"Mas perut aku sakit," adu Aisyah. Ia menggenggam perutnya kuat. Hari sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB. Sudah satu jam Aisyah memejamkan matanya, namun tidak bisa terpejam, perutnya terasa sangat sakit, sakit berkali-kai lipat seperti biasanya. "Sekarang juga kita kerumah sakit, sepertinya Aisyah sudah mau melahirkan," ujar Mama, ia khawatir ketika melihat air ketuban Aisyah yang sudah pecah. "Sabar sayang." Alex menggendong Aisyah menuju mobil yang telah disiapkan oleh sang Papa, mereka melajukan mobil, beruntung hari sudah larut malam dan keadaan jalanan sudah sepi jadi Pak Gani lebih leluasa untuk mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya dirumah sakit, Aisyah langsung dibawa ke ruangan bersalin. "Tarik napas lalu keluarkan," ujar sang Dokter memberikan instruksi kepada Aisyah. "Dok tolong panggilkan suami saya, saya ingin ditemani oleh suami saya, boleh kan dok?" tanya Aisyah penuh harap. Dokter tersenyum lalu mengangguk, ia menyuruh suster untuk memanggil l
17 tahun kemudian .... Rani berjalan menuju koridor, lalu ia melihat salah satu teman sekelasnya menjadi korban bully oleh kakak kelasnya, walaupun ia terkenal nakal dan sering bikin kegaduhan, ia tidak bisa tinggal diam ketika melihat orang lain tersakiti. "Ga usah sok jagoan kalian disini! Bisanya cuma nindas orang lemah, sini sama gue kalau berani!" tantang Rani, ia mencekal tangan seorang perempuan dengan penampilan seperti tante girang. "Lu ga usah ikut campur!" balas perempuan tersebut tajam, ia tidak ingin orang lain mencampuri urusannya. "Harus dong, disini gue yang berkuasa!" balas Rani melotot. Ya, Siapa yang tidak mengenal Rani, seorang perempuan yang sangat berkuasa di sekolah dan tidak akan tinggal diam jika ketenangannya diganggu, ia pujaan hati dari seorang lelaki yang bernama Fero Fernando, anak pemilik SMA Jaya Mandiri. mottonya adalah, tidak akan menganggu jika tidak diganggu, namun jika ada yang berani mengganggu, siap-siap saja orang itu akan berhadapan dengan
"Murung banget tuh muka, kaya setrikaan kusut," ledek Nala, mereka baru saja sampai di sekolah. "Semua barang berharga gue disita oleh nyokap gue dan gue akan dipindahkan ke Pesantren," ujar Rani, ia sengaja tidak memberitahukan tentang perjodohannya kepada Nala, untuk urusan itu biarlah ia rahasiakan kepada semua orang. "Seriusan? Kapan?" Rani mengedikkan bahunya. "Gue belum tahu kapan tapi yang pasti secepatnya." "Yang antar kamu siapa?" tanya Nala, tadi ia tidak sengaja melihat Rani turun dari mobil. "Oh itu sepupu gue, karena motor juga disita makanya mulai hari ini dia yang antar jemput gue," jawab Rani berbohong, lelaki yang mengantarnya adalah Zizan dan kedua sahabatnya, berhubung mereka masih dalam tahap taaruf dan tidak diperbolehkan lelaki dan perempuan berduaan, makanya Zizan memutuskan untuk membawa kedua sahabatnya. Tadi malam lelaki itu beserta kedua orang tuanya dan juga ada dua sahabatnya sampai ke rumah, setelah solat subuh mereka melakukan proses taaruf antara R
