Yuhuu, baru sempat nyapa hehe. Jangan lupa ikutin terus ceritanya ya dan jangan lupa komen juga biar aku tahu siapa aja yang baca cerita ini:) Siap buat komen, kan?
***"Berangkat ya, Ma, Pa.""Hati-hati di jalan.""Siap."Berpamitan selesai, Sagara lantas menutup kaca mobilnya secara perlahan sebelum kemudian melajukan kendaraan tersebut meninggalkan halaman.Tak ada kendala apa pun, rencana pergi ke Bandung siang ini memang terealisasi dengan sempurna dan tentunya tak ada yang berubah, Sagara juga Elliana akan menetap sampai hari jumat sebelum kemudian kembali ke Jakarta untuk memulai rutinitas seperti biasa."Jadi di mana kita ketemu teman kamunya?" tanya Sagara—memecah keheningan perjalanan setelah lebih dari sepuluh menit mobilnya melaju."Di kafe Cempaka, Kak," ucap Elliana. "Lima ratus meteran dari pintu tol. Mau pake maps?""Enggak usah, Kakak tahu tempatnya.""Oh ya udah berarti.""Hm."Tak menjawab lagi, setelahnya Sagara kembali diam dengan atensi yang fokus pada jalan. Tak kosong, pikirannya kini bisa dibilang penuh karena setelah Elliana mengajak bertemu seseorang, dia tentu saja penasaran dengan siapa mereka akan bertemu siang ini s
***[Lian, Kakak keluar dulu ya. Nanti kalau kamu ke mobil dan Kakak enggak ada, tunggu sebentar. Kakak enggak akan lama kok.]Berdiri di depan cermin panjang yang ada di kamar mandi kafe, Elliana sedikit mengerutkan kening setelah membaca pesan dari Sagara. Berpamitan pergi dari kafe, itulah isi pesan dari pria itu dan entah ke mana, Elliana sendiri tak tahu.Namun, demi meminimalisir keributan, dia memilih untuk membalas 'iya' pesan yang dikirimkan Sagara sebelum kemudian menyimpan lagi ponselnya ke dalam tas.Belum keluar dari kamar mandi, Elliana memang tengah melakukan touch up setelah beberapa waktu lalu muntah di depan closet. Tak sekadar mual, beberapa waktu lalu isi perutnya juga ikut keluar dan entah apa penyebabnya, dia sendiri tak tahu. Namun, yang jelas setelah muntah, mual di perutnya berkurang sehingga Elliana pun kini mulai terlihat baik-baik saja."Semoga enggak mual lagi deh nanti. Mana perjalanan juga masih jauh," ucap
***"Kak Gara."Sambil mengetuk kaca mobil yang kini tertutup rapat, Elliana lantas memanggil Sagara yang terlihat tidur di kursinya dan tanpa lama menunggu, Sagara bangun sebelum kemudian membuka kunci otomatis pada pintu mobil—membuat Elliana dengan segera bergegas ke sisi kiri.Tak sebentar, Elliana memang pergi sedikit lama karena setelah mencoba testpack, dia menyempatkan diri untuk sholat di salah satu mushola yang tersedia kemudian setelahnya, Elliana merenung selama beberapa menit sebelum akhirnya kembali."Aku lama ya barusan? Maaf, sekalian sholat soalnya," ucap Elliana ketika sekarang dia sudah kembali duduk di samping Sagara yang terlihat tengah mengumpulkan nyawa."Iya enggak apa-apa," kata Sagara. "Maaf juga Kakak ketiduran barusan. Ngantuk.""Enggak masalah.""Gimana hasilnya?" tanya Sagara to the point. "Positif apa negatif?""Nih," kata Elliana sambil memberikan alat tes kehamilan yang sejak beb
***"Lian."Elliana yang sejak tadi sibuk menyantap makanan, seketika berhenti kemudian mengangkat pandangan setelah panggilan tersebut dilontarkan Sagara. Tak di dalam kamar, saat ini dia dan sang suami tengah berada di balkon—duduk berdua untuk menikmati makan malam.Ditemani semilir angin malam kota Bandung, makan malam berlangsung sebagaimana mestinya dengan steak juga beberapa makanan lain yang menjadi menu."Ya, Kak. Kenapa?""Malam ini kamu mau pergi keluar enggak?" tanya Sagara."Enggak tahu, kenapa emangnya, Kak?" tanya Elliana. "Apa Kakak mau ngajak aku ke suatu tempat?""Enggak sih cuman ini Kakak diajak ketemu sama teman kuliah dulu," ucap Sagara. "Kakak kan bikin status whatsapp lagi di Bandung dan dia chat buat ngajak ketemu.""Di mana?""Braga."Deg.Detak jantung Elliana mendadak tak menentu ketika nama tempat tersebut disebut. Alasannya? Tentu saja karena mimpi bertemu Yudistira malam kemarin yang jujur saja belum bisa dilupakan hingga sekarang."Braga?" tanya Elliia
***"Kak Gara mana ya? Tadi katanya sebentar lagi sampe."Sambil menopang dagu menggunakan kedua telapak tangan, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Elliana setelah Sagara yang beberapa waktu lalu dihubunginya tak kunjung datang.Tak lagi di hotel, saat ini Elliana tengah berada di Wiki Koffie—kafe yang katanya akan dikunjungi Sagara, dan tak bersama siapa pun, Elliana duduk seorang diri karena Sagara yang katanya bertemu teman di kafe tersebut justru tak ada.Jenuh di hotel, Elliana memang memutuskan untuk berjalan-jalan dan dari semua tempat, yang dia kunjungi adalah Braga. Tak punya niat mengganggu Sagara, yang ingin dia lakukan hanyalah berjalan-jalan hingga ketika tiba di depan Wiki koffie, rasa penasaran datang sehingga meskipun ragu, Elliana memutuskan untuk mengintip dan dari semua pengunjung yang datang tak ada sosok sang suami di sana.Tak diam saja, Elliana tentu saja menghubungi Saagara dan jawaban pria itu ketika ditanya p
***"Aku takut, Kak."Setelah mendapat todongan pertanyaan dari Sagara tentang alasan dia tak mengatakan kehamilannya sejak tadi siang, Elliana lantas memberikan jawaban jujur pada sang suami yang kini memberikannya tatapan serius.Terlambat datang bulan kemudian merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya, tadi pagi—setelah Sagara pergi ke kantor, Elliana memang memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan dan ketakutannya terwujud, Elliana positif hamil setelah dua buah testpack yang dia pakai kompak menunjukan dua garis merah.Bukan anak Sagara, yang dikandung Elliana tentu saja anak Yudistira karena semenjak menikah, dia dan sang suami belum pernah melakukan hubungan badan sehingga sejak siang tadi yang dilakukan Elliana adalah diam dengan perasaan bingung.Sempat ingin memberitahu Sagara via telepon, Elliana memutuskan untuk menunda sampai malam ini hingga akhirnya setelah mengumpulkan keberanian, dia buka suara juga dan Sagara adalah o
***"Are you okay?"Memandang Elliana dengan raut wajah khawatir, Sagara lantas melontarkan pertanyaan tersebut pada sang istri yang barusaja keluar dari kamar mandi setelah sebelumnya mendadak mual bahkan ingin muntah.Positif hamil dengan usia kandungan yang belum diketahui, Elliana memang mulai dilanda morning sickness sehingga ketika tadi tengah memasangkan dasi untuk Sagara, mau tak mau dia meninggalkan tugasnya karena kondisi yang mendadak tak enak.Tak hanya perasaan mual, Elliana juga memuntahkan isi perutnya di kamar mandi sehingga sekarang ketika keluar, tubuhnya terasa begitu lemas."Lemes sih, Kak," ucap Elliana. "Tapi enggak apa-apa. Udah enakan kok karena isi perutnya udah keluar.""Ya udah kalau gitu duduk aja," kata Sagara. "Nanti Kakak minta bibi buat bikinin teh sama sarapan terus bawa ke sini.""Aku bisa kok ke bawah," kata Elliana. "Lagian kan pagi ini kita mau kasih tahu Mama sama Papa soal kehamilan
***"Lian, kamu lagi tidur enggak?"Tengah menikmati tayangan televisi sambil membaringkan tubuh di sofa kamar, Elliana seketika menoleh setelah pertanyaan tersebut tiba-tiba terdengar dari depan pintu. Tak hanya pertanyaan, sebelumnya suara ketukan lebih dulu didengar Elliana dan bukan orang asing, dia tentunya cukup tahu siapa yang kali ini mengunjungi kamarnya sehingga dengan segera Elliana pun beringsut.Berdiri kemudian melangkah menuju pintu, Elliana lantas membukanya dan benar dugaan dia, yang berdiri di depan kamarnya sekarang adalah sang mama, Anindira."Mama.""Kamu enggak siap-siap buat anterin Kak Gara makan siang?" tanya Anindira."Enggak, Ma. Tadi Kak Gara larang aku buat pergi-pergi dulu katanya kalau masih enggak enak badan. Jadi aku tiduran aja," kata Elliana. "Pusing juga bau aroma mesin mobil.""Oh ya udah kalau gitu, untuk sementara waktu enggak usah ke kantor," kata Anindira. "Ke depannya mungkin bis
***"Ma, gimana kondisi Lian sekarang? Baik-baik aja, kan, dia? Enggak ada hal serius terjadi, kan? Dan anak aku, gimana kondisi anak aku sekarang, Ma? Baik juga, kan?"Barusaja sampai di depan ruang operasi, deretan pertanyaan tersebut langsung dilontarkan Sagara pada Anindira juga Athlas yang kini berada di sana.Datang dari kantor dengan perasaan panik, itulah Sagara setelah beberapa waktu lalu kabar tak mengenakkan diterimanya dari Anindira. Elliana jatuh di kamar mandi.Itulah kabar buruk yang Sagara terima sehingga tanpa banyak basa-basi yang dia lakukan usai menerima kabar tersebut adalah bergegas menuju rumah sakit tempat sang istri dirawat.Tak tepat waktu, Sagara pergi setengah jam setelah pesan dari Anindira masuk karena memang ketika pesan tersebut dikirim, dirinya tengah menjalani meeting sehingga khawatir tingkat tinggi pun dirasakannya."Tenang, Gar, satu-satu dulu nanyanya," ucap Athlas. "Mama kamu pusing kalau kamu nanyanya banyak gitu.""Ah iya, Maaf," ucap Sagara. M
***"Hai, Mas suami."Tersenyum, itulah yang Sagara lakukan setelah sapaan tersebut dilontarkan Elliana. Baru kembali dari kantor setelah seharian penuh bekerja, dia merasa lelahnya seketika hilang setelah sang istri yang malam ini terlihat cantik dengan dressnya, menyambut di ambang pintu.Tak heran dengan penampilan cantik Elliana malam ini, Sagara tentu saja tahu alasan sang istri berdandan cantik sehingga tak bertanya tentang pakaian, dia memilih untuk membalas sapaan Elliana dengan ucapan yang tak kalah manis."Hai, istriku yang cantik.""Aku lega karena Kakak pulang tepat waktu," ucap Elliana—mengingat lagi bagaimana Sagara meminta izin pulang terlambat sore tadi. Padahal, malam ini ada acara makan bersama di rumah untuk merayakan bertambahnya usia sang putri, Rinjani. "Aku pikir bakalan telat dan makan malam kita kemalaman.""Enggaklah, aku kan tadi janji pulang maghrib dan kebetulan problem yang aku ceritain ke kamu tadi
***"Gimana sayang? Keluar enggak?"Duduk sambil memperhatikan Elliana yang kini menggendong sang putri, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Sagara dengan raut wajah penasarannya.Bukan tanpa alasan, Sagara bertanya demikian karena kini Elliana tengah memberikan ASInya untuk pertama kali dan yaps! Ringisan dari sang istri membuat dia mengerutkan kening."Ada dikit, Kak, bening," ucap Elliana. "Nanti pasti banyak," ucap Sagara. "Sakit enggak?""Enggak sih cuman agak gimanaa gitu," ucap Elliana. "Kaya ada geli-gelinya gitu.""Si cantiknya bangun?""Merem," kata Elliana sambil tersenyum. "Dia mungkin masih terlalu mager buat bangun.""Nanti malam mungkin bangun."Selesai operasi pukul sepuluh pagi, bayi mungil yang Elliana lahirkan memang baru dibawa ke kamar rawat Elliana enam jam setelahnya, dan tak langsung bangun, bayi cantik dengan berat badan 3,2kg tersebut terlelap dengan damai hingga s
***"Gimana, Kak, udah cantik belum? Aku enggak mau kelihatan pucat soalnya pas difoto nanti."Selesai memoles wajah, pertanyaan tersebut lantas Elliana lontarkan pada Sagara yang sejak tadi duduk di samping bed tempatnya berada. Tak di rumah seperti hari-hari sebelumnya, jumat ini Elliana sudah berada di rumah sakit karena memang setelah beberapa bulan berganti, usia kehamilan yang dia alami tiba juga di angka tiga puluh delapan minggu.Tak bisa melahirkan normal karena janin yang tetap di posisi sungsang, Elliana pada akhirnya pasrah pada tindakan cessar yang akan dilakukan dokter untuk kelahiran sang putri dan karena operasi akan dilakukan pukul sembilan pagi, sekarang—sekitar pukul tujuh, Elliana sibuk merias diri karena di kelahiran pertamanya, entah kenapa dia ingin tampil cantik dengan makeup di wajah.Tak hanya ditemani Sagara di ruang operasi nanti, Elliana sebelumnya meminta izin untuk mengajak satu orang lagi, dan bukan Anindi
***"Masih sedih?"Tak langsung melajukan mobil setelah sebelumnya masuk, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Sagara setelah kini di samping kirinya, Elliana terlihat terus menekuk wajah.Tak hanya memasang ekspresi tersebut, sejak beberapa waktu lalu Elliana juga tak banyak bicara dan seolah belum cukup, sejak masuk ke dalam mobil, Elliana memalingkan wajah ke arah luar—membuat Sagara tentu saja khawatir."Lumayan," ucap Elliana dengan atensi yang masih tertuju ke luar.Tak di rumah, saat ini dia juga Sagara tengah berada di parkiran rumah sakit setelah sebelumnya melakukan check up kandungan dan sama seperti bulan sebelumnya, kondisi janin di rahim Elliana baik. Namun, kendala yang muncul sejak dua bulan lalu masih sama dan hal tersebutlah yang membuat Elliana tak memasang raut wajah bahagia setelah melakukan check up.Bayi yang dia kandung mengalami posisi sungsang.Itulah kendala dalam kehamilan yang Elliana alami
***"Satu, dua, tiga, tusuk!"Dar!Tak memiliki jeda yang lama pasca seruan tersebut dilontarkan orang-orang di taman belakang rumah, balon hitam besar yang semula menggantung akhirnya meledak juga setelah sebuah jarum ditusukkan oleh Elliana juga Sagara di waktu yang sama.Tak sekadar berdiri bersebelahan di depan balon, Elliana juga Sagara tentunya berpegangan tangan bahkan jarum yang mereka pakai pun hanya satu—dipegang oleh keduanya dan yaps! Begitu balon pecah, compety berwarna merah muda berhamburan—membuat semua orang yang sore ini hadir seketika berseru, karena lewat warna compety yang keluar dari dalam balon, jenis kelamin bayi yang Elliana kandung akhirnya bisa diketahui."Bayi kita perempuan, Kak," ucap Elliana sambil memandang Sagara."Iya, sayang. Baby girl," kata Sagara. "Sini peluk dulu."Tersenyum dengan perasaan yang bahagia, setelahnya Elliana masuk ke dalam dekapan Sagara kemudian di tengah meriahnya a
***"Hai."Tersenyum dengan perasaan speechles, itulah yang Elliana rasakan ketika sapaan tersebut dilontarkan Sagara yang barusaja turun dari mobil. Berpenampilan berbeda dengan tadi pagi ketika hendak pergi ke kantor, sore ini pria itu pulang menggunakan kemeja biru muda dan tentu saja hal tersebut membuat Elliana heran."Kakak kok ganti baju?" tanya Elliana begitu Sagara mendekat. "Baju yang tadi mana?""Ada di mobil," kata Sagara. Sampai di teras tempat sang istri menunggu, setelahnya dia bertanya, "Udah siap?""Udah," kata Elliana. "Mau ke mana kita sore ini?"Beberapa jam berlalu, sore akhirnya tiba dan merealisasikan ajakan Sagara tadi siang, Elliana sudah rapi dengan dress merah muda juga sneaker putih yang diberikan sang suami, karena memang tak ada perubahan jadwal, Sagara ingin mengajaknya berjalan-jalan."Tempatnya masih dirahasiakan," ucap Sagara. "Oh ya, Mbak Marni mana? Bilang ke beliau ayo berangkat."
***"Siapa, Bi, barusan? Tetangga atau siapa?"Tengah bersantai di kursi tengah, pertanyaan tersebut lantas Elliana lontarkan setelah Mbak Marni yang semula ke depan untuk mengecek tamu, kini kembali sambil menenteng sebuah paper bag di tangan kanan.Entah apa isi dari paper bag tersebut, Elliana sendiri tak tahu karena dibanding apa yang dibawa sang art, dia rasanya lebih penasaran pada siapa yang datang ke rumahnya beberapa waktu lalu."Kurir, Non," kata Mbak Marni. "Katanya mau anterin paket buat Non Lian.""Paket?" tanya Elliana sambil mengerutkan kening. "Dari siapa?""Den Gara," ucap Mbak Marni. Mendekati Elliana yang masih berada di sofa, setelahnya yang dia lakukan adalah; menyimpan paper bag yang dibawanya di atas meja. "Tadi kurirnya bilang ini paket buat Non Lian dan pengirimnya Den Gara. Karena setelah dicek, isi paper bagnya kain, Saya terima aja deh.""Kak Gara kasih apa ya?" tanya Elliana. "Dia bilang lemb
***"Ngerjain Kak Gara dosa enggak sih? Mendadak kasihan juga nih aku tinggalin dia di pasar."Sambil terus mengemudikan mobil yang sejak tadi dia bawa, Elliana lantas bertanya demikian setelah perasaan tak enak juga kasihan pada Sagara tiba-tiba saja menghampiri.Sudah jauh meninggalkan pasar tempat Sagara mencari jengkol, Elliana sengaja meninggalkan suaminya tersebut setelah rasa ingin buang air kecil tiba-tiba saja menghampiri.Tak terlalu mendesak, sebenarnya Elliana masih bisa menunggu Sagara selama beberapa menit. Namun, entah kenapa keinginan untuk meninggalkan pria itu tiba-tiba saja menguat—membuat dia lantas mengemudikan mobil suaminya itu pergi meninggalkan pasar.Entah masuk ke dalam kategori ngidam atau tidak, tapi yang jelas ketika Sagara menghubunginya untuk bertanya, Elliana justru semakin ingin mengerjai sang suami sehingga meminta Sagara pulang menggunakan angkot pun dilontarkannya dan jujur, membayangkan Sagara menggun