Selamat membaca❤️°°“Assalamualaikum, Hani. Saya ingin kasih kabar kalau Mama harus dirawat di rumah sakit sejak malam ini atas saran dari Dokter, jadi saya dan Mas Arka tidak akan pulang ke rumah.”Sekiranya itu pesan singkat yang Dahayu buat dan kirimkan untuk Hani, sebelum ia serahkan kembali benda canggih itu pada Sang suami.Ya, mungkin banyak dari kalian yang membacanya merasa bingung dengan kalimat ; jadi saya dan Mas Arka tidak akan pulang ke rumah. Iya, kan? Jelas, karena kenyataannya saat itu mereka sedang berada di dalam kamar hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 yang cukup terkenal — Kempinski.Arkatama Maheswara, lelaki itu memang sengaja mengajak Sang istri untuk pergi dan menginap di sana — walau hanya satu malam, pun hal itu dilakukan demi untuk melepas rasa penat yang sedang melanda.“Sudah dikirim, sayang?” tanya Arka sembari meraih ponsel Dahayu“Sudah, Mas. Sudah aku kirim,” jawab Dahayu“Pintarnya, istriku.” Arka tersenyum lebar sembari mencium pipi Dahayu, lal
Selamat membaca❤️°°“Apa? Sekarang sudah jam 8 pagi? Yang benar saja?”Ya, apa yang Dahayu lihat saat itu tidak salah — jarum pada jam yang menempel di dinding kamar hotel yang ia tempati sudah menunjukan tepat pukul 8 pagi, pun dapat dibuktikan pula dari sinar matahari yang masuk lewat sela-sela gorden kamar, yang mana gorden itu sendiri juga memang sengaja dibuka karena semalam mereka berdua — Arka dan Dahayu bermain-main di sana sembari menikmati betapa indahnya Ibu Kota Jakarta pada malam hari dari lantai 38.Tubuh Dahayu pun menggeliat — menggigil karena suhu AC yang menyala saat itu cukup rendah, terlebih lagi saat itu ia sama sekali tak menggunakan pakaian apa pun ; tubuhnya benar-benar polos dengan hanya dibungkus oleh selimut — mengingat kalau nyatanya semalam mereka berada dalam suasana yang cukup panas.“Ya ampun, dingin sekali ya udaranya? Aku jadi malas untuk mandi lagi.” Helaan nafas kasar pun berhembus — tidak lain dan tidak bukan Dahayu pelakunya, sebelum pada akhirnya
Selamat membaca❤️°°“Pokoknya Mama ingin kamu menikah dengan Damara, titik! Tidak boleh ada penolakan. Paham kamu?”“Permintaan macam apa itu, Ma? Menikah dengan Damara? Yang benar saja! Arka itu sudah menikah, sudah ada wanita lain di dalam hati dan hidup Arka. Jangan mengada-ada!”“Hey, Mama tidak peduli dengan hal itu! Yang paling penting untuk saat ini adalah kamu menikah dengan Damara, kamu harus menikahi Damara secepatnya!”Jarum jam terus berputar hingga akhirnya kini menunjukkan tepat pukul 8 pagi. Ibu Kota Jakarta yang seharusnya terasa dingin dan sejuk karena baru saja selesai diguyur oleh hujan itu pun nyatanya tidak mampu membuat suasana hati Arka menjadi ikut tenang — justru sebaliknya.Ya, sepagi itu emosi dalam diri seorang Arkatama nyatanya sudah berhasil untuk terpancing — membuat hatinya panas akibat amarah yang membara saat mendapati permintaan yang sangat amat tidak masuk di akal dari Sang Mama.Terlebih lagi, wanita paruh baya itu kembali membentaknya — berbicara
Selamat membaca❤️°°“Ada satu hal yang harus kalian tahu. Untuk sekarang, nama Damara di dalam hati dan hidupku sudah tak ada. Posisinya sudah digantikan oleh Dahayu, untuk selamanya. Jadi, lebih baik kalian diam dan buang jauh-jauh harapan itu. Paham? Karena sampai kapan pun aku tidak akan mau menikahkan Damara.”“Memang dasar keras kepala! Ya sudah, terserah kamu saja, Mama pasrah. Tapi ingat ya, jangan pernah kamu menyesal dengan keputusan bodoh yang sudah kamu ambil. Camkan itu, Arkatama!”Memang dasarnya sama ; anak dan Ibu itu sama-sama tak ada yang mau mengalah — mereka tetap berpegang teguh dengan pendirian masing-masing. Karena memang seperti itulah kepribadiannya.“Lihat saja, kamu akan kehilangan Mama! Mama akan pergi jauh dari hidup kamu kalau kamu tetap tidak mau menuruti apa yang Mama katakan!” Liana kembali mengancam Arka, “Mama tidak akan mau makan dan minum obat agar cepat mati!”Ya, kembali terulang untuk yang kedua kalinya. Saat itu Arka dan Damara kembali dikejutk
Selamat membaca❤️°°“Makanya kamu jangan nakal, Mas! Kan sudah aku katakan tadi, jangan asal cium begitu. Walau ini di rumah kita, tetap saja ini tempat terbuka. Bagaimana kalau ada yang lihat?”“Ya tidak apa-apa, sayang. Lagi pula rasanya enak, kan?”Suhu tubuh Dahayu seketika saja memanas — merasa malu akan pertanyaan yang sudah Arka berikan untuknya, karena sejujurnya jawaban atas pertanyaan itu adalah iya ; Dahayu tak bisa membohongi perasaannya sendiri.“Huh, menyebalkan!” Dengan wajah yang memerah Dahayu tetap mencoba untuk melawan — wanita itu menghentakan kaki sebagai bentuk atas rasa kesalnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam rumah“Sayang, aku ditinggal?”Arka bertanya dengan intonansi suara yang tinggi, berharap agar Dahayu segera menghentikan langkah kakinya, namun nihil hasilnya karena wanita itu tetap berjalan, bahkan tanpa mau untuk menoleh dan merespon pertanyaannya.“Ah, aku diamkan saja, biar dia tahu rasa!”Dengan percaya diri Dahayu ter
