rasa!”Dengan percaya diri Dahayu ter
Selamat membaca❤️°°“Ya, semoga saja hidupku setelah ini akan jauh lebih baik.”Diakhiri dengan helaan nafasnya, Liana langsung menutup rapat koper itu dan bersiap untuk segera keluar dari dalam kamar. Dan saat ia baru saja ingin memegang kenop pintu, tiba-tiba rungunya mendapati adanya suara klakson mobil sebanyak 2 kali dari arah halaman depan rumah.Dan, ya. Sudah dapat dipastikan jikalau itu adalah Damara.“Nah, itu pasti Damara. Aku yakin karena mobil yang datang pertama tadi adalah Arka.”Senang bukan main rasanya, yang ditunggu-tunggu sedari tadi akhirnya tiba. Dengan menampilkan senyumnya, Liana langsung saja mempercepat langkah kakinya untuk segera keluar dari dalam kamarnya — pun hal itu sendiri pula yang menandakan jika suara klakson mobil yang didengar oleh sepasang suami istri tadi berasal dari mobil milik Damara.“Hey, Ma. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam, sayang. Aduh, cantik sekali anak Mama.”“Ah, Mama bisa saja. Mama itu selalu memuji aku seperti itu, padahal Mama
Selamat membaca❤️°°“Hey, apa kamu lupa kalau saat ini Damara juga sudah sah untuk menjadi istri kamu?”“Ma, hentikan! Tolong jangan bahas hal itu dulu, aku masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri!”Dahayu mengerti dengan apa yang sedang diobrolkan oleh suami dan Ibu mertuanya, namun hati dan fikirannya masih belum bisa digunakan untuk mencerna situasi yang sedang terjadi. Ah, tidak. Mungkin tepatnya begini ; wanita itu hanya takut salah dalam menerka keadaan, bahkan sekedar untuk mempersiapkan perasaannya sendiri.“Itu bukan hal yang mudah bagi Arka, Ma! Itu bukan sesuatu hal yang sepele, dan sekarang juga bukan waktu yang tepat untuk membahas tentang hal itu. Biarkan itu menjadi urusan Arka. Mama tidak perlu ikut campur,” sambung Arka“Bukan waktu yang tepat? Hey! Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu. Jadi, untuk apa kamu membuang-buang waktu? Aneh!” saut Liana, lalu ia melemparkan tatapan tajamnya ke arah Dahayu, “Bagaimana? Saya rasa kamu tak sebodoh itu untuk mengerti
Selamat membaca❤️ °° “Kenapa jadi begini? Sakit sekali rasanya. Aku benar-benar tak menyangka kalau hubungan rumah tanggaku dengan Mas Arka akan sesulit ini. Kenapa semesta sama sekali tak berpihak pada kami?”Saat itu kedua netra Dahayu hanya terfokus pada satu titik, yaitu sebuah pigura yang tergeletak di atas laci kecil dekat kasur, yang mana di dalam pigura itu sendiri berisikan foto dirinya dan Arka saat mereka sedang bulan madu di negeri tetangga — Singapore, beberapa bulan yang lalu.“Ya Allah, haruskah hidup semenyakitkan ini?”Rasanya saat itu Dahayu sudah tak bisa untuk mengatakan hal apa-apa, nafasnya pun juga terasa begitu sesak karena pacuan di dadanya yang berhasil membuatnya terasa sulit untuk berbicara. Sampai tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan dari ponselnya, dan tanpa mau untuk berfikir panjang lagi — dengan cepat ia langsung mengambil benda kecil itu dan membaca isi dari pesan yang masuk.“Hallo, Dahayu. Ini aku, madumu. Sudahlah, lebih baik kamu menyerah
Selamat membaca❤️ °° “Loh, ternyata di sini ada Damara juga ya?” Terkejut bukan main rasanya.Belum sempat bagi Arka untuk menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja ada satu suara yang datang dan menyapa rungunya dengan baik, begitu pula dengan Damara, yang mana hal itu sendiri membuat keduanya langsung terdiam sembari menoleh ke arah sumber suara.“Sayang?”Arka yang sudah tahu siapa pemilik suara itu pun langsung melepaskan tangan Damara dari lengannya dengan paksa, dan Damara sendiri yang diperlakukan seperti itu tentu saja merasa tak terima, membuatnya — dengan nekat, kembali melingkarkan tangannya di lengan Arka.“Hallo, Dahayu. Ah, sudah lama sekali ya kita tidak bertemu? Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?”Ya, Dahayu Ishvara. Seseorang yang datang saat itu adalah Dahayu, yang mana ia memang dengan sengaja datang ke sana untuk mengajak Sang suami makan siang bersama — rindu, begitu lebih tepatnya, mengingat jika memang sudah cukup lama keduanya tidak melakukan hal itu.