S2-Bab 3 "Ngapain lu datang ke sekolah gue?" tanya Rani ketus ketika mereka sudah didalam mobil, beruntung pacar dan sahabatnya tidak melihat keberadaan Zizan, dan seperti biasa di dalam mobil juga sudah ada Ivan dan Bagas yang sedang menyimak pembicaraan mereka. "Aku cuma menjalankan amanat dari Mama," jawabnya setenang mungkin. "Sekarang lu sudah tahu kan bagaimana sikap gue, terus pasti lu ga mau punya istri seperti gue, ya udah gue ikhlas kalau kamu mau membatalkan perjodohan ini dan gue janji tidak akan pernah mengganggu lu lagi," ujar Rani, ia percaya lelaki itu pasti sangat ilfeel dengannya. "Aku tetap ingin melanjutkan perjodohan ini apalagi melihat sikapmu yang bar-bar seperti ini membuat aku semakin tertantang untuk merubah kamu menjadi lebih baik lagi," ujarnya membuat Rani melongo. Memang jika dilihat lelaki itu tampan, namun terlihat monoton, mungkin karena ia tinggal dilingkungan pesantren yang sangat mendalami ilmu agama dan juga asrama yang terpisah dengan perempua
S2-Bab 4"Kalian lagi ngapain?" Suara bariton tersebut membuat Rani maupun Zizan hanya menduduk."Rani jawab gue! Siapa dia?" tanya Fero, ya lelaki tersebut adalah Fero--pacar Rani."Dia sepupu gue, kebetulan dia lagi cuti makanya mampir kesini," jawab Rani berbohong, tidak mungkin ia mengatakan bahwa Zizan adalah lelaki yang dijodohkan oleh orang tuanya."Beneran? Kamu ga bohong kan?" selidik Fero."Ga mungkin gue bohongin lu, lagian apa untungnya gue bohongin lu," ujar Rani setenang mungkin."Orang tua lu kemana? Tumben nih rumah sepi.""Mereka lagi keluar katanya ada urusan yang harus mereka urus, lu ngapain kesini? Tumben ga ngabarin gue dulu.""Kata Nala ponsel lu disita makanya gue nekat kesini, gue khawatir dengan keadaan lu, gue takut lu kenapa-napa.""Gue baik-baik aja, cuma memar dikit, nanti juga sembuh," ujar Rani."Sebaiknya sekarang lu pergi aja ya, gue takut kalau orang tua gue lihat lu ke sini, nanti mereka marah lagi," timpal Rani, kedua orang tuanya tidak pernah meny
"Kenapa akhir-akhir ini lu murung terus?" tanya Fero heran melihat sikap pacarnya yang tidak seperti biasanya."Gapapa, gue cuma capek doang, gue mau berubah menjadi lembut tapi kok susah banget ya, capek gue tiap hari dimarahi karena gue selalu bikin onar," jelas Rani, padahal ada masalah lain yang sedang memenuhi pikirannya."Apa jangan-jangan kamu bukan anak kandung mereka, makanya mereka selalu marahin kamu," ujar Nala membuat Rani melotot."Hust lu ga boleh ngomong gitu," peringat Fero, mulut perempuan ini sangat ceplas-ceplos."Kan mana tahu lagian orang tua mana yang tega memarahi anaknya, orang tua gue aja ga pernah tuh marahi gue," ujarnya membuat suasana semakin panas.Rani pergi meninggalkan mereka, percuma ia cerita, mereka juga tidak akan bisa mengerti yang ada malah membuat Rani semakin pusing.Terlintas nama Zizan di kepala Rani, sepertinya hanya lelaki itu yang bisa membuat dirinya tenang."Kenapa aku malah mikirin lelaki itu? Seandainya dia gaul pasti aku bahagia bang
Rani berjalan menuju kelas dengan tidak semangat, hari ini adalah hari terakhir ia menginjakkan kaki di sekolah ini dan hari ini juga ia akan melangsungkan taaruf dengan Zizan, ia sangat dilema, ia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya ke depan."Lah tumben nih sekolah masih sepi?" tanya Rani heran ia mengambil gawainya untuk memastikan bahwa jam tangannya tidak salah."Sudah jam 07:15 tapi kok masih sepi? Kemana warga sekolah ini? Nala dan Fero juga ga kelihatan batang hidungnya," ujar Rani berdecak.Ia membuka aplikasi berlogo hijau tersebut untuk melihat info grup kelas maupun sekolah tetapi semuanya sepi, tidak ada satupun chat yang masuk."Pada kemana sih orangnya? Padahal parkiran sudah penuh loh," ujarnya sangat penasaran, baru kali ini sekolahnya menjadi semenyeramkan ini, semua orang seperti menghilang ditelan bumi."Heh ada apa?" tanya Rani ketika melihat seorang adik kelas berlari menuju lapangan."Anu kak, Kak Nala dan Kak Angel bertengkar di lapangan, katanya keadaa
Zizan memasangkan cincin di jari manis Rani, begitu juga dengan Rani, perempuan itu memasangkan cincin di jari manis Zizan.Kedua orang tua mereka serta sahabat Zizan bersorak gembira, sekarang Rani dan Zizan sudah terikat dan tinggal selangkah lagi menuju jenjang pernikahan."Selamat ya, sekarang kalian sudah resmi bertunangan, semoga kalian bisa melewati semua cobaan dan ujian yang terjadi menjelang pernikahan, apapun yang terjadi jangan pernah leapaskan cincin itu dari jari manis kalian, jangan pernah sesekali ingin membatalkan pertunangan ini dan semoga saja kalian berjodoh dan dimudahkan segara urusan pernikahan kalian," ujar Abi memberikan nasihat.Rani terdiam, ia tidak menyangka akan secepat ini terikt dengan seorang lelaki, walaupun hanya pertunangan tapi secepatnya ia juga akan menikah, apa keputusannya ini sudah tepat? Apa ia sanggup menjalani pertunangan ini dengan lelaki yang baru ia kenal? Bagaimana hubungannya dengan Fero? Bagaimana jika pacarnya mengetahui semua ini?E
"Kenapa pada natap aku seperti itu? Aku ada salah?" tanya Rani sedikit tidak nyaman dengan tatapan dari mereka."Kita cuma kaget aja tiba-tiba kamu langsung ngajakin Gus Zizan nikah," jawab Bagas mewakili yang lain."Emangnya ada yang salah? Bukannya setelah lamaran harus segera menikah?" tanya Rani lagi."Tidak ada yang salah tetapi perkataan kamu itu sangat sulit untuk dicerna," jawab Ivan, sedangkan Zizan dan kedua orang tuanya hanya bisa bungkam."Aku benar-benar ingin segera menikah dengan Gus Zizan, tenang saja aku akan tetap menyelesaikan sekolah aku," ujar Rani berusaha meyakinkan."Menurut kamu definisi menikah itu seperti apa?" tanya Zizan. Sekarang hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut. Orang tua serta sahabatnya sengaja keluar agar memberikan waktu untuk mereka berbicara empat mata."Menyatukan laki-laki dan perempuan di ikatan janji suci sehingga mereka hidup bersama serta diberikan keturunan yang soleh dan soleha."Zizan tersenyum, lalu berkata, "Menikah bukan hany
"Kenapa kalian diam? Tadi Abi dengar kalian sedang adu mulut bahkan terdengar hingga luar," tanya Abi.Diperjalanan ingin ke UKS melihat keadaan calon menantu, Abi dan Umi tidak sengaja mendengar suara seseorang yang terdengar seperti sedang adu mulut dan suara itu sangatlah mereka kenali, beruntung disekitaran sedang sepi jadi tidak ada santri yang mendengar, mereka mempercepat langkahnya agar segera sampai ke UKS.Sesampinya di dekat pintu UKS, mereka berhenti sejenak memastikan bahwa suara tersebut benar berasal dari dalam ruangan tersebut, mereka menghela napas dan perlahan masuk."Gapapa Abi, cuma sedikit kesalahpahaman saja," jawab Zizan akhirnya."Nak, di dalam suatu hubungan pasti selalu ada ujiannya apalagi sekarang kalian sedang berada di masa pertunangan yang sangat rawan akan cobaan, tetapi Abi selalu berharap agar kalian bisa melewati semua ujiannya bersama-sama dan menyelesaikannya dengan kepala dingin, jangan sampai ego kalian menghancurkan hubungan yang telah kalian ja
Rani terbangun lalu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 04.50, ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berwudhu, ia harus segera ke Masjid sebelum teman asramanya datang biar mereka tidak curiga karena tidak melihat Rani di tempat tidur."Abi, Umi," sapa Rani ketika tidak segaja berpapasan dengan calon mertuanya tersebut."Bagaimana tidurnya nyenyak?" tanya Umi mengusap rambut Rani yang tertutup ketudung mocca tersebut."Nyenyak banget Umi," jawab Rani tersenyum mengembang."Kamu mau ke Masjid ya? Ayo kita bareng saja," ajak Abi, ia bahagia karena perlahan perempuan tersebut sudah bisa membiasakan dirinya di Pesantren dan terlihat Rani juga sudah rajin solat lima waktu, ia juga tidak pernah mendengar calon menantunya itu berbuat keributan."Maaf Abi tapi kayanya ga usah deh, Umi sama Abi duluan saja, Rani sungkan jika nanti ada santri yang lihat, bisa berpikiran macam-macam mereka karena aku dekat dengan kalian padahal notabenya aku santri baru di sini," jelas R
Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB Rani bersiap-siap untuk pergi ke rumah orang tua Zizan, ia berjalan sepelan mungkin agar tidak mengganggu para temannya yang sudah memejamkan mata."Kamu mau kemana?" tanya Najwa yang terlihat sudah berdiri dari tempat tidur.Rani membalikkan badannya, ia tersenyum gugup. "Eh kamu mau ngapain?" tanya Rani balik bertanya."Seharusnya aku yang tanya kamu mau kemana? Kok kaya mencurigakan gitu?" tanya Najwa dengan mata memicing. "Ayo jujur kamu mau kemana? Apa mau kabur?""Ihh kamu ini suudzon mulu, aku mau ke dapur ambil minum," jawab Rani gugup."Kamu mau kemana?" tanya Rani masih penasaran kenapa perempuan itu terbangun."Aku mau ke toilet," jawab Najwa."Oh ya udah aku pergi dulu ya, kebetulan stok minum aku udah habis," ujar Rani beralasan, ia yakin kali ini alasannya sedikit meyakinkan."Jangan lama-lama biasanya nanti ustadzah datang untuk melihat para santri, bisa bahaya kalau kamu ga ada di asrama," ujar Najwa, benar saja terkadang ustadzah
"Tidak baik marahan terlalu lama," ujar Umi membuyarkan lamunan Rani."Eh Umi," ujarnya tidak lupa mencium tangan yang hampir keriput tersebut."Kenapa? Sini cerita sama Umi, apa Zizan menyakiti perasaanmu sehingga kalian marahan seperti ini?""Engga kok Umi, Gus Zizan ga pernah menyakiti aku tapi hanya saja aku butuh waktu untuk mencerna semua yang terjadi, jujur aku sedikit merasa tersindir dengan kajian Zizan tadi Subuh, aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar tapi aku belum bisa untuk melupakannya begitu saja.""Umi paham bagaimana perasaanmu dan Umi percaya perlahan kamu akan bisa terbiasa dengan Zizan, kalian hanya kurang komunikasi saja makanya masih terlihat canggung dan untuk masalah pacar kamu yang di kota, sekarang kamu masih berkabar tidak dengannya?"Rani menggeleng, ia tidak tahu bagaimana kabar lelaki tersebut, bahkan Fero sepertinya tidak punya niatan untuk mencari keberadaan dirinya."Sebaiknya kamu solat istikharah minta petunjuk kepada Allah karena tempat yang
"Rani bangun, kita solat subuh dulu yuk," ujar Nada membangunkan perempuan yang baru saja menjadi sahabatnya itu."Bentar lagi Nad," ujar Rani dengan mata yang masih terpejam, ia baru saja bisa tidur tetapi malah dibangunkan oleh Nada."Ini udah masuk waktu subuh Ran, ayo kita ke musholla, nanti telat loh," ujarnya memaksa perempuan itu untuk bangun.Rani duduk, ia bersusah payah membuka matanya. "Emangnya harus banget ya kita solat Subuh berjamaah? Apa ga bisa nanti aja? Aku masih ngantuk," tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.Nada menghela napas, ia harus memperluas kesabarannya menghadapi perempuan dihadapannya ini."Kita sebagai umat muslim harus segera melaksanakan solat lima waktu terutama solat Subuh karena banyak keistimewaan dan manfaatnya.Dalam sebuah Hadis riwayat Ibnu Majah dan Thabrani mengatakan barang siapa salat subuh berjamaah, maka dia dalam perlindungan Allah. Selain itu kita juga akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, pahala tersebut tidak hanya di
