Share

Bertemu Zidan Lagi

last update Last Updated: 2023-02-14 22:20:46

"Eh, ketemu lagi."

Hana tersenyum sopan, namun Lina menatapnya sinis sebelum kembali berlalu. Di belakangnya, Zidan dan gadis bermata tajam itu tidak henti-hentinya menatap mereka semua. Hana menunduk, satu tangannya memegang lengan Arkan erat-erat sementara tangannya yang lain memegang tali tas.

“Mas kalau mau main pergi aja. Aku duduk di sini.” Hana berkata sambil duduk di bangku yang tersedia.

Sorot mata Arkan terlihat khawatir saat menatapnya.

“Biar Mbak temenin. Kamu temenin anak-anak main aja,” sahut Zara, seolah mengerti apa yang dipikirkan adiknya.

Meski khawatir, akhirnya Arkan menurut dan menggiring kedua adik kembarnya untuk bermain. Faris mengikuti mereka, sementara Hana bersandar di bangku panjang.

“Kenapa sih aku harus ketemu mereka lagi?” gumam Hana sebal.

Zara melirik ke arah keluarga yang duduk tak jauh diantara mereka. Hanya ada Lina dan suaminya sekarang, juga gadis misterius itu. Zidan dan adiknya entah berada dimana.

“Kenapa beliau benci banget sama kamu, Han? Kam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kecelakaan

    Mereka baru pulang saat jam menunjukkan pukul dua belas malam. Hana sudah mengantuk, membuat Arkan menggandengnya erat-erat. Di belakang, keluarga Zidan juga menyusul, tak terkecuali Dea yang mempunyai rencana buruk."Kapan kita pulang?" tanya Naura yang separuh sadar."Minggu depan."Di sebelahnya, Zara terkekeh pelan.Saat mereka berada di parkiran, Hana yang sudah terlalu letih bersandar pada Zara sementara Arkan mengambil mobil. Dea juga menunggu tak jauh dari mereka, menatap Hana dengan tajam sambil berpikir keras tentang apa yang akan dilakukannya.Sejak bertemu tadi, dia sungguh benci melihat kebahagiaan Hana. Dia juga benci melihat Arkan yang tidak henti-hentinya menunjukkan perhatian dan memperlakukan istrinya bagaikan ratu. Bagi Dea, Hana tidak pantas menerima semua kebaikan itu. Baginya, Hana hanyalah sosok menyusahkan yang tolol, gila, dan memang sudah sepantasnya menerima perlakuan buruk karena berdosa pada orangtuanya.Setelah mengamati pasangan itu lekat-lekat, Dea mula

    Last Updated : 2023-02-14
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kesedihan Semua Orang

    "Mbak Zara sama Mas Faris pulang duluan aja. Kasihan mereka. Kayaknya butuh kasur banget."Zara dan Faris bertatapan. Sebetulnya mereka tidak ingin meninggalkan rumah sakit, tapi Keira dan Naura betul-betul kelelahan. Kedua gadis itu malah sudah tertidur di ruang tunggu dengan kepala saling bersandar."Ya udah. Besok pagi kami jemput ya." Faris berkata sambil menepuk bahu Arkan. Ditatapnya Hana yang tertidur sebelum memalingkan wajah dan keluar untuk membangunkan Keira.Dengan langkah gontai, Arkan memasuki ruang rawat Hana dan duduk di samping ranjang. Wajahnya terlihat pucat, sementara bekas-bekas air mata masih tersisa di pelipis dan pipi istrinya. Arkan masih tidak bisa menduga akhirnya akan menjadi seperti ini. Baru tadi pagi dia menciumi perut Hana, mengelusnya dengan penuh sayang sementara istrinya itu tersenyum bahagia saat merasakan gerak halus dari dalam sana. Arkan tidak mengira kalau mereka akan kehilangan anak secepat ini.Kelopak mata Hana mendadak bergetar. Tangannya ya

    Last Updated : 2023-02-14
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Pulang

    Meski masih lemah, Hana memaksa untuk pulang. Dia tidak tahan berada di rumah sakit, terlebih lagi di kota tersebut. Yang diinginkannya saat ini adalah pulang secepat mungkin dan bersembunyi di rumah.Pandangannya terarah ke luar, ke jalanan yang ramai. Arkan terus menggenggam satu tangannya yang bebas, sementara tangan Hana yang lain memegang peti mati mungil berisi mayat bayi mereka. Suasana mobil juga hening, bahkan Zara, Faris, dan kedua adik kembarnya tidak berani bersuara."Kamu baik-baik aja, Han?" tanya Keira yang akhirnya memberanikan diri.Hana hanya mengangguk.Tiga jam kemudian, mereka tiba di rumah. Keempat orang yang duduk di bangku depan dan tengah turun lebih dulu, meninggalkan Hana dan Arkan yang tetap diam di mobil.“Maafin aku, Mas,” bisik Hana lirih.“Gak apa-apa, Sayang. Ini artinya Allah menganggap kita masih harus berusaha dan berdoa. Yang penting, setelah ini kamu harus berhati-hati. Kalau kamu hamil lagi, Mas gak akan bawa kamu pergi kemana-mana.”“Kalau aku h

    Last Updated : 2023-02-14
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Tentang Perasaan Hana

    Sebulan berlalu sejak kejadian menyakitkan tersebut, Hana dan Arkan belum bisa terbiasa meski hati mereka mulai mengikhlaskannya.“Jadi fix seminar lewat online aja, Mas?” tanya Hana sambil menyandarkan kepala ke bahu suaminya.“Iya.”Arkan mencondongkan kepala sedikit, mencium rambut istrinya yang wangi mentol.“Mas gak mau ninggalin kamu lagi,” ucapnya lembut.“Aah, sweet sekali kamu, Sayangku.”Arkan tertawa. Sekali lagi diciumnya kepala Hana dan memejamkan mata, merasa damai hanya dengan memeluknya seperti ini.Dia tahu Hana tidak akan pernah bisa melupakan apa yang terjadi bulan lalu. Tapi dia tahu kalau Hana adalah perempuan yang hebat. Alih-alih tenggelam dalam kesedihan, dia tetap tenang dan mengaji seperti biasa, juga membantu pekerjaan asrama dari rumah satu minggu setelah dirinya keguguran.“Mas, aku sempet dengar obrolan Umi sama Abi tadi pagi waktu sarapan. Bener ya Keira mau dijodohin sama Ivan?” tanya Hana sambil memainkan jemari suaminya.Arkan menyeringai.“Kerjaan ay

    Last Updated : 2023-02-15
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Tangisan Tengah Malam

    Arkan terbangun saat tangannya merasakan kekosongan. Matanya menoleh ke tempat biasa Hana tidur. Hanya ada guling disana. Dikenakannya kacamata, lalu bangun dan mengedarkan pandang ke sekeliling kamar.Pria itu beringsut dan hendak menghampiri istrinya saat telinganya menangkap suara tangis yang memilukan. Langkahnya terhenti, telinganya memastikan bahwa Hana betulan menangis. Matanya menyipit, melihat bahwa wanita itu tersungkur di sajadah dan berkali-kali berkata agar Allah menguatkannya.Mata Arkan memanas, dan sebelum dia sempat melakukan apa-apa, kakinya bergerak menghampiri Hana dan bersimpuh di belakangnya.Dia terus menunggu hingga tangis Hana mereda. Saat bahu mungil itu berhenti berguncang, terdengar napasnya terengah seolah baru saja melakukan perjalanan jauh. Wanita itu bangkit, bersamaan dengan Arkan yang bergeser mendekatinya.Mata Hana membulat karena kaget, namun Arkan mengabaikannya dan bertanya lembut, “Mau shalat malam kok gak bangunin Mas?”Hana mengusap air matany

    Last Updated : 2023-02-15
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Gejala Sakit Pertama

    “Han.”Dirasakannya tangan hangat Arkan meraih tangannya dan menggenggamnya lembut. Hana menoleh, tersenyum pada suaminya tersebut sebelum menyandarkan kepala di bahu Arkan “Kamu baik-baik aja?” tanya Arkan pelan.Hana mengangguk. Dia tersenyum saat Harris melirik dari spion dan Salwa yang sengaja menoleh dari bangku depan, juga Zara yang menoleh sedikit dari bangku tengah.Mereka baru saja kembali dari acara pengajian rutin yang diadakan di balaikota Surabaya. Hana baik-baik saja di sana, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena semua pengunjung dan beberapa dzuriyyah dari pesantren lain memperlakukannya dengan ramah. Sepupu Arkan dan Zara, Hafshah, malah memperlakukannya dengan baik seolah dirinya adalah saudara kandungnya.Namun bukan itu yang jadi masalahnya. Melainkan tempat yang akan mereka kunjungi setelah ini.Hana terus menunduk dan memainkan ujung kerudungnya. Dia tahu alasan kedua mertuanya mengunjungi toko milik orangtuanya karena Harris ingin mengenal lebih dekat keluar

    Last Updated : 2023-02-15
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Gejala Sakit Pertama (2)

    Sekali lagi, Hana terbangun oleh rasa menusuk yang menyiksa dari kepalanya. Dia berusaha bangkit sambil beristighfar, lalu menyadari kalau sesuatu kembali menempel di punggung tangannya.“Kamu dehidrasi.”Suara itu membuat Hana menoleh. Matanya seketika menyipit saat cahaya matahari sore menimpa matanya, sementara Septia berdiri di samping ranjang dan menatapnya sambil memainkan stetoskop.“Saya gak suka diinfus.”Tangan Hana terangkat dan hendak mencabut jarum infus saat Septia maju. Matanya melotot galak, lalu kembali memeriksa tabung infus.“Keadaan kamu gak nanya apa kamu suka diinfus atau enggak,” balasnya datar. Septia lalu duduk dan menyentuh dahi Hana, bertanya, “Baik-baik aja?”“Kepala saya sakit.” Hana menjawab pendek. “Ini jam berapa?”“Jam setengah lima sore.”Dilepasnya jarum infus sebelum Septia sempat bereaksi dan bangkit, lalu berkata, “Saya mau shalat Ashar dulu.”Mata Septia terus menatap Hana mulai dari wanita itu memasuki kamar mandi hingga shalat di depannya. Saat

    Last Updated : 2023-02-15
  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kejutan (1)

    “Aku bisa bantu kamu jualin di media sosial kalau mau.”Sambil menunggu Salwa yang masih mengisi pengajian Famy Bisyauqin, Hana mampir ke ruang ekskul di belakang dan menemukan Rena serta ketiga temannya sedang sibuk menjahit disana. Sebuah tunik sepanjang lutut terpajang di manekin tanpa kepala, baru terjahit setengahnya.“Jahitan saya belum terlalu baik, Ning,” gumam Rena.Hana melotot, membalas galak, “Jangan panggil aku Ning.”“Tapi kenyataannya kamu memang Ning,” balas Rena sambil tersenyum. “Saya gak mau dianggap gak sopan.”“Aku masih temanmu, Ren. Atau kamu boleh panggil namaku disini. Diluar ruangan ini, kalian panggil Ning.” Hana mengucapkan kalimat terakhir dengan nada tak nyaman.Rena pura-pura tidak mendengarkan. Matanya tetap sibuk menekuni jahitan, sebelum terdengar suara bangku ditarik dan batuk keras.“Kalau sakit, istirahat aja,” ucap Amanda yang tengah menggunting kain.Hana menggeleng. Dikeluarkannya tisu dari saku gamis, lalu menutup bibir dan kembali terbatuk. Na

    Last Updated : 2023-02-15

Latest chapter

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Alina

    “Kakak lihat gak sih kalau mereka merhatiin kita terus?”Fauzan mengangguk, matanya tidak lepas dari laptop.“Buat apa sih dia masukin anaknya ke ponpes Al Mulk juga? Memangnya dia gak punya tujuan lain gitu? Atau dia ngelakuin ini karena pengen gangguin kita lagi? Bisa jadi begitu kan? Orangtuanya udah gak ada lagi, semua fasilitasnya udah balik, dan Rafika bahkan juga udah gak ada. Dia gak punya alasan buat gak ngelakuin apapun rencana buruknya,” ucap Alina geram. Dia terus saja mondar-mandir keliling kamar, membuat Fauzan pun tidak nyaman. Tapi dia tahu Alina begitu karena gelisah memikirkan keadaan putra mereka nanti.“Nanti kalau Raza diapa-apain anaknya gimana? Dari tadi siang aja kelihatan jelas kalau mereka terus merhatiin kita. Terus laki-laki itu berani banget deketin Raina. Memangnya dia gak takut dikeroyok orang-orang karena gangguin gadis muda gitu?” tanya Alina lagi. Dia kemudian merebahkan diri di sebelah Fauzan dan memainkan rambut merahnya yang mulai memutih.“Udah ng

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Ketakutan Raina

    Baru mereka sadari kalau Gabrielle memang tidak berhenti memperhatikan keluarganya. Bahkan ketika Raina mencoba mengingat-ingat lagi interaksinya dan Raza dengan Fathan dan Asyraf tadi, dia baru tahu kalau ada yang memperhatikannya.“Mukanya serem banget, Kak. Kayak mau makan kita,” ucap Raina.“Kayak gimana orang yang merhatiin kalian itu?” tanya Najwa penasaran.“Mukanya garang, matanya tajam, terus ekspresinya kayak orang marah terus....”Najwa menggeleng. “Bukan itu maksud Mbak Najwa. Maksudnya, penampilannya kayak apa?”“Rambutnya dicat pirang, terus pakaiannya acak-acakan. Matanya merah kayak orang gak tidur. Terus,” Raina merendahkan suara dan mendekatkan kepala. “Ada bau menyengat dari arah mereka. Kayak bau rokok sama kayak aroma manis, tapi menusuk hidung gitu.”Najwa, Farah—kakak kedua Najwa, Azka, Ahmad, Aiman, dan Raza bertatapan.“Bensin kali. Atau bubble gum,” sahut Aiman.Raina menggeleng. “Enggak. Baunya lebih menyengat. Dan bau itu baru pertama kalinya aku cium.”Sem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Benci Yang Mengakar Dalam

    “Jangan sampai saya dengar kamu bikin masalah setelah sampai disana nanti. Saya gak mau denger pengaduan dari guru maupun pengasuhmu!”“Kalaupun Johan bikin ulah, memangnya Ayah peduli? Bukannya Ayah yang buang Johan ke sana supaya gak ngerecokin ayah lagi?” tantang Johan balik.Gabrielle mendelik. Dia sangat tidak suka mendengar nada menantang dari suara putranya, namun dia tidak bisa bertindak apa-apa disini. Dia tidak mau jadi tersangka kalau sampai menabrakkan mobil yang dikendarainya dan membuat Johan meninggal.Akhirnya mereka berdiam diri. Johan dengan pikirannya sendiri, sementara Gabrielle dengan angannya yang memikirkan Alina. Sekian lama sejak pertemuan terakhir mereka yang tidak mengenakkan, akhirnya dia melihat wanita itu lagi. Wanita yang dia cintai sejak kelas sebelas SMA, namun malah menikah dengan orang lain dan tega membuatnya gila. Atau setidaknya itu yang diyakini Gabrielle selama ini.“Apa istimewanya perempuan itu sampai ayah gak bisa move on?” tanya Johan mendad

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Drama Santri Baru

    “Johan gak mau, Ayah!”“Saya gak peduli! Saya sudah muak lihat muka kamu!” Pria berambut dicat pirang itu balas melotot. Dia kemudian menoleh pada panitia pendaftaran santri baru dan bertanya, “Dia bisa daftar disini kan?”Fikri—pengurus berkoko putih yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka mengangguk patah-patah, ketakutan melihat ekspresi wali murid di depannya yang menyeramkan. Diberikannya formulir dan pulpen, kemudian melirik si calon santri baru yang mendelik penuh kebencian pada ayahnya.“Pak,” Mata Fikri menyipit membaca nama yang tertera di formulir. “Gabrielle.” Untuk sesaat dia tertegun, kemudian melanjutkan, “Njenengan asli Solo kah?”Gabrielle tidak mengacuhkannya dan terus menulis. Fikri memutuskan untuk tidak mencari masalah dan berpaling pada Johan. Namun, sebelum dia sempat berkata-kata, mendadak sepasang orangtua dan dua anaknya memasuki ruangan.“Assalamualaikum.”“Wa’alaikumsalam.”Karena ruangan sedang penuh, keluarga itu duduk di bangku tunggu sambil mem

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kegelisahan Arkan

    “Duduk dulu, Mas.”Arkan tidak mengacuhkan panggilan Keira dan terus mondar-mandir. Sesekali dia berhenti dan menempelkan telinga ke kaca UGD, namun tidak ada yang bisa didengarnya.“Kaca UGD itu tebel. Suara dan kegiatan apapun yang terjaid di dalam gak bakalan bisa diketahui orang luar,” komentar Ivan.Arkan berhenti dan kembali mondar-mandir. Kali ini dia melepas peci dan menyugar rambutnya yang keriting kecoklatan.“Padahal sebelum berangkat Hana baik-baik aja. Kenapa tiba-tiba kondisinya menurun lagi?” tanya Salwa penasaran.Alissa dan Azzam tidak bisa menjawab. Mereka pun baru tahu tadi kalau pneumonia Hana kembali parah. Wanita itu bahkan muntah darah setelah sebelumnya makan siang bersama keluarga mereka.“Njenengan jangan nyalahin diri sendiri, Bu.” Salwa berkata saat melihat Alissa yang tidak berhenti menunduk dan mengusap matanya. “Ini sama sekali bukan kesalahan Njenengan.”“Tapi saya lalai menjaga dia, Bu. Ibu macam apa saya yang ngebiarin anaknya yang lagi sakit untuk pe

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Omelan dan Nasihat Humaira

    “Mbak Aira tahu kamu mau bahas apa.” Baru saja duduk, Hana sudah disuguhi ekspresi Aira yang tidak enak dilihat. “Kenapa kamu gak terus terang aja sekalian?”“Memangnya beliau mau denger?” tanya Alina balik. Dipanggilnya penjaga kantin dan minta dibawakan dua botol teh dingin. “Sampe mulutku berbusa pun Mama gak bakalan mau ngerti. Yang ada beliau malah playing victim, nyari pembenaran, lalu ngatain aku ngegas dan gak sopan.”Hana yang tidak tahu hendak melakukan apa hanya memainkan kotak tisu yang diletakkan di meja kantin.“Bukannya Mbak Aira gak mau dengerin, Nduk. Tapi gimana ya....” Aira bergerak-gerak salah tingkah, lalu melirik Hana sekilas sebelum kembali menunduk menekuni mangkuk sotonya. “Mau ngatain mamamu, nanti Mbak Aira dibilang guru yang ngajarin hal buruk. Gak bertindak, misalnya menjauhkan kamu dari beliau, kamunya makin tersiksa.”Alina mengangguk.“Mbak masih inget kejadian waktu mamamu gak percaya kamu....”“Godain laki-laki lain di luar, padahal Umi udah nyiapin p