Selamat membaca❤️°°“Ya, semoga saja hidupku setelah ini akan jauh lebih baik.”Diakhiri dengan helaan nafasnya, Liana langsung menutup rapat koper itu dan bersiap untuk segera keluar dari dalam kamar. Dan saat ia baru saja ingin memegang kenop pintu, tiba-tiba rungunya mendapati adanya suara klakson mobil sebanyak 2 kali dari arah halaman depan rumah.Dan, ya. Sudah dapat dipastikan jikalau itu adalah Damara.“Nah, itu pasti Damara. Aku yakin karena mobil yang datang pertama tadi adalah Arka.”Senang bukan main rasanya, yang ditunggu-tunggu sedari tadi akhirnya tiba. Dengan menampilkan senyumnya, Liana langsung saja mempercepat langkah kakinya untuk segera keluar dari dalam kamarnya — pun hal itu sendiri pula yang menandakan jika suara klakson mobil yang didengar oleh sepasang suami istri tadi berasal dari mobil milik Damara.“Hey, Ma. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam, sayang. Aduh, cantik sekali anak Mama.”“Ah, Mama bisa saja. Mama itu selalu memuji aku seperti itu, padahal Mama
Selamat membaca❤️°°“Hey, apa kamu lupa kalau saat ini Damara juga sudah sah untuk menjadi istri kamu?”“Ma, hentikan! Tolong jangan bahas hal itu dulu, aku masih membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri!”Dahayu mengerti dengan apa yang sedang diobrolkan oleh suami dan Ibu mertuanya, namun hati dan fikirannya masih belum bisa digunakan untuk mencerna situasi yang sedang terjadi. Ah, tidak. Mungkin tepatnya begini ; wanita itu hanya takut salah dalam menerka keadaan, bahkan sekedar untuk mempersiapkan perasaannya sendiri.“Itu bukan hal yang mudah bagi Arka, Ma! Itu bukan sesuatu hal yang sepele, dan sekarang juga bukan waktu yang tepat untuk membahas tentang hal itu. Biarkan itu menjadi urusan Arka. Mama tidak perlu ikut campur,” sambung Arka“Bukan waktu yang tepat? Hey! Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu. Jadi, untuk apa kamu membuang-buang waktu? Aneh!” saut Liana, lalu ia melemparkan tatapan tajamnya ke arah Dahayu, “Bagaimana? Saya rasa kamu tak sebodoh itu untuk mengerti
Selamat membaca❤️ °° “Kenapa jadi begini? Sakit sekali rasanya. Aku benar-benar tak menyangka kalau hubungan rumah tanggaku dengan Mas Arka akan sesulit ini. Kenapa semesta sama sekali tak berpihak pada kami?”Saat itu kedua netra Dahayu hanya terfokus pada satu titik, yaitu sebuah pigura yang tergeletak di atas laci kecil dekat kasur, yang mana di dalam pigura itu sendiri berisikan foto dirinya dan Arka saat mereka sedang bulan madu di negeri tetangga — Singapore, beberapa bulan yang lalu.“Ya Allah, haruskah hidup semenyakitkan ini?”Rasanya saat itu Dahayu sudah tak bisa untuk mengatakan hal apa-apa, nafasnya pun juga terasa begitu sesak karena pacuan di dadanya yang berhasil membuatnya terasa sulit untuk berbicara. Sampai tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan dari ponselnya, dan tanpa mau untuk berfikir panjang lagi — dengan cepat ia langsung mengambil benda kecil itu dan membaca isi dari pesan yang masuk.“Hallo, Dahayu. Ini aku, madumu. Sudahlah, lebih baik kamu menyerah
Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia
Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan
Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah
Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel
Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam
Selamat membaca❤️ °° Kaivan Daffa… Ya, Kaivan Daffa — sebuah nama yang memiliki makna pria tampan nan penuh dengan kehangatan, yang mana nama itu sendiri juga benar-benar menjadi doa atas harapan dan permintaan yang terkabul.Sesuai dengan arti dari namanya ; lelaki bernama Kaivan itu sangat tampan, pun juga hangat, sehingga membuat siapa saja yang berada di dekatnya menjadi nyaman — termasuk Dahayu.Namun dalam kisah ini kalian tak boleh salah menyangka — seperti Arka, karena nyatanya lelaki itu adalah Kakak sepupu Dahayu — anak dari Kakak Sang Ibu ; Inka. Umur mereka pun tak jauh dan hanya terpaut usia 2 tahun saja, namun Kaivan sangatlah dewasa dan pantas untuk disebut sebagai Kakak.Dan dialah — lelaki yang bertemu dengan Dahayu di taman dekat rumah sakit.Flashback On Dahayu terus menangis, air mata itu terus mengalir — tanpa henti dan bahkan semakin deras. Sebenarnya Dahayu malu, tapi rasa sesak itu sudah tak mampu untuk ia tahan, hingga tiba-tiba ada seorang lelaki yang dat
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi