Selamat membaca❤️ °° “Sudah pukul setengah 12 siang, lebih baik aku istirahat dulu.”Ya, waktu selama hampir 4 jam sekiranya sudah berlalu, yang mana sudah selama itu juga Arka berkutat dengan banyaknya pekerjaan di kantor — mulai dari memeriksa beberapa data laporan yang sebelumnya sudah dibuat oleh bawahannya, bahkan hingga melakukan meeting atau pertemuan dengan beberapa petinggi perusahaan.Hingga kini — saat saat jarum jam sudah menunjukan tepat pukul setengah 12 siang, Arka pun akhirnya memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya terlebih dahulu karena ia akan menggunakan waktu selama 1 jam kedepan untuk istirahat, yaitu melakukan ibadah solat jumat dan juga makan siang.Namun, saat Arka baru menutup laptopnya dan merubah posisinya menjadi berdiri, tiba-tiba saja pintu ruangannya terbuka dan menampilkan satu sosok wanita yang sangat tidak asing — seseorang yang ia kenal, yang mana wanita itu juga langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu dan memberikan salam, bahka
Selamat membaca❤️ °° “Mas Arka, maafkan aku ya?” “Maaf? Maaf untuk apa, Damara?” “Maaf untuk segalanya.” Perlahan namun pasti, wanita itu pun melepaskan peluknya dari Arka, sebelum pada akhirnya memundurkan tubuhnya untuk beberapa langkah — menciptakan suatu jarak aman antara dirinya dengan seorang lelaki yang sejujurnya masih ia cinta dan sayangi.“Maaf untuk segalanya, Mas.” Damara kembali mengulang ucapannya sembari menundukan kepala dan memainkan jari-jari lentiknya — merasa tidak sanggup untuk menatap Arka karena takut jikalau hatinya akan semakin jatuh, “Maaf karena saat itu aku terlalu egois, maaf karena saat itu aku meninggalkan kamu begitu saja di saat keadaan sedang tidak berjalan dengan baik. Maaf, aku menyesal.” “Sudahlah, Mara. Hal itu tidak perlu dibahas lagi, ya? Semua yang sudah terjadi biarlah berlalu, jadi tidak perlu diungkit kembali apa lagi sampai diceritakan. Biarkan hal itu menjadi bahan pembelajaran untuk kita di kehidupan yang akan datang, karena semua su
Selamat membaca❤️ °° “Apa yang sedang kalian lakukan?” Sungguh, terkejut sekali rasanya. Seketika saja jantung Arka langsung berdegup dengan kencang, pun membuat dirinya langsung melepaskan Damara begitu saja hingga wanita itu benar-benar jatuh ke lantai.“Mas Arka, sakit! Tega sekali ya kamu.” Damara yang mendapati perlakuan seperti itu pun tentu tak terima, ia merintih — mengeluh kesakitan sembari mengelus bagian pergelangan kakinya yang terasa sakit, namun Arka tetap tak mempedulikannya.“Pak Bhanu?” “Iya, saya Bhanu. Apa yang sedang Pak Arka dan Bu Damara lakukan?” Nyatanya pertanyaan itu kembali terlontar, dan Arka sendiri yang mendengarnya pun langsung menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak terasa gatal — malu, hanya itu yang bisa ia rasakan.“Mohon maaf sebelumnya, Pak Bhanu. Ta-tadi saya—” “Pak Arka manager di perusahaan ini, kan? Jadi seharusnya Bapak bisa menggunakan jabatan itu dengan baik, baik dari segi pekerjaan mau pun etika, karena tak seharusnya Bapak melakuk
Selamat membaca❤️ °° Waktu terus berjalan dengan begitu cepat seakan-akan tak mau untuk memberikan jeda sama sekali pada siapa pun, sampai akhirnya tak terasa jika nyatanya saat itu jarum jam sudah berhasil untuk sampai di angka 10, yang mana saat itu Arka sendiri juga sudah meyelesaikan dan mengirimkan semua pekerjaannya ke atasan, membuat dirinya langsung menghela nafas lega sembari menyenderkan tubuhnya di punggung kursi.“Alhamdulillah, akhirnya semua pekerjaanku selesai juga.” Arka mengucapkan kalimat itu sembari memejamkan kedua matanya yang sudah terlalu lelah karena terlalu lama menatap layar laptop, “Hari ini benar-benar terasa panjang, tetapi waktu berjalan dengan sangat lama. Ah, lelah sekali.” Sebenarnya, Arka sendiri merasa jika saat itu hanyalah satu dari sekian banyaknya hari yang menurutnya terasa sangat panjang dengan jalan waktu yang sangat lama, yang mana hal-hal seperti itu juga sudah sering kali ia lalui di hari-hari biasanya, namun entah kenapa saat itu ia mera
Selamat membaca❤️°°“Jadi, ini hari valentine ya?”“Iya, benar, Pak. Hari ini adalah hari valentine atau hari kasih sayang. Bapak lupa ya? Wah, jangan sampai istri Bapak di rumah marah karena Bapak melupakan hari penuh cinta ini, bahaya sekali loh itu.”Tanpa merasa malu atau bahkan canggung, pelayan toko kue itu mencoba untuk menggoda Arka, yang mana hal itu sendiri berhasil membuat yang digoda kembali merasa malu, walau nyatanya degupan pada jantungnya saat itu sedang berpacu dengan kencang karena merasa takut dan tidak enak hati dengan Dahayu.“Aduh, bagaimana bisa aku lupa dengan hari kasih sayang itu? Karena sepertinya dulu aku tidak pernah melupakannya saat masih bersama dengan Damara, bahkan aku selalu memberikannya hadiah. Ah, aku sangat yakin kalau Dahayu pasti sudah menungguku di rumah sejak tadi. Maafkan aku ya, sayang.”Arka membatin — lelaki itu melamun, terdiam memikirkan bagaimana perasaan Sang istri, cukup lama sampai pada akhirnya pelayan toko kue itu menegurnya, “Maa
Selamat membaca❤️ °° “Sebentar saja, Mas. Aku mohon, ya? Aku benar-benar tidak bisa mengganti tabung gas sendiri, aku takut. Terlebih lagi sejak tadi juga tercium aroma gas yang sangat menyengat, kalau tiba-tiba meledak bagaimana?” Entah kenapa degupan di jantung Arka langsung berpacu dengan begitu kencang, rasa kekhawatirannya terhadap kondisi Damara saat itu benar-benar sudah berhasil untuk menyelimuti dirinya — ketakutannya terhadap apa yang sedang dirasakan oleh Sang mantan saat itu benar-benar dapat ia rasakan dengan sangat baik.Khawatir, jelas jika saat itu Arka merasa khawatir.“Aduh, bagaimana ini? Apa aku harus datang ke apartemen Damara untuk membantunya? Karena aku tahu betul kalau dia sangat takut dengan tabung gas karena trauma. Tetapi kalau aku pergi ke apartemen Damara, bagaimana dengan Dahayu? Karena aku pasti akan pulang lebih malam lagi.” Arka terdiam sembari memainkan jari-jari tangannya pada setir mobil — mengetuk-ngetuk jarinya sembari memikirkan apa yang seha
Selamat membaca❤️ °° “Arkatama Maheswara, ternyata tidak sesulit itu ya bagi aku untuk menjebak kamu agar masuk ke dalam perangkapku? Toh, sepertinya kamu juga masih menaruh hati padaku. Kita lihat saja nanti, apakah wanita bernama Dahayu itu mampu untuk mengalahkanku?” Damara tersenyum penuh kemenangan dengan arah tatap yang ia tujukan pada punggung Arka — seorang lelaki yang saat itu semakin berjalan menjauh karena akan pergi untuk membeli obat, dan tanpa mau untuk banyak berfikir lagi Damara sendiri pun juga langsung melangkahkan kakinya untuk menuju ke dapur, yang mana ia akan membuatkan minuman untuk Sang tamu.“Damara, sepertinya rencanamu akan berhasil. Tidak sia-sia kamu menjatuhkan batu sebesar itu ke pergelangan kaki sampai terlihat memar seperti ini. Memang terkesan sangat bodoh, tetapi kalian sudah tau sendiri bagaimana hasilnya, kan?” *** Sementara itu di tempat lain…“Tunggu sebentar, ponselku ada dimana ya?” Arka bertanya pada dirinya sendiri sembari merogoh saku ce