Selamat membaca❤️ °° “Sayang, sudah ya? Cukup, jangan dilanjutkan lagi. Lihat itu, ramai. Memangnya kamu tidak malu? Kalau ada orang lain yang lihat dan dengar bagaimana?”Arkatama Maheswara, dengan cepat lelaki itu pun langsung melerai — menghentikan pertengkaran yang sedang terjadi antara kedua istrinya karena merasa takut dan malu jikalau ada karyawan lain yang melihat serta mendengar keributan itu.Bayangkan, ingin diletakan dimana wajah dan harga dirinya nanti?“Sudah ya, jangan marah-marah begitu. Kamu—”“Loh, memangnya aku tidak boleh marah ya? Aku ini sudah terlanjur kesal, Mas! Aku benar-benar tak terima karena dia selalu merendahkanku, bahkan dia selalu menuduhku! Apa kamu ingin membelanya?” tutur Dahayu dengan emosinya yang menggebu-gebu“Tidak, bukan maksudku ingin membelanya. Tetapi—”“Hey, Damara! Apa kamu tidak sadar kalau kamu itu sedang membuka aib kamu sendiri? Karena kamu yang sebenarnya tidak tahu diri dan tidak tahu malu!”Ya, lagi. Dahayu kembali memotong ucapa
Selamat membaca❤️ °° “Semua pesanannya sudah saya catat ya, Pak, Bu. Apa ada yang ingin ditambahkan lagi?” “Sudah cukup, itu saja. Terima kasih banyak ya, Mba.” “Terima kasih kembali, Pak, Bu. Silakan ditunggu.” Semua makanan yang mereka pesan sudah dicatat dengan baik oleh pelayan restoran — tak banyak, karena dua wanita itu sedang menjaga makan mereka, lalu setelahnya barulah pelayan itu pergi untuk menyiapkan pesanannya.“Ah, senang sekali ya rasanya bisa makan di tempat ini lagi. Dengan kamu pula. Ya walaupun ada yang berbeda,” ucap Dahayu memulai obrolan“Iya, sayang. Aku juga senang,” timpal Arka sembari meraih tangan Dahayu dan mengelusnya, “Terima kasih ya karena kamu sudah mau datang menemuiku,” lanjutnyaNyaman sekali rasanya, walau nyatanya tak bertahan lama karena tiba-tiba saja Damara ikut meraih tangan Arka — tak mau kalah, ikut menggenggam dan mengelus tangan lelaki itu, yang bahkan sampai ia kecup.“Mas sayang, istrimu ada dua loh. Kenapa yang digenggam seperti it
Selamat membaca❤️ °° “Ya rasa takut itu tentu masih ada, Mas. Rasa itu jelas masih membekas di hatiku karena luka yang Mama berikan cukup dalam, dan aku belum sepenuhnya melupakan hal itu. Tapi, bukankah aku tidak boleh terus menerus seperti itu ya? Apa lagi Mama sudah mengundangku untuk makan bersama di rumahnya. Aku terharu. Ini bukan mimpi, kan?”Arka ikut menangis, hatinya tersentuh. Ternyata, sebesar itu ya rasa cinta serta kesabaran yang ada di dalam hati Sang istri? Benar-benar luar biasa. Dahayu cantik luar dan dalam.“Ini bukan mimpi, sayang. Mama benar-benar mengundang kamu untuk makan siang bersama di rumahnya,” ucap Arka lagi sembari membawa Dahayu ke dalam peluknya, “Sudah, jangan menangis lagi ya. Semoga saja ini bisa menjadi awal perjalanan rumah tangga kita yang sebenarnya.”Dahayu pun menganggukan kepalanya, menyetujui ucapan Sang suami dengan harap agar perkataan itu akan menjadi sesuatu hal yang nyata.“Jadi jadwal kita hari ini berubah ya, Mas?” Dahayu bertanya u
Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia
Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan
Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah
Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel
Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam
Selamat membaca❤️ °° Kaivan Daffa… Ya, Kaivan Daffa — sebuah nama yang memiliki makna pria tampan nan penuh dengan kehangatan, yang mana nama itu sendiri juga benar-benar menjadi doa atas harapan dan permintaan yang terkabul.Sesuai dengan arti dari namanya ; lelaki bernama Kaivan itu sangat tampan, pun juga hangat, sehingga membuat siapa saja yang berada di dekatnya menjadi nyaman — termasuk Dahayu.Namun dalam kisah ini kalian tak boleh salah menyangka — seperti Arka, karena nyatanya lelaki itu adalah Kakak sepupu Dahayu — anak dari Kakak Sang Ibu ; Inka. Umur mereka pun tak jauh dan hanya terpaut usia 2 tahun saja, namun Kaivan sangatlah dewasa dan pantas untuk disebut sebagai Kakak.Dan dialah — lelaki yang bertemu dengan Dahayu di taman dekat rumah sakit.Flashback On Dahayu terus menangis, air mata itu terus mengalir — tanpa henti dan bahkan semakin deras. Sebenarnya Dahayu malu, tapi rasa sesak itu sudah tak mampu untuk ia tahan, hingga tiba-tiba ada seorang lelaki yang dat
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi