Home / Romansa / Diputus Pacar, Dinikahi CEO / Bab 3. Memaksa Arini

Share

Bab 3. Memaksa Arini

Author: Agniya14
last update Last Updated: 2023-12-13 12:29:06

"Maaf ya, Mas. Aku membiarkan semuanya biar hubunganku dan Mas Gilang dulu enggak terdeteksi mereka."

Wisnu hanya tersenyum mendengar penuturan Arini.

"Enggak apa-apa. Mas seneng aja dimanfaatkan karena itu jadi seperti doa, kamu jadinya nikah sama Mas.”

Arini hanya tersenyum mendengar penuturan laki-laki di depannya ini.

Sesampainya di kantor, Arini langsung disambut dengan tatapan sinis dari pada kolega kantornya.

Sesampainya di kantor, Arini langsung disambut dengan tatapan sinis dari pada kolega kantornya.

“Mbak Arini, kok tiba-tiba nikah gitu sih? Enggak ada kabar-kabar sama kita?”

“Iya nih, atau jangan-jangan, terpaksa nikah aja tuh, soalnya…”

“Hushh! Mana mungkin wanita sholeh seperti Arini melakukan itu,” ucap salah satunya dengan nada mengejek.

Beberapa orang cekikikan menatap Arini yang wajahnya merah menahan malu. Lalu, buru-buru Arini pergi ke mejanya.

Dua orang teman satu bagian dengan Arini menghampirinya. Mereka saling bertukar senyuman.

“Selamat yaa Rin atas nikahan kamu… Ehh kenapa, kamu kok nangis?”

Dewi yang tadinya ingin memberikan kejutan pada Arini tiba-tiba berhenti, begitu juga Lidia.

“Iya Rin, kamu kenapa sembab begitu?”

Arini hanya menggeleng sambil mengambil tissue untuk mengelap air matanya. Ia tak ingin bercerita pada dua sahabat baiknya di kantor, sebab bagu Arini kehadiran mereka sudah menenangkan hatinya.

“Enggak kok, Dew, Lid. Aku cuman kelilipan aja.”

“Kelilipan tapi ngambil tissuenya banyak banget. Pasti karena orang kantor sebelah ya? Awas aja kalo mereka ganggu kamu lagi!”

“Iya Rin, aku juga bakal buat perhitungan sama mereka kalau mereka ganggu kamu lagi.”

Arini tersenyum, “Terima kasih ya.”

Namun, baru saja mereka akan berbincang tentang pernikahan Arini, tiba-tiba ponselnya mengeluarkan bunyi.

Gilang : Ke ruanganku sekarang!

Setelah membaca pesan itu Arini bangkit menyebabkan Dewi merasa bingung melihatnya.

"Mau ke mana, Rin? Baru aja duduk loh. Kok udah mau keluar lagi?"

Arini tiba-tiba memegangi perutnya. Dia mencari alasan untuk keluar dari ruangan itu.

"Duh, aku kebelet banget nih. Mau ke toilet dulu ya Mbak."

Arini segera keluar dari ruangan menuju ruangan General Manajer di mana Gilang menjabat itu di PT. Maheswara.

Tiba di depan ruangan GM, Arini masuk. Dia duduk di kursi yang ada ruangan Gilang. Pria itu masih fokus memeriksa berkas.

"Kamu udah ngegugurin kandungan kamu?!" bentak Gilang saat baru saja Arini masuk ke ruangannya.

"Kenapa? Aku sudah punya suami, kenapa harus mengugurkan kandungan ini, Mas? Janin dalam perut ini enggak salah apa-apa.”

"Aku enggak peduli, pokoknya kamu haru gugurin kandungan itu atau aku sendiri yang akan melakukannya!”

Arini terpaku mendengar ancaman dari Gilang. Ia tak kuasa menahan rasa kesalnya.

"Aku tetap pada pendirianku, Mas! Aku enggak akan menggugurkan kandungan ini apapun yang terjadi!"

“Dasar Jalang!”

Gilang lalu menggebrak mejanya dan menatap Arini dengan tajam.

"Aku enggak mau janin dalam rahim kamu itu lahir ke dunia ini!"

Arini melihat tatapan Gilang berubah menjadi mengerikan. Pria itu terlihat kesal seakan ingin menelan Arini hidup-hidup.

"Tapi, kenapa Mas enggak mau janin ini lahir? Apa salah dia, Mas?"

"Kalau dia sampai lahir maka dia akan mencoreng nama baik keluarga Maheswara. Bisa hancur perusahaan ini Arini! Kamu paham enggak? Kalau perusahaan ini hancur kamu mau kerja di mana? Atau jangan-jangan kamu mau perusahaan ini hancur?"

"Mas Gilang lebih sayang sama perusahaan ini daripada anak kandung Mas sendiri? Kalau begitu biar aku urus anak ini sendiri tanpa bantuan Mas Gilang, dan aku enggak akan bilang pada siapa pun kalau ini anakmu, Mas!"

"Enggak ada yang bisa menjamin kamu enggak akan ngomong sama orang banyak Arini. Suatu hari kamu bisa saja secara enggak sengaja bilang kalau itu anakku."

"Aku bisa membuktikan kalau aku akan merahasiakan siapa ayah kandung dari bayi ini."

"Aku enggak percaya kamu akan diam."

"Terus aku harus ngapain supaya Mas percaya sama aku?"

"Ikut saya sekarang!" Gilang bangkit dari kursinya mengajak Arini ke suatu tempat. Keduanya menuju tempat itu dengan mobil yang dikendarai oleh Gilang.

Sepanjang perjalanan, Arini terus bertanya-tanya dia akan diajak ke mana. Perjalanan kali ini agak jauh, hampir menuju pinggiran kota. Mobil Gilang berhenti di sebuah bangunan tua yang terlihat sepi di depannya. Dengan perasaan ragu Arini turun dari mobil mengikuti langkah Gilang.

"Kita di mana, Mas?"

"Di klinik. Aku mau kamu gugurkan kandungan itu di tempat ini."

"Apa? Aku enggak mau, Mas. Aku mau balik ke kantor lagi."

"Iya, kita akan balik ke kantor setelah kamu gugurkan kandungan itu!"

"Aku enggak mau mengugurkan kandungan ini, Mas!" Arini menolak keras keinginan Gilang.

"Tapi kamu harus gugurkan kandungan itu, Rin. Kamu enggak boleh hamil!"

"Berapa kali pun Mas Gilang menyuruh aku untuk menggugurkan kandungan ini, aku enggak akan pernah mau. Apa perlu aku telepon polisi sekarang? Aku bakalan bilang ke polisi Mas Gilang nyuruh aku melakukan aborsi!" Gantian Arini yang mengancam Gilang.

"Berani kamu mengancam saya?" Pria itu mencengkram dagu Arini dengan keras karena sudah dibuat kesal dan marah dengan ancaman Arini.

"Aku enggak takut, Mas!" Arini menghubungi nomor kantor polisi di hadapan Gilang lalu dia angkat ponsel itu ke atas.

Gilang yang memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Arini dengan mudah merebut ponsel itu dan memutuskan panggilan telepon ke kantor polisi. Dengan perasaan kesal, Gilang tinggalkan Arini menuju mobil. Dia lajukan mobilnya tanpa memedulikan Arini. Tubuh Arini luruh di atas tanah. Dia menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Dia luapkan perasaan kesal dan marah dalam tangisnya.

***

Malam harinya Arini sedang duduk di kamar saat Wisnu baru saja pulang. Ia melepas jaket lalu menggantung di pintu. Wisnu mendekati Arini sambil terus memperhatikan wajahnya yang terlihat cemas.

"Sudah makan?" tanya Wisnu dengan suara lembut pada Arini.

"Sudah, Mas. Mas udah makan?"

"Tadi Mas makan di jalan. Kamu kenapa? Ada masalah?"

Arini belum mau menceritakan apa yang sudah terjadi padanya. Untuk menghindari pertanyaan Wisnu, Arini berbaring di ranjang.

"Aku mau tidur dulu, Mas. Seharian ini kerjaan di kantor banyak, jadi keras capek banget." Arini membalikkan badan memunggungi Wisnu lalu ia memejamkan mata mencoba untuk tidur.

Wisnu menyadari jika Arini menghindar. Ia merasa perempuan itu menyembunyikan sesuatu. Membuat Wisnu merasa harus mencari tahu apa yang terjadi pada istrinya itu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Safiiaa
satu kebohongan akan menciptakan kebohongan yang lainnya...
goodnovel comment avatar
b3kic0t
kenapa kamu nggak jujur aja sih Rin sama suami sendiri kan Wisnu jadi bisa ngelindungin kamu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 4. Hampir Keguguran

    Pada siang hari di kantor, Gilang memaksa Arini untuk ikut makan siang dengannya. Setelah kemarin rencananya untuk membuat Arini menggugurkan kandungan gagal, kini dia membuat rencana baru. Pria itu merasa sangat kesal dan ingin marah pada Arini kemarin. Kalo ini dia harus bisa memaksa Arini untuk tidak mempertahankan kehamilannya. Gilang mengemudikan mobil ke suatu tempat yang agak sepi di pinggiran kota. Dia belokkan mobilnya ke sebuah hotel kecil yang ada di sisi kiri jalan."Kok ke sini?" tanya Arini dengan perasaan bingung. Dia heran mengapa pria itu malah membawanya ke sebuah hotel kecil. Arini merasa takut Gilang akan melakukan sesuatu yang buruk padanya."Ikut saya turun!" ucap Gilang dengan memaksa.Arini pun mengikuti Gilang masuk ke hotel. Pria itu memesan sebuah kamar untuk mereka. Dia bawa Arini ke kamar itu dan memintanya menunggu sebentar. Gilang keluar dari kamar hotel untuk meminta bantuan dari karyawan hotel untuk membelikan makanan dan minuman untuknya dan Arini.

    Last Updated : 2023-12-13
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 5. Permintaan Arini

    Pagi hari Arini bersiap akan ke kantor. Dia membuka lemari untuk memilih pakaian. Wisnu melihat itu lalu menghampiri Arini."Kamu mau ke mana, Rin?""Ke kantor, Mas, aku mau kerja."Dahi pria itu berkerut saat tahu istrinya tetap akan ke kantor. "Dokter bilang kamu harus istirahat di rumah. Kandungan kamu lemah, belum boleh banyak gerak dulu."Pria itu ingin Arini lebih memikirkan diri sendiri dan kehamilannya daripada memikirkan pekerjaan. Kondisi kehamilan Arini masih rentan."Aku enggak bisa diem di rumah cuma tidur-tiduran gitu. Rasanya lebih capek."Wisnu menarik lengan Arini lalu mengajaknya duduk di tepi ranjang. Dia harus membuat Arini berubah pikiran agar fokus pada kehamilannya."Lebih baik kamu di rumah ya. Mas takut terjadi apa-apa sama kandungan kamu. Kamu enggak mau kan kehilangan calon bayi kamu?"Arini diam. Apa yang dikatakan Wisnu benar. Dia belum siap kalau harus kehilangan bayinya. Walaupun anak itu tidak diterima oleh ayahnya, dia tidak boleh egois hanya memikirka

    Last Updated : 2023-12-13
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 6. Melamar Pekerjaan

    Esok paginya, Arini baru keluar dari kamar mandi. Raut wajahnya terlihat panik setelah melihat bercak darah di pakaian dalamnya. Perempuan itu bergegas menuju kamar mencari suaminya. "Mas, pagi ini bisa anter ke dokter kandungan enggak?" Arini terlihat cemas dengan kandungannya. Wisnu terperanjat mendengar ucapan Arini. "Kenapa? Ada yang kerasa sakit?" Pria itu memang bahu Arini dengan perasaan khawatir. Arini menceritakan apa yang baru saja dia alami. Wisnu berpikir sesaat, tidak mungkin dia membawa Arini dengan motor pada kondisi kandungan istrinya yang lemah itu. "Kamu sabar dulu, ya. Mas mau telepon dokter kandungan. Nanti hasilnya Mas kasih tahu kamu." Arini menganggukkan kepala. Namun, dia juga merasa bingung, sejak kapan suaminya bisa dengan bebas menelepon dokter kandungan.Wisnu meraih ponsel di atas nakas. Dia cari nomor telepon dokter kandungan kemarin. Panggilan tersambung. "Halo, Dok. Istri saya pagi ini ngeflek. Harus dibawa ke sana untuk konsultasi apa saya bisa b

    Last Updated : 2023-12-23
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 7. Ragu-ragu

    Wisnu baru pulang ke rumah. Saat dia masuk kamar melihat Arini sedang berbaring dengan mata sembab. Pria itu merasa penasaran dengan apa yang menyebabkan Arini menangis. Dia menghampiri istrinya lalu duduk di tepi ranjang. "Habis nangis?" Arini bergeming. Tidak menatap Wisnu sama sekali. "Kenapa?" tanya Wisnu lagi. "Tadi katanya mau wawancara besok, kok malah nangis?" Arini bangun lalu duduk di sebelah Wisnu dengan wajah sendu. "Aku enggak jadi aja wawancaranya, Mas." Perempuan itu mengusap wajah dengan kasar. "Ada masalah?" Pria itu terlihat khawatir pada Arini. Arini bangkit. Dia menunjukkan perut yang mulai membuncit pada suaminya. "Tadi aku coba pake kemeja sama rok yang biasanya aku pake kerja dulu, tapi perut aku keliatan kayak orang hamil, Mas." Arini menghela napas. Wisnu paham dengan maksud Arini. Dengan penampilan seperti itu dia merasa pasti tidak akan lolos wawancara. Artinya dia tidak akan diterima kerja di perusahaan itu. "Emang keliatan banget?" "Enggak terla

    Last Updated : 2023-12-25
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 8. Takut Ditolak

    Arini melapor ke meja registrasi lalu mendapat nomor urut antrian wawancara. Dia duduk bergabung dengan pelamar lainnya. Perempuan itu mengamati pelamar yang ada di sana. Kebanyakan dari mereka sama dengan dia yang dulu saat baru lulus kuliah.Saat itu juga dia duduk bersama pelamar lainnya sama seperti sekarang. Namun, dulu dia begitu bersemangat. Beda dengan hari ini, dia terlihat tidak semangat dan tidak percaya diri.Perempuan itu memandangi dirinya sendiri yang tengah hamil empat bulan. Dengan perut yang mulai terlihat membuncit dan akan semakin besar seolah memaksakan diri untuk bekerja.Belum lagi saingan lainnya lebih muda dan masih belum menikah. Sebenarnya mungkin dari segi usia tidak jauh berbeda dengan Arini, tetapi kondisi Arini berbeda jauh dengan dirinya. Seandainya saja kejadian itu tidak menimpa dirinya, Arini pasti masih bekerja bersama dengan teman-temannya. Seketika dia merindukan sosok teman-teman kerjanya dulu."Berapa orang yang wawancara hari ini?" sayup Arini

    Last Updated : 2023-12-26
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 9. Mencari Informasi

    Arini tengah sibuk memilih sepatu. Dia tidak tahu jika kepergiannya tadi tanpa pamit ternyata membuat sebuah masalah kecil. Dia bahkan tidak mendengar jika sedari tadi ponselnya berdering berkali-kali.Baru setelah dia selesai membayar pesanan dan keluar dari toko sepatu, Arini mendengar suara ponselnya. Dia keluarkan ponselnya dari dalam tas. "Halo, Mas Wisnu, ada apa ya?" "Kamu di mana, Rin? Kok baru angkat telepon sih?" Terdengar nada khawatir dari suara pria yang ada di seberang panggilan telepon. "Lagi di luar, Mas. Ada apa?" "Kamu pergi enggak bilang Mama. Mama khawatir banget sama kamu. Ditelepon enggak diangkat, diSMS enggak dibales. Mama takut ada apa-apa sama kamu. Mas juga ditelepon disuruh nyariin kamu. Mas bingung harus nyariin kamu ke mana." Pria itu berkata panjang lebar karena terlalu cemas dengan Arini. Arini baru menyadari jika dia tadi memang pergi tanpa pamit pada Ratih. Dia tidak menyangka jika mamanya akan panik mencarinya. "Duh, maaf ya Mas. Aku tadi lupa

    Last Updated : 2023-12-27
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 10. Wawancara Kedua

    Arini duduk menunggu di kantor PT. Kalingga. Sebentar lagi namanya akan dipanggil masuk. Debaran jantungnya semakin cepat karena semakin dekat dengan waktu dia akan dipanggil masuk ke ruangan wawancara kedua. Pada wawancara kedua kali ini, hanya ada dua puluh orang yang lolos. Dari seleksi terakhir ini hanya lima orang saja yang akan diterima. Arini sudah pasrah, dia sadar kesempatan dia untuk diterima di perusahaan itu sangat kecil karena dia melihat peserta lain lebih kompeten dari pada dia. Arini akan memberikan jawaban terbaik untuk wawancara terakhir ini. Dia sudah tidak berharap pada hasilnya."Arini Puspasari, silakan masuk ruangan."Namanya sudah dipanggil masuk. Arini menarik napas panjang untuk menenangkan debaran jantungnya.Perempuan itu masuk ruangan sendiri. Duduk di kursi yang ada di sana. Dia menatap lurus ke depan. Apa pun pertanyaan yang diberikan akan dia jawab dengan baik.Satu persatu pertanyaan dilontarkan pada Arini. Dia bisa menjawab dengan tenang berkat usahan

    Last Updated : 2023-12-30
  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 11. Panggilan Mendadak

    Dalam ruang pemeriksaan, Arini tengah berbaring untuk diperiksa kandungannya. Dokter memeriksa dengan alat USG. Wisnu merasa takjub melihat perkembangan janin dalam perut Arini yang terlihat tumbuh dengan baik. Walaupun itu bukan anak kandungnya, dia tetap menyayangi janin dalam kandungan Arini seperti anaknya sendiri."Perkembangan janinnya bagus. Usia kandungan 17 minggu. Kalau dilihat ini jenis kelaminnya laki-laki."Mendengar penuturan dokter membuat Wisnu merasa sangat senang. Begitu juga dengan Arini. Pancaran kebahagiaan terlihat di wajah keduanya."Nanti ke sini satu bulan lagi, ya! Saya resepkan vitamin seperti biasanya."Dokter meletakkan foto hasil USG Arini di meja. Wisnu mengambilnya. Sesaat kemudian wajahnya terlihat sedih karena melihat janin yang tidak bersalah itu hampir saja berakhir oleh ayahnya sendiri. Dia hanya bisa berharap janin dalam kandungan Arini semakin sehat dan lahir dalam keadaan sempurna."Terima kasih ya, Dokter."Wisnu dan Arini pamit pada dokter lal

    Last Updated : 2023-12-31

Latest chapter

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 85. Seratus Juta

    Wisnu masuk kamar Rasyid. Di usia Rasyid yang menginjak remaja, Wisnu dan Arini masih tinggal di rumah Ratih. Mereka ingin menjaga sang mama dan merenovasi rumah itu untuk menambah kamar untuk kedua anak mereka. Pria itu duduk di tepi ranjang anaknya. Rasyid duduk di meja belajarnya sambil membaca buku pelajaran. "Besok ada ulangan enggak, Syid?" tanya Wisnu memperhatikan anak itu membaca buku. Dia ingin bicara empat mata dengan anak itu saat itu juga. "Enggak ada sih, Pa, ada apa?" tanya Rasyid yang sebenarnya sudah tahu tujuan Wisnu masuk ke kamarnya. "Duduk sini dulu, dong!" Wisnu menepuk ranjang di sebelahnya. Rasyid bangkit dan berpindah tempat duduk menuruti perintah Wisnu. Dia pun duduk di sebelah papanya. Malam itu Rasyid belum siap mendengar kabar buruk tentang dirinya. "Papa mau tanya sesuatu. Tadi siang kamu ketemu siapa? Siapa yang bilang kalau kamu bukan anak kandung Papa?" tanya Wisnu dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan anaknya. "Ada orang yang engga

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 85. Papa Kandung Rasyid

    Rasyid sudah berusia lima tahun dan Wisnu ingin memasukkan anak itu ke sekolah. Dia bertanya pada Arini rencana memasukkan Rasyid ke sekolah. "Rin, boleh enggak Mas masukin Rasyid ke sekolah TK yang bagus. Nanti dia sekolah dua tahun di sana, terus baru kita masukin ke SD, gimana menurutmu?" "Aku setuju aja. Nanti antar jemputnya gimana, Mas?" "Mas yang anter sekolah, pulangnya kamu naik ojek aja, nanti langganan sama salah satu ojek yang ada di pangkalan." "Ok. Terus kapan daftar sekolahnya, Mas?" "Minggu depan aja, nanti kita ke sekolah dulu buat daftar. Biar kamu tahu tempatnya di mana. Jadi, bisa jemput Rasyid pulang sekolah nanti." "Ok, Mas.""Kamu tuh dari tadi ok-ok aja, Rin," protes Wisnu pada Arini. "Ya kan memang jawaban yang tepatnya ok, Mas." Arini tertawa lebar. Keduanya setuju menyekolahkan Rasyid di usia lima tahun. Sementara putri kedua mereka sudah berumur dua tahun. Masih bermain di rumah bersama Arini. Tidak terasa anak-anak mereka cepat besar. Rasyid sudah

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 84. Anak Kedua

    Malam itu Wisnu sudah membuat reservasi di sebuah restoran mewah untuk makan malam bersama Ratih dan keluarganya. Ratih merasa sangat senang diajak jalan oleh Wisnu bersama Arini dan Rasyid. Seketika perempuan paruh baya itu merasa kebahagiaannya lengkap bersama anak dan cucu."Nu, Mama sudah bahagia bersama kalian. Semoga kehidupanmu dan Arini beserta anak kalian bahagia juga selalu."Wisnu tersenyum bahagia mendapat doa yang baik dari Ratih. Dia pun merasa kebahagiaannya lengkap bersama Airin dan Rasyid walaupun. Perjuangannya menunggu Arini tidak pernah sia-sia."Aamiin. Makasih doanya ya, Ma. Semoga kita semua selalu bahagia."Selesai makan malam, Wisnu tidak langsung mengajak pulang kembali ke hotel. Dia mengajak mertua, istri dan anaknya mengelilingi kota Bogor. Baru kemudian kembali ke hotel.Malam itu Ratih tiba-tiba ingin mengajak Rasyid tidur bersamanya."Nu, tolong bawa Rasyid ke kamar Mama. Mama lagi enggak pengen tidur sendiri. Biar kamu menikmati waktu bersama Arini mala

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 83. Jalan Bersama Ratih

    Saat Rasyid sudah berusia dua tahun, Wisnu mulai mengajak Arini untuk membicarakan soal anak kedua pada Arini. Namun, Arini masih enggan untuk hamil lagi apalagi menambah jumlah anak. Wisnu terus membujuknya untuk memikirkan soal anak kedua. "Ayolah. Rin. Rasyid kan sudah dua tahun. Kasian dia kalau sendirian terus. Jadi, enggak ada teman mainnya." Begitulah salah satu cara Wisnu membujuk Arini. Arini menghela napas. "Mas, aku masih ingat gimana rasanya melahirkan itu. Jadi, aku masih belum mau hamil dan melahirkan lagi dalam waktu dekat." Arini sedikit trauma dengan yang namanya melahirkan itu. Dia masih berusaha untuk menghindarinya. "Gitu, ya? Ya sudah deh nanti aja kalau gitu." Arini tahu suaminya kecewa dengan penolakannya, tetapi dia memang masih belum mau untuk hamil lagi. Kali ini dia masih berusaha menolak sebisanya sebelum, tetapi jika nanti ternyata Arini hamil, dia akan menerima itu bukan karena terpaksa. Sebisa mungkin dia akan menghindari perasaan itu. ***Wisnu su

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 82. Berdamai Dengan Baskara

    Wisnu sudah menyerahkan hasil pemeriksaan tes DNA pada Baskara. Pria itu menunggu jawaban dari sang papa saat setelah membaca hasil pemeriksaan itu.'Maaf katena sudah berbohong, Pa, tapi Rasyid juga butuh pengakuan. Jangan abaikan dia hanya karena dia bukan anak kandungku,' ucap Wisnu dalam hati sambil berdoa semoga hati Baskara mau melunak."Jadi, Rasyid benar anak kandungmu?" tanya Baskara untuk memastikan apa yang dia baca itu adalah benar adanya."Iya, Pa. Kan aku sudah bilang Rasyid itu anakku. Sekarang Papa percaya kan setelah melihat hasil tes DNA ini?""Sekarang Papa percaya jika Rasyid adalah cucu Papa. Maaf karena sudah mengabaikannya selama ini. Untuk urusan berita murahan itu kamu tidak usah khawatir lagi, Nu. Semua sudah selesai.""Iya, Pa."Baskara menepuk lengan Wisnu beberapa kali. "Kerja bagus. Kalau ada waktu main ke rumah bawa Arini dan Rasyid sekalian. Papa mau bertemu dengan mereka."Wisnu diliputi perasaan bahagia. Dia belum pernah sebahagia itu bisa mempertemuk

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 81. Tes DNA

    "Karena cuma kamu yang tahu arini hamil dan itu anak kamu, tapi selama ini kamu selalu mengelak dan tidak mengakui kalau itu anakmu, lantas kenapa sekarang kamu bilang anak Arini bukan anakku?" Wisnu tahu jika Gilang memang sengaja melakukan itu untuk mendapatkan sesuatu. Entah itu menghancurkan citra PT. Kalingga atau meminta uang. "Karena aku mau melihat kamu hancur!" Gilang tertawa di hadapan Wisnu. Jika Wisnu bisa hancur, Gilang akan merasa senang karena bisa membalaskan dendamnya pada pria itu. "Kamu tidak akan pernah bisa menghancurkanku!" Wisnu jelas tidak mau kalah dengan Gilang. Memang dia bersama Arini sudah membalaskan dendam Arini pada Gilang, sekarang setelah dia hancur dia pun tidak tinggal diam melihat Wisnu hidup bahagia bersama Arini. "Oh ya, mumpung kita sudah ketemu, aku akan mengakui. Memang aku yang menyebarkan berita itu dan aku juga bisa menyetop tersebarnya berita itu semakin luas lagi. Aku ada penawaran menarik buat kamu, gimana kalau kita barter aja?" Wis

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 80. Berita Miring

    Rasyid sudah berusia satu tahun, tetapi Baskara belum juga mau menerima kehadirannya sebagai cucu. Keras sekali hati pria paruh baya itu belum mau menerima kehadiran anak itu. Istrinya tidak pernah lelah untuk membujuk Baskara agar mau luluh hatinya. Namun, usahanya masih belum menemukan hasil. Pagi itu Wisnu sudah bersiap bekerja di kantor. Jadwalnya hari itu cukup pada. Namun, masih terlalu pagi untuk tersebar berita miring tentang pemimpin PT. Kalingga. Tersebar berita jika anak dari Wisnu adalah anak haram. Hasil hubungan gelap istrinya dengan pria lain. Berita ini tersebar di berbagai media online. Membuat Baskara mengamuk dan sejak pagi sudah menyambangi kantor PT. Kalingga untuk menanyakan langsung pada anaknya. Agar berita yang tersebar tidak semakin liar, Baskara sudah meminta untuk mentake down berita itu agar dihapus dari berbagai media online."Apa benar apa berita yang tersebar itu jika anakmu adalah hasil hubungan gelap Arini dengan pria lain?" tanya Baskara dengan nada

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 79. Memegang Perusahaan Kembali

    Usia Rasyid sudah masuk tiga bulan, tetapi sikap Baskara masih sama pada Wisnu dan Arini. Pria paruh baya itu masih belum ada keinginan untuk menerima Rasyid sebagai cucunya. Siang itu Wisnu mengajak Arini ke rumah orang tuanya. Mamanya ingin bertemu dengan sang cucu sehingga mengundang arini dan Wisnu ke rumahnya. "Duh, Mama kangen banget sama kalian." Perempuan paruh baya itu memeluk Arini dan Wisnu bergantian. "Sini biar Mama aja yang gendong Rasyid." Mamanya Wisnu itu mengambil sang cucu dari tangan anaknya. Mereka pun masuk rumah menuju ruang tengah lalu duduk di sofa. Rindu dan Wisnu masih merasa gerah karena masih betah mengendarai motor ke rumah sang mama. "Kenapa enggak naik mobil sih?" tanya mamanya Wisnu. "Kan kasian Rasyid kalau harus kepanasan kayak gini." Perempuan itu mengelus lembut kepala cucu Kesayangannya. "Mobil? Nanti diprotes papa lagi, Ma." Wisnu memang belum mau menggunakan apartemen dan mobil pribadinya selama Baskara belum mau mengembalikan perusahaan pad

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 78. Arini Melahirkan

    Ratih dan Wisnu sudah menyiapkan tas perlengkapan bersalin buat Arini. Hari ini perut perempuan itu sudah mulai terasa kontraksi. Arini minta Wisnu untuk menemaninya banyak jalan. Berjalan di sekitar rumah, jalan di mall. Arini ingin melahirkan secara normal lebih dulu. Namun, jika di tengah proses ada kendala baru dia akan memilih jalan operasi. Siang itu kontraksi yang dirasakan Arini sudah mulai sering. Hampir setiap menit sekali, tetapi ketubannya belum pecah. Wisnu berinisiatif membawa Arini ke rumah sakit dengan taksi. Perjalanan menuju rumah sakit dalam kondisi seperti itu terasa lama. Satu menit terasa satu jam. Wisnu tidak menemani Arini sendirian. Ratih sang ibu mertua sudah pasti menemaninya. Pria itu belum sempat menghubungi mamanya. Rencananya nanti begitu tiba di rumah sakit Arini masuk ruang tindakan, Wisnu akan menghubungi sang mama. Akhirnya taksi yang mereka tumpangi tiba di rumah sakit, Wisnu membantu Arini dibawa ke ruang UGD semetara Ratih membawakan tasnya. Di

DMCA.com Protection Status