"Kamu ngapain di sini? Kenapa ga istirahat aja di kamar? Kamu pasti masih capek kan?" Zizan menghampiri Rani yang tengah duduk melamun di taman."Gapapa, aku cuma pengen lihat pemandangan di sini," ujar Rani, sebenarnya badannya sangat pegal apalagi setelah ia memaksa berbaring di tempat tidur, namun ia tidak mungkin jujur dengan Zizan, takut lelaki itu tersinggung."Kamu pasti tidak nyaman kan tinggal di asrama?" "Aku tahu asrama di sini sangat jauh berbeda dengan kamar kamu dan aku juga tahu kalau kamu tidak bisa tidur tanpa AC dan tidak bisa tidur di keramaian sedangkan di asrama kamu harus tidur bersama para santri," jelas Zizan.Rani menghela napas. "Mau bagaimana lagi, ini juga sudah menjadi keputusan aku, nyaman ga nyaman, betah ga betah harus aku jalani juga, ga mungkin aku pulang, bisa di coret nama aku dari kartu keluarga.""Kamu bisa tinggal di rumah, keberulan masih ada kamar kosong dan juga sudah ada AC, kamarnya juga lumayan besar walaupun tidak sebesar kamar kamu.""Ga
Zizan memasangkan cincin di jari manis Rani, begitu juga dengan Rani, perempuan itu memasangkan cincin di jari manis Zizan.Kedua orang tua mereka serta sahabat Zizan bersorak gembira, sekarang Rani dan Zizan sudah terikat dan tinggal selangkah lagi menuju jenjang pernikahan."Selamat ya, sekarang kalian sudah resmi bertunangan, semoga kalian bisa melewati semua cobaan dan ujian yang terjadi menjelang pernikahan, apapun yang terjadi jangan pernah leapaskan cincin itu dari jari manis kalian, jangan pernah sesekali ingin membatalkan pertunangan ini dan semoga saja kalian berjodoh dan dimudahkan segara urusan pernikahan kalian," ujar Abi memberikan nasihat.Rani terdiam, ia tidak menyangka akan secepat ini terikt dengan seorang lelaki, walaupun hanya pertunangan tapi secepatnya ia juga akan menikah, apa keputusannya ini sudah tepat? Apa ia sanggup menjalani pertunangan ini dengan lelaki yang baru ia kenal? Bagaimana hubungannya dengan Fero? Bagaimana jika pacarnya mengetahui semua ini?E
Rani berjalan menuju kelas dengan tidak semangat, hari ini adalah hari terakhir ia menginjakkan kaki di sekolah ini dan hari ini juga ia akan melangsungkan taaruf dengan Zizan, ia sangat dilema, ia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya ke depan."Lah tumben nih sekolah masih sepi?" tanya Rani heran ia mengambil gawainya untuk memastikan bahwa jam tangannya tidak salah."Sudah jam 07:15 tapi kok masih sepi? Kemana warga sekolah ini? Nala dan Fero juga ga kelihatan batang hidungnya," ujar Rani berdecak.Ia membuka aplikasi berlogo hijau tersebut untuk melihat info grup kelas maupun sekolah tetapi semuanya sepi, tidak ada satupun chat yang masuk."Pada kemana sih orangnya? Padahal parkiran sudah penuh loh," ujarnya sangat penasaran, baru kali ini sekolahnya menjadi semenyeramkan ini, semua orang seperti menghilang ditelan bumi."Heh ada apa?" tanya Rani ketika melihat seorang adik kelas berlari menuju lapangan."Anu kak, Kak Nala dan Kak Angel bertengkar di lapangan, katanya keadaa