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Kemarahan Alina

    “Gimana kabar keluarganya Mbak Alina?”“Ya begitu-begitu aja. Kamu berharapnya gimana?” balas Alina enteng. Sejak tadi, tangannya tidak berhenti memainkan tutup toples permen, membuat Hana gemas dan ingin melakban tangannya sekalian.“Mbak Alina bisa untuk gak peduli sama mereka lagi?”Alina mendongak, kebingungan tersorot dari iris matanya yang berwarna hijau.“Maksudku, Mbak Alina bisa gak peduliin ucapan buruknya Mama lagi? Mau beliau nyumpahin Mbak Alin kek, mau ngata-ngatain Mbak Alin kek, gak usah dipeduliin. Anggap aja angin lalu....”“Memangnya kamu dulu bisa kayak begitu?” tanya Alina balik. “Empat tahun lalu kamu bisa diam waktu Tante Naira ngatain kamu? Aku udah diam hampir seumur hidupku, Han! Gak bisa disamain dengan kamu yang langsung ngamuk dan lempar-lemparin piring ke dinding!”Hana tertegun. Ini pertama kalinya dia melihat Alina hilang kendali, dan perasaan bersalah mulai menelusup masuk ke hatinya.“Berapa kali Mamaku bilang gak mau peduli lagi sama aku dan Mas Fauz

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Perhatian Kedua Putri dan Cerita Tentang Alina

    “Umi baik-baik aja?”Alissa mengangguk. Pandangannya tidak lepas dari Hana yang sibuk mengerjakan ini-itu. Ditepuknya space kosong di sebelahnya dan berkata, “Duduk sini, Nduk.”“Sebentar, Umi. Hana beresin obatnya dulu biar nanti gak ribet nyarinya.”“Biar aku aja, Mbak,” tawar Rayya.“Gak usah. Kamu duduk aja.”Rayya merengut, namun dia tidak melawan dan terus memijit kaki ibu mertuanya.“Sini dulu, Han.”Barulah Hana menghentikan pekerjaannya. Diletakkannya lap di pinggir meja dan duduk di sebelah Alissa.“Umi jangan sakit-sakit terus. Nanti kalau Umi sakit, gak ada yang bisa diajak ngobrol dan diskusi lagi,” ucap Hana sambil memperbaiki selimut.“Rayya sama kakak-kakakmu kan ada.”“Hana pengennya sama Umi.”“Arkan juga ada. Kenapa kamu nyarinya Umi terus?” tanya Alissa lagi.“Hana cuma bisa ketemu dia pas malam aja. Siangnya sibuk kerja terus.”“Mas Arkan kan kerja buat Mbak Hana sama anak-anak juga,” sahut Rayya.“Ya udah. Gak usah kerja aja kalau gitu. Di rumah aja,” balas Hana

  • Disia-siakan Keluarga, Diratukan Ibu Mertua   Takut Kehilangan

    “Mas mau pulang sebentar nengok anak-anak. Kamu mau disini?”Hana mengangguk.“Yakin? Kamu nanti sendirian lho. Mas-mas sama Mbak-mbak yang lain kan pada sibuk,” lanjut Arkan.“Nanti kalau Umi kebangun terus nyari aku, kasihan Mas. Abah juga belum balik dari mushola soalnya.”Arkan akhirnya mengangguk. Dipeluknya Hana erat-erat dan menciumi seluruh wajahnya, kemudian menatap ibu mertuanya yang tertidur pulas.“Kalau capek, langsung istirahat ya. Jangan maksain diri.”Hana mengangguk. Diantarnya Arkan ke luar, kemudian duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah Alissa lekat-lekat. Tangannya lantas terulur dan meraih tangan Alissa dan menempelkannya di pipi.“Cepet sembuh, Umi. Jangan tinggalin Hana dulu,” bisik Hana pelan.Masih teringat jelas olehnya kejadian tiga jam lalu dimana Alissa ditemukan di kamar dalam keadaan pingsan. Seisi rumah seketika panik, dan Azzam yang baru pulang langsung membawanya ke mobil dan meminta Arkan untuk secepatnya ke rumah sakit.“Hana mohon, Ya Allah. J

DMCA.com Protection Status