Secerah langit biru di pagi ini. Senyum merekah tak pernah luntur dari wajah Gita. Setelah menginap dua malam di rumah orang tuanya, kini Gita kembali ke apartemen dengan menenteng banyak bawaan dari orang tuanya serta oleh-oleh dari sang kakak.
"Mbak Gita? Abis borong?" tanya Dena saat keluar dari apartemennya. Gadis cantik itu sudah bersiap untuk berangkat kerja."Dena? Mau berangkat? Gak borong, cuma kemarin abis nginep di rumah Mama Papa.""Oh, pantesan kok sepi. Kirain kemana. Ya udah, Mbak. Aku berangkat dulu ya. Mau cari sarapan," pamit Dena melambaikan tangan pada Gita.Saat Gadis itu melangkah menjauh, Gita memanggilnya."Dena? Apa lowongan itu masih ada?" tanya Gita ragu. Dena terkejut dengan segera berbalik badan. Berlari kecil menghampiri Gita dengan semangat."Masih! Mbak, jadi mau lamar?""Sepertinya, gak ada salahnya mencoba, kan?" ucap Gita dan diangguki antusias oleh Dena."Bener, Mbak. GaJantung Gita berdegup kencang setelah menerima telpon dari sang suami. Untung saja saat wawancara tadi, kepala bagian personalia mengatakan besok baru mendapat info hasil wawancaranya. Setelah pamit pada Dena, Gita buru-buru pulang ke apartemen. Ia takut, jika suaminya pulang hari ini, lalu membuat Gita urung bekerja jika benar diterima nantinya. "Mas? Kamu udah pulang?" tanya Gita setelah memasuki apartemennya. Namun, mencari ke sudut manapun apartemennya masih sepi. Gita merogoh ponsel di dalam tas dan memanggil suaminya. Tidak diangkat. Gita mendengus kasar. Apa maksud suaminya itu, tiba-tiba menelpon suruh pulang, tapi tidak ada penjelasan apapun. Bahkan pulang pun tidak. "Gak jadi. Apa yang aku cari sudah ada." Balasan Abimana pun semakin membuat Gita kesal. Sedangkan yang sebenarnya terjadi adalah, hape Abimana di pegang oleh Sandra. Dan sebenarnya pula, Abimana tidak ke luar kota. Masih dalam lingkup tempat tinggal yang sama. Hanya saja Abimana tinggal di rumah Sandra dan
Devan berjalan kesana kemari tiada henti. Aldo sampai pusing melihatnya. Perkara Gita pingsan setelah bertemu mata dengan Devan jauh lebih mengerikan daripada mengumpati pekerjaan yang tidak ada habisnya. "Gita gak apa-apa, Bos. Bahkan Dokter pun sudah bilang tidak apa-apa. Dia hanya terkejut saja." Aldo sudah mengatakan hal itu berulang kali. Namun, sialnya Gita juga belum bangun dari lima belas menit yang lalu. Membuat Aldo semakin kesal melihat sikap Devan yang sedikit berlebihan. "Mana mungkin aku bisa tenang. Kalau ada apa-apa sama Gita, gimana?" sahut Devan. Pria itu terus memandangi Gita yang terbaring di sofa milik Devan yang berada di ruangannya. Padahal, ada meeting penting, tapi Devan mundurkan jadwalnya. Dan untung saja kliennya mengerti."Gak akan kenapa-kenapa, Bos. Gita mungkin cuma lelah aja.""Mbak, Gita?!" Sebuah seruan yang datang tanpa permisi itu mengalihkan pandangan Aldo dan Devan. Itu Dena yang segera berlari setelah mendengar kabar dari Pak Toni, yang meng
Cinta itu sejuta indahnya. Namun, sakitnya pun beragam warna. Bersinar bagai mentari, lalu tetiba saja redup ditelan malam. Mungkin, seperti itulah gambaran hati Devan sekarang. Ia melupakan satu hal yang bisa saja semua orang alami di setiap waktu yang terlewati. "Menikah?" Kata itu bagai menghujam jantungnya. Sakit tak berdarah. Berpisah dalam waktu yang lama, dengan sakit menahan rindu selama itu pula, nyatanya harus menelan pahit luar biasa dengan kenyataan yang ada. "Kita sudah berakhir, Dev. Aku sudah menikah."Lagi. Ia seakan ingin menentang semesta. Katakanlah dia egois. Seolah membenarkan bahwa cintanya hanya Gita saja. Tak mau yang lain. Jika ada yang lebih dulu memilikinya, ia ingin merebutnya. Gila!"Apa kamu bahagia?"Akhirnya hanya pertanyaan itu yang ia ucap. Memandang seksama manik mata hazel yang dulu menjadi favoritnya. Ia sangat tahu, kejujuran dalam netra sebening embun itu. Devan mengernyit samar. Tersenyum miring mendapati kediaman Gita dengan beralih adu p
Beberapa hari ini, Abimana sedikit pusing dengan sikap Sandra yang terlalu over protektif, cemburuan dan melarang hal ini itu. Jika bukan karena butuh akan sokongan pads perusahaan Papanya, ia tidak akan mau menjadi pria yang disuruh menurut saja. Abimana kesal. Namun juga sedikit senang karena perusahaannya mulai membaik perlahan berkat bantuan Sandra. Gaji karyawan sudah terbayarkan. Hingga kinerja karyawan menjadi lebih baik karena haknya sudah terbayarkan. "Hari ini temani aku kontrol baby ya, Sayang?" kata Sandra manja. Mereka masih berada di kamar. Setelah mandi, rutinitas Abimana adalah menemani istrinya itu bercengkrama, menyisir rambut, terkadang memijat bahkan seringkali pergulatan panas terjadi jika Sandra sudah mau. Hal-hal manis yang tak pernah didapatkan oleh Gita. Abimana bisa melakukan itu semua pada Sandra. Bagai pengawal yang patuh pada ratunya. Entahlah, Abimana seolah tersihir dan tak bisa menolak dengan semua perkataan Sandra. Herannya, Abimana dengan s
Bunga-bunga bertebaran mengelilingi dua insan yang saling bertatap mata. Degup jantung berpacu dengan cepat menghantarkan getar cinta yang dulu pernah ada. Gita terpaku memandang Devan yang saat ini memeluknya. Menahan Gita agar tak jatuh ketika Devan berbalik hendak menyamai langkah wanitanya. Wanitanya? Sepertinya, sebutan itu tak lagi pantas ia sematkan untuk Gita dihatinya. "Ma... maaf, Pak. Saya tidak sengaja. Tadi...""Kamu jalan lebih dulu." Devan membiarkan Gita berjalan di hadapannya. Dengan ragu dan terus melihat ke arah belakang, Gita berjalan di depan Devan. "Perhatikan stand make up itu. Apa menurutmu ada hal yang perlu diperbaiki?" tanya Devan menunjuk dengan dagunya, sebuah storage make up yang ada di dekat pintu masuk mall. Gita menatap ragu, berusaha menilai dengan apa yang dimaksud oleh Devan baru saja. Ia terdiam sebentar, lalu menoleh kilat ke arah Devan, "sebenarnya, setiap kali saya pergi ke Mall, saya merasa sedikit takut dengan adanya stand make up yang d
"Berhenti panggil aku, Pak, saat kita berdua," tekan Devan sekali lagi. Gita membuang muka, menghindar bertatap mata dengan Devan. "Ini di kantor, Pak Devan.""Aku bilang jangan panggil aku seperti itu, Anin!" "Lalu aku harus gimana, Dev! Kenapa kamu maksa! Aku udah bilang kita udah usai! Kenapa kamu masih maksa aku, Dev! Aku capek! Aku benci!" Gita frustasi dengan desakan terus menerus dari Devan. Sungguh, ia tak mau lagi berurusan dengan masalah baru. Masalahnya saja sudah pelik. Ia benci harus merasakan perasaan yang berantakan lagi. Ya, memang berantakan. Mau dikata apalagi memang?Lift terbuka, Gita segera keluar dari sana. Namun, lebih dulu Devan yang menarik kembali tangan Gita. Kembali masuk ke dalam lift dan membawa Gita keluar dari kantor. "Kamu mau apa, Dev!" "Aku ingin bicara empat mata denganmu.""Ini masih jam kerja, Dev!""Lihat! Ini sudah jam makan siang." Devan menunjukkan arloji di tangannya. Membuat Gita terdiam dan tak mau berdebat lagi. Devan menggandeng tang
Gibran masih ingat, foto yang diberikan oleh ayahnya tentang suami Gita itu. Bahkan Gibran sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya. Tapi? Melihat kemesraan dua orang tadi membuat Gibran memanas. "Brengsek! Apa dia punya wanita selain Gita? Apa Gita tahu?" gumam Gibran sembari menginjak gas mobilnya kencang. Ia sedang mengejar mobil yang ditumpangi Abimana tadi. Ia sangat tidak terima jika benar adiknya dikhianati. Akan Gibran bunuh kalau perlu, jika ada yang menyakiti hati adiknya. Ciiiitt!!!!!Seorang pedagang kaki lima tiba-tiba menyebrang jalan, membuat Gibran menginjak remnya mendadak. "Brengsek!" umpat Gibran saat ia kehilangan jejak mobil Abimana. Ia sangat kesal dengan pedagang itu. Namun, tak mungkin juga ia marah-marah. Salah dia sendiri yang ngebut.Gibran kembali melajukan mobilnya. Meraih ponsel lalu menghubungi Gita. "Halo, Dek?""Iya, Abang? Abang kenapa? Kok kayak buru-buru gitu suaranya?" sahut Gita di seberang sana. "Kamu dimana?" "Aku..." Gita ragu untuk men
--"PEWARIS EL-GROUP / SI ANTI WANITA TERCIDUK MENGGANDENG SEORANG WANITA"--Devan mendengus kasar melihat Judul portal media dari perusahaannya sendiri. Bahkan postingan yang baru satu menit itu sudah mendapatkan ribuan komentar. -What? Omg, hancur sudah hatiku. Biasku udah punya cewek--Woaaah! Berati beneran bukan gay dong-- sayang banget foto ceweknya gak jelas--itu cewek baik-baik bukan? Jangan-jangan wanita bayaran lagi- -gue rela sih kalau ceweknya sekelas artis papan atas. Tapi kalau cewek biasa aja mah mending sama gue, pak- -Ngapain narik-narik, Pak. Duh, udah gak tahan banget kah?--Dari fotonya, keliatan banget kek wanita murahan gak sih?- Dan masih banyak lagi komentar yang lain. Devan tak asing dengan gosip yang menyebutnya 'Gay'. Meski itu membuat marah tapi Devan tak mempedulikannya. Namun, sebutan cewek bayaran dan cewek murahan yang tak lain tertuju untuk Gita, membuat emosinya naik. Bahkan sangat marah. "Keterlaluan!" umpat Devan kesal. Aldo mengernyit heran
Sandra mengamuk di dalam kamar hotel ketika Rian sudah tak lagi ada di pelukannya. Laki-laki itu kembali menghilang dengan meninggalkan pesan yang membuat Sandra naik pitam.--- Thanks Honey atas jamuannya. Seperti biasa kamu selalu nikmat untuk kunikmati. But i really sorry, i'm not ready to be a Father. Love you---Sandra mengobrak abrik ranjang yang semalam ia tempati bersama Rian. Padahal ia pikir Rian akan benar-benar kembali padanya dan menerima anaknya. Namun, laki-laki itu justru menghilang setelah menikmati tubuhnya."Dasar brengsek kau Rian!!!" Sandra segera pergi dari hotel itu. Lalu memeriksa ponselnya yang ternyata hanya ada satu panggilan tak terjawab dari Abimana. "Segitu tidak pentingkah aku bagimu, Abimana? Aku tahu, kau pasti pergi ke rumah wanita sialan itu!" Sandra semakin kesal. Melupakan perihal Rian kini ia kembali memikirkan Abimana. Jika saja sudah ada Rian. Ia tak akan lagi memikirkan Abimana. Namun, sekarang statusnya memang adalah istri dari Abimana. Mes
"Hubungan aku sama si bos? Emang kamu pikir hubunganku sama si bos apa?" tanya Gita heran. "Waktu ada berita di portal media EL-Group itu, semua kan udah tahu kalau,...""Dena, aku gak ada hubungan apa-apa sama Pak Devan. Kamu gak percaya soal itu?" Gita merasa kecewa karena Dena yang dia anggap mengerti dirinya justru mencurigainya. "Bukan gitu, Mbak. Aku...""Aku mau lanjutin pekerjaanku dulu. Permisi," ucap Gita meninggalkan Dena yang merasa bersalah dengan kecurigaannya. "Maaf, Mbak," lirih Dena melihat Gita pergi ke meja kerjanya sendiri. Gita mendengus kasar. Melihat sekeliling orang-orang yang ternyata masih menatap aneh ke arahnya. "Devan bilang sudah mengurus semuanya. Kenapa aku masih jadi sorotan?" gumam Gita sedih. "Gita.""Ya, Pak!" sahut Gita terkejut dan segera berdiri menjawab panggilan Aldo. "Apa aku ngagetin kamu? Sorry. Aku gak bermaksud," ucap Aldo dan dibalas gelengan oleh Gita."Gak, Pak. Ada apa?""Kamu dipanggil Pak Devan," ucap Aldo yang membuat Gita me
Setelah pulang dari apartemen Gita kemarin, Devan sudah bertekad dan meyakinkan diri akan tetap kembali merebut hati Gita. Ia sangat ingat betul ketika bertemu Sandra di restoran waktu itu. Istri Abimana adalah Sandra, bukan Gita. Apa Abimana membohongi Gita dengan dalih melakukan perjalan bisnis ke luar kota? Hingga membuat Gita mengucapkan sebuah penyesalan yang ia rasakan dalam pernikahannya. Ya, Devan yakin, pemikirannya dan segala praduganya adalah benar. Untuk itu, mulai sekarang, ia akan menjaga dan melindungi Gita apapun caranya. Bahkan ia akan memberi tahu sebuah kenyataan bahwa Abimana tak hanya memiliki satu istri, melainkan jelas menduakan Gita. "Ah, brengsek! Jika aku tahu saat itu, pasti aku akan menghajar habis-habisan Abimana brengsek itu," maki Devan memukul setir mobilnya. Saat ini pria itu sedang berada dalam mobil. Sengaja menunggu Gita untuk berangkat ke kantor bersama. Sialnya lagi, pria itu justru melihat pemandangan yang semakin menyebalkan dan me
Sejak semalam Abimana uring-uringan. Sandrs tidak pulang dengan alasan ada acara party dengan teman-temannya. Sedangkan ia ketiduran saat memantau cctv Gita di apartemennya. Lalu paginya saat akan melihat rekaman cctv rupanya hanya gelap gulita. Dan pagi ini, sebelum ia ke kantor dan juga sebelum Sandra datang ia segera pergi ke apartemennya guna menanyakan perihal rekaman cctv yang gelap. "Gita?! Dimana kamu?!" Gita yang sedang bercermin setelah mandi terkejut mendengar suara Abimana yang terdengar marah. "Mas, kamu pulang?" "Coba katakan, kenapa rekaman cctv semalam tidak ada? Kenapa gelap semua? Kamu ada main di belakang aku? Iya?" Gita mendelik mendengar tuduhan Abimana. Kemarin memang dirinya bersama Devan. Tapi mendengar tuduhan itu Gita tidak terima. "Mas, kamu jangan asal bicara ya? Semalam itu...""Kamu jangan beralasan Gita. Lalu kenapa aku gak bisa liat rekaman cctv semalam?!""Semalam satu apartemen ini mati listrik, Mas.""Aku gak percaya. Mana mungkin apartemen se
Jika memang kamu bukanlah takdirku, biarlah aku memiliki rasa ini tumbuh dihatiku. Biar saja semesta memakiku. Aku tak mau tahu, karena rasaku sudah berakhir di kamu. Devan memaki dirinya sendiri yang seperti remaja labil baru jatuh cinta. Dia merasa benar-benar gila masih saja mengharapkan Gita yang sudah jelas memiliki suami. Tapi karena merasa aneh dengan pernikahan Gita, ia merasa masih mempunyai kesempatan.Hingga akhirnya ia nekad mengunjungi Gita ke apartemennya karena tahu suaminya tidak ada. Bruk!Devan menangkap Gita yang hampir jatuh karena tersandung kursi di pantry. Namun, karena Devan juga tersandung kakinya sendiri akhirnya mereka terjatuh bersama. Deg!Gita terkejut saat Devan menangkapnya, dan sekarang ia berada di atas tubuh Devan. Membuat mereka saling memandang heran. Keduanya langsung menghindar satu sama lain. Karena merasakan jantung keduanya berdetak lebih kencang. Gita bergegas bangkit untuk berdiri. Namun, ...Dug! "Aduh!""Anin?! Kamu gak papa?" Devan m
"Honey, aku sangat merindukanmu." Sandra terpancing dengan kata-kata mesra dari sang pacar. Ya, pagi tadi Sandra buru-buru pergi karena Rian mengirim pesan jika ia sudah kembali. Sandra dan Rian adalah pasangan bebas yang bertemu di Bar. Tapi Sandra benar-benar sudah jatuh hati padanya. Sayangnya, Rian tak menaruh hati apapun pada Sandra. Bagi Rian hubungan mereka hanyalah sebatas "Have Fun". Hingga kebebasan hubungan mereka, Sandra hamil. Naasnya, Rian menolaknya saat Sandra memberi tahu kehamilannya. Hingga ia menghilang tak bisa dihubungi. Sandra mendengar dari teman-temannya bahwa Rian pergi ke luar negeri. "Apa kamu masih menjaga anak kita, Honey?" bisik Rian memberikan sentuhan-sentuhan yang memabukkan bagi Sandra. Hingga wanita itu terbuai. Baginya, segala sentuhan Rian sangat jauh berbeda dengan Abimana. Nanti, jika Rian sudah mau bertanggung jawab, Sandra berniat pergi meninggalkan Abimana. Status pernikahannya sekarang, hanya sebagai alibi agar tak di cap oleh kelu
"Apa yang kamu bicarakan, Mas. Aku...""Kalau aku tanya itu dijawab, Gita!!!""Aku tidak tahu apa maksud kamu, Mas! Aku selalu ada di rumah nungguin kamu yang tak pasti pulang kapan, sekarang kamu tiba-tiba pulang marah-marah sama aku?! Maksud kamu apa?" ucap Gita yang juga dipenuhi amarah.Ia sudah lelah menghadapi sikap Abimana yang selalu mengedepankan emosi. Biarlah Abimana tidak tahu apa yang ia kerjakan beberapa hari ini. Ia akan malas memberi alasan pada suaminya yang tak tahu diri itu. "Aku capek, Mas. Aku capek," lirih Gita frustasi. Abimana terengah sembari mengatur napasnya. Sedikit terkejut pula dengan apa yang diucapkan sang istri. Ya, Gita benar, seharusnya ia tak marah-marah saat baru saja pulang. Namun, foto yang ia lihat semalam membuatnya marah dan tidak terima. Padahal dirinya saja sudah menikah lagi tanpa memberitahu Gita. Pantaskah ia marah pada Gita?Tanpa bicara lagi, Abimana mengeluarkan ponselnya. Lalu membuka portal media yang semalam dibuka Sandra. Hal itu
--"PEWARIS EL-GROUP / SI ANTI WANITA TERCIDUK MENGGANDENG SEORANG WANITA"--Devan mendengus kasar melihat Judul portal media dari perusahaannya sendiri. Bahkan postingan yang baru satu menit itu sudah mendapatkan ribuan komentar. -What? Omg, hancur sudah hatiku. Biasku udah punya cewek--Woaaah! Berati beneran bukan gay dong-- sayang banget foto ceweknya gak jelas--itu cewek baik-baik bukan? Jangan-jangan wanita bayaran lagi- -gue rela sih kalau ceweknya sekelas artis papan atas. Tapi kalau cewek biasa aja mah mending sama gue, pak- -Ngapain narik-narik, Pak. Duh, udah gak tahan banget kah?--Dari fotonya, keliatan banget kek wanita murahan gak sih?- Dan masih banyak lagi komentar yang lain. Devan tak asing dengan gosip yang menyebutnya 'Gay'. Meski itu membuat marah tapi Devan tak mempedulikannya. Namun, sebutan cewek bayaran dan cewek murahan yang tak lain tertuju untuk Gita, membuat emosinya naik. Bahkan sangat marah. "Keterlaluan!" umpat Devan kesal. Aldo mengernyit heran
Gibran masih ingat, foto yang diberikan oleh ayahnya tentang suami Gita itu. Bahkan Gibran sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya. Tapi? Melihat kemesraan dua orang tadi membuat Gibran memanas. "Brengsek! Apa dia punya wanita selain Gita? Apa Gita tahu?" gumam Gibran sembari menginjak gas mobilnya kencang. Ia sedang mengejar mobil yang ditumpangi Abimana tadi. Ia sangat tidak terima jika benar adiknya dikhianati. Akan Gibran bunuh kalau perlu, jika ada yang menyakiti hati adiknya. Ciiiitt!!!!!Seorang pedagang kaki lima tiba-tiba menyebrang jalan, membuat Gibran menginjak remnya mendadak. "Brengsek!" umpat Gibran saat ia kehilangan jejak mobil Abimana. Ia sangat kesal dengan pedagang itu. Namun, tak mungkin juga ia marah-marah. Salah dia sendiri yang ngebut.Gibran kembali melajukan mobilnya. Meraih ponsel lalu menghubungi Gita. "Halo, Dek?""Iya, Abang? Abang kenapa? Kok kayak buru-buru gitu suaranya?" sahut Gita di seberang sana. "Kamu dimana?" "Aku..." Gita ragu untuk men