Selamat membaca❤️ °° “Cepat atau lambat kamu pasti akan kembali padaku, Arka. Mau dengan cara apa dan bagaimana, karena kamu hanya tercipta untukku seorang.” Ya, semuanya sudah dirancang dan berhasil untuk menjadi bahan permainan oleh Damara — semua yang telah terjadi saat itu merupakan perbuatan Damara, dimulai dari tabung gas yang menimbulkan suara berdesis dan bau menyengat, bahkan sampai keadaan Arka yang saat itu sudah tidak lagi berdaya, yang mana kondisi itu sendiri pun juga bisa terjadi akibat atau efek dari obat yang sudah ia berikan.Sebelumnya, Damara memang sengaja memasukan obat ke dalam jus alpukat yang sudah ia buat dan peruntukan bagi Arka, dan ia melakukan hal itu karena ingin menikmati malam bersama dengan Sang mantan — sosok lelaki yang benar-benar masih ia cinta dan sayangi, baik rupa mau pun harta atau kekayaannya.“Jadi, sekarang aku harus apa? Apa aku hanya harus diam sembari memandang wajah tampan ini sampai pagi nanti? Atau, apakah aku harus...” Berbagai ma
Selamat membaca❤️ °° “Aku dan Jeenara pamit ya, Mas. Terima kasih karena sudah mengantar kami. Oh, iya. Tolong titipkan salamku pada Bu Liana ya, sampaikan juga permintaan maafku padanya—” “Mama sudah tidak ada, Yu. Mama sudah meninggal sejak 5 tahun yang lalu karena jatuh di kamar mandi, dia terpeleset. Dokter berkata kalau Mama mengalami serangan jantung.”Lagi, Dahayu kembali dikejutkan dengan pernyataan Arka, ia benar-benar tak menyangka jikalau ternyata wanita paruh baya yang selalu membencinya itu kini sudah tiada.“Innalillahi, ya Allah. Turut berduka cita ya, Mas. Maaf, a-aku tidak tahu tentang hal itu,” ucap Dahayu“Tidak perlu minta maaf, tidak apa-apa, karena itu memang bukan hal penting yang harus kamu ketahui. Iya, kan?” balas Arka sembari menundukan kepalanya, “Hm... Oh, iya. Ta-tapi ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Tepat sehari sebelum Mama pergi, dia berkata padaku kalau katanya dia rindu kamu, ingin bertemu dan juga minta maaf. Ingin sekali rasanya dia
Selamat membaca❤️ °° 8 Tahun kemudian… “Sayang, kamu dan Jeenara sudah berangkat belum? Sekali lagi aku minta maaf ya karena tidak bisa jemput kalian, ada meeting mendadak sampai jam 12 siang dengan team. Tapi kalian tenang saja ya, aku akan langsung pergi menyusul ke sana setelah meetingnya selesai. Plaza Indonesia, kan?”(Jeenara, dibaca ; Jinara). “Iya, Mas. Tidak apa-apa. Aku dan Jeenara sudah siap, kami hanya tinggal menunggu taksi onlinenya datang, sepertinya sebentar lagi. Oh, iya, Mas. Anakmu ini bawel sekali, katanya sudah tidak sabar untuk bermain di tempat bermain. Sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Papa juga katanya.” “Aduh, manisnya anak Papa. Ya sudah, kalau begitu sampai bertemu nanti ya. Kabari aku terus, Ma.” “Oke, Papa sayang. Sampai bertemu nanti ya! Jeenara and Mama loves you.” “Papa loves you two too, sayang-sayangnya Papa. Hati-hati di jalan ya, see you.” Sambungan telepon keduanya pun berakhir, dan kebetulan pula taksi online yang ditunggu sudah datan
Selamat membaca❤️ °° “Sekarang aku harus apa? Aku merasa seperti tidak memiliki arah dan tujuan. Aku hilang tanpa tahu ingin pergi kemana.” Hampa, itu yang sekiranya sedang dirasakan oleh Arkatama Maheswara. Baginya, semua telah menghilang — semuanya tak lagi sama, tak ada lagi rasa kasih sayang dan cinta tulus yang menyelimuti hatinya. Melindungi dirinya dari kejamnya kenyataan di dunia.Rumahnya itu kini sudah tiada, tempat ternyaman untuknya pulang dan mengadu itu kini sudah pergi meninggalkannya. Hidupnya kini benar-benar terasa sangat sunyi sepi, bahkan ia merasa jikalau dirinya sudah tak lagi berguna untuk siapa pun — termasuk dirinya sendiri.Rasa bersalah yang ada pun sudah berhasil menghantuinya. Namun, ia bisa apa selain pasrah? Semuanya sudah terjadi. Ingin marah? Tentu saja, ingin sekali. Namun dengan siapa?“Kamu marahi saja dirimu sendiri, Arkatama! Apa kamu tak sadar kalau kamu itu bodoh? Bodoh karena sudah melepas wanita yang begitu sempurna seperti Dahayu. Kamu bod
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu benar-benar hamil. Dan pertanyaanku hanya satu, bagaimana nasib hidupnya dengan Sang anak nanti? Tidak mudah kalau mereka hanya harus hidup berdua tanpa ada sosok suami dan juga Ayah yang menemaninya. Wah, lelaki itu memang sangat keterlaluan! Gila dan tidak memiliki hati. Bisa-bisanya dia melakukan hal setega ini pada Dahayu.” Rakyan menghela nafasnya sembari memejamkan mata — untuk mengatur emosi yang saat itu sedang ia rasakan, lalu setelahnya ia menoleh ke belakang, mengarahkan tatapnya ke arah Dahayu yang sedang berbaring di kasur periksa.Lemas, begitulah keadaan Dahayu yang bisa Rakyan lihat.Ya, saat itu Dahayu masih dibiarkan berbaring di atas kasur periksa dengan infus yang tersambung ke tangannya — hal yang memang sengaja dilakukan karena keadaannya saat itu masih lemah, Dokter yang menyuruhnya untuk menjaga kondisi tubuhnya ; agar tidak kembali menurun.“Kandungan Bu Dahayu saat ini sudah memasuki usia enam minggu ya, Pak. Dan alhamdulillah
Selamat membaca❤️ °° “Mas Rakyan, jadi orang yang selalu membersihkan makam Ibu dan menaburkan bunga di atasnya itu kamu?” “Iya, Dahayu. Aku yang melakukannya.” Ya, dia orangnya. Rakyan Pradana.Kalian masih ingat dengan lelaki itu, kan? Jika lupa, sini, biar aku bantu ingatkan kembali.“Terima kasih banyak sebelumnya, Mas. Tetapi saya tidak— Loh? Mas Rakyan? Kamu Rakyan Pradana, kan?”“Iya benar, saya Rakyan. Tunggu, kamu Dahayu ya? Dahayu Ishvara alumni Universitas Indonesia jurusan Sastra, kan?”“I-iya, benar itu aku.”“Wah, kenapa bisa kebetulan begini ya? Setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi. Omong-omong kamu masih ingat denganku, Yu? Suatu kehormatan besar ini namanya.”“Bisa saja kamu, Mas. Lagi pula ya, sepertinya mustahil kalau aku lupa dengan kamu. Rakyan Pradana. Bayangkan, hanya dengan mendengar namanya saja aku bisa ingat betapa seringnya lelaki itu untuk mencari masalah dengan Pak Yugi karena tidak pernah masuk ke dalam kelasnya. Betul, tidak?”Ya, lel
Selamat membaca❤️ °° “Kamu tidak salah dengar, Mas. Nama lelaki itu Kaivan Daffa, dan dia adalah Kakak sepupuku. Dia yang sudah membantu aku selama beberapa hari terakhir ini, bahkan dia juga yang sudah menolongku dari keterpurukan, menolongku agar aku tetap bangkit dan sembuh dari luka yang cukup membekas. Walau nyatanya tidak mudah, sangat sulit dan menyakitkan hati.” “Dahayu, maaf. A-aku tidak tahu, maaf. Sekarang aku ulangi pertanyaanku, ya? A-apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku? A-apa kamu benar-benar ingin bercerai? Tolong fikirkan itu lagi, Yu. Jangan gegabah, kita hanya butuh waktu untuk bicara dan menenangkan hati serta fikiran.” Nyatanya, Arka kepalang malu. Rasa malu itu sudah berhasil menyelimuti dirinya, pun merasa tak enak hati karena sudah menuduh Dahayu — tanpa bukti. Hingga akhirnya ia kembali mengulang apa yang sudah ditanyakan, dengan harap bisa mendapati jawaban yang berbeda. “Dahayu, coba lihat aku. Me-memangnya kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Kam
Selamat membaca❤️ °° Kaivan Daffa… Ya, Kaivan Daffa — sebuah nama yang memiliki makna pria tampan nan penuh dengan kehangatan, yang mana nama itu sendiri juga benar-benar menjadi doa atas harapan dan permintaan yang terkabul.Sesuai dengan arti dari namanya ; lelaki bernama Kaivan itu sangat tampan, pun juga hangat, sehingga membuat siapa saja yang berada di dekatnya menjadi nyaman — termasuk Dahayu.Namun dalam kisah ini kalian tak boleh salah menyangka — seperti Arka, karena nyatanya lelaki itu adalah Kakak sepupu Dahayu — anak dari Kakak Sang Ibu ; Inka. Umur mereka pun tak jauh dan hanya terpaut usia 2 tahun saja, namun Kaivan sangatlah dewasa dan pantas untuk disebut sebagai Kakak.Dan dialah — lelaki yang bertemu dengan Dahayu di taman dekat rumah sakit.Flashback On Dahayu terus menangis, air mata itu terus mengalir — tanpa henti dan bahkan semakin deras. Sebenarnya Dahayu malu, tapi rasa sesak itu sudah tak mampu untuk ia tahan, hingga tiba-tiba ada seorang lelaki yang dat
Selamat membaca❤️ °° “Dahayu, apa kamu sudah yakin dengan keputusan itu? Apa kamu benar-benar ingin melakukannya? Tolong fikirkan lagi, Yu. Apa kamu benar-benar ingin berpisah denganku?” “Iya, Mas Arka. Aku yakin, masih sama yakinnya seperti dulu aku memutuskan untuk menikah dengan kamu, pun di saat aku memutuskan untuk kembali setelah kamu menalak aku. Ini bukan hanya keputusan semata, tetapi aku benar-benar ingin melakukannya.” Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pukul 11.00 WIB. Hari ini — di salah satu tempat yang dapat dikatakan cukup menyeramkan bagi sepasang suami istri, yaitu ; Pengadilan Agama, ada Arka dan juga Dahayu yang nyatanya kembali bertemu setelah hampir melewati hari yang cukup panjang, yang mana saat itu keduanya sedang berada di salah satu lorong kosong yang ada di sekitaran tempat itu.Flashback On “Dahayu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Bagaimana ini? Aku tak mau cerai, yang aku mau adalah hidup bahagia dengan kamu. Aku sangat membutuhkan kamu, sayang. Kembal
Selamat membaca❤️ °° Assalamualaikum, Mas Arka sayang… Bersamaan dengan surat ini, aku — Dahayu Ishvara, istrimu, ingin mengucapkan serta mengutarakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada kamu, suamiku. Terima kasih untuk segalanya ya, Mas. Terima kasih banyak karena kamu sudah pernah hadir ke dalam hidupku. Terima kasih banyak atas tiap-tiap warna nan indah yang sudah kamu goreskan di atas kertas polos kehidupanku. Mas Arka sayang… Mungkin perpisahan ini akan terasa begitu menyakitkan hati dan diri kita, tapi aku yakin akan menjadi lebih menyakitkan lagi kalau kita tetap memaksa untuk terus bersama.Mas, bila nyatanya kita berdua — aku dan atau kamu sudah tak bisa untuk saling mencintai lagi, maka percayalah kalau semua ini hanya akan lebih menyiksa lagi. Dan ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Pasti akan ada waktu dimana orang yang awalnya sabar berubah menjadi jengkel, orang yang awalnya peduli berubah menjadi segan, bahkan orang yang setia akan berubah menjadi khi