“Zaviya! Zaviya tunggu!” Suara Svarga terlampau lantang sampai mengambil alih perhatian di lantai tersebut. Kebetulan pintu lift terbuka jadi Zaviya bisa langsung masuk dan Svarga sempat menyusul.“Zaviya, aku bisa jelaskan.” Svarga memelas.Ada dua orang pria dan wanita paruh baya di dalam sana yang sedang menatap mereka heran.Mungkin mereka berpikir kalau wajah Svarga yang babak belur dikarenakan berkelahi dengan Zaviya.Sungguh hebat Zaviya yang mungil itu bisa membuat Svarga yang tinggi besar babak belur.“Enggak usah, udah jelas kalau kamu egois … licik!” Zaviya tidak menahan-nahan.“Zaviya ….” Svarga meraih tangan Zaviya yang langsung dia hela kasar.“Aku mau pulang ke Surabaya … aku mau pulang ke rumah orang tuaku!” tegasnya kesal.“Zaviya … kita selesaikan dulu masalahnya, kita bicara dulu … dengarkan penjelasanku … orang tua enggak perlu tahu masalah rumah tangga kita.” Svarga membujuk.“Betul kata suaminya, Dek!” celetuk pria paruh baya yang langsung mendapat sikutan di l
Ayah Archio menunggu dengan cemas putrinya di depan pintu kedatangan Bandara Juanda, Surabaya.Hari sudah hampir tengah malam dan udara begitu dingin sehabis hujan.Beberapa jam lalu Svarga menghubunginya melalui sambungan telepon, menantunya itu tumben sekali banyak bicara selama hampir satu jam menceritakan masalah yang sedang menyambangi rumah tangganya dengan Zaviya.Ayah Archio tidak bisa menanggapi banyak karena belum mendengar versi Zaviya.Tapi apapun yang Svarga katakan tentu Zaviya lah yang akan dia bela.Svarga juga menyebutkan jadwal landing pesawat yang dinaiki Zaviya ke Surabaya beserta nomor pesawatnya.Sudah ayah Archio duga sebelumnya kalau cepat atau lambat Zaviya akan kembali pulang kepelukannya.Sebagai orang yang menjodohkan Zaviya dengan Svarga, tentu ayah Archio merasa sedih dan bersalah karena telah bertaruh dengan masa depan dan kebahagiaan putrinya.Ternyata orang tua juga manusia yang bisa salah dan khilaf.Karena keegoisannya yang tidak menyetujui hubungan
“Bunda sama ayah kok enggak pernah berantem sih? Bund beruntung ya dapetin suami yang sayang sama Bunda.” Zaviya bergumam, pandangan menatap kosong langit-langit kamar.“Kata siapa enggak pernah berantem? Berantem mah pasti pernah lah, sering malah … apalagi akhir- akhir ini setelah ayah udah tua yang sifatnya kadang kaya anak kecil … tapi separah apapun kami bertengkar—kami selalu ingat kalau kami saling mencintai jadi menghindari perasaan ingin puas … maksudnya puas membuat pasangan sakit hati.” Zaviya menoleh menatap bunda. “Mungkin itu definisi cinta sejati ya Bun … enggak kaya Zaviya sama Svarga yang menikah karena perjodohan … kalau Bunda sama ayah ‘kan bertemu terus saling mencintai lalu dipisahkan oleh keadaan dan dipertemukan kembali karena jodoh … memang kalau dijodohin Tuhan lebih afdol ya, bahagianya dunia akhirat.” “Berani bilang gitu di depan ayah?” Bunda nantangin.“Enggak, takut ayah sakit hati.” Zaviya menyengir.“Kami ‘kan udah denger tuh cerita versi Svarga, sekar
Zaviya menatap nanar monitor yang menampilkan kondisi di dalam rahimnya, ada makhluk hidup di sana yang masih berbentuk seperti kacang tanah dengan berat satu gram dan panjang satu koma enam senti meter.Dia tengah mengandung, anak dari Svarga.Tadi Zaviya terbangun di IGD dan kebetulan dokter Obgyn sedang praktik jadi Zaviya dialihkan ke poli Obgyn setelah mendapat pemeriksaan awal dan hasil tes darah keluar.Pandangannya dia alihkan pada ayah dan bunda yang setia menemaninya, mereka tampak bahagia tapi kenapa hati Zaviya justru merasa sedih?Bagaimana bisa dia bercerai dengan Svarga di saat bayi ini hadir di tengah-tengah mereka?Benak Zaviya berkecamuk dengan beban hidup permasalahan rumah tangganya sampai tidak mendengar apa yang disampaikan dokter.Awan mendung terus membayangi wajah Zaviya hingga mereka tiba di rumah—kepala seperti tidak pegal menunduk sembari memegang perut.Bunda menyikut lengan ayah kemudian mengendikan dagu pada Zaviya yang berjalan nyelonong sendiri dengan
“Svarga!” Gladys melambaikan tangan dari meja di mana dia duduk.Svarga melangkah gontai menuju ke sana, raut wajahnya tampak lesu tidak bersemangat.“Apa yang terjadi? Apa yang bisa aku bantu? Ceritakan kepadaku.” Gladys bertanya penuh perhatian, sedang berperan sebagai malaikat.Svarga mengembuskan napas panjang setelah bokongnya mendarat di kursi tepat di depan Gladys.“Aku dan Zaviya bertengkar … dia pulang ke rumah orang tuanya,” adu Svarga dengan tampang sendu.Gladys mendengkus. “Sudah aku duga, dia tidak pantas menjadi istrimu … dia anak kecil manja … Zaviya belum siap berumah tangga.”Gladys kelepasan, tidak bisa menahan dirinya.Svarga mendongak menatap Gladys, kerutan di antara alisnya muncul pertanda pria itu tidak suka dengan ucapan Gladys.“Lalu perempuan seperti apa yang pantas untukku menurutmu? Kamu?” Svarga bertanya menyindir.Dari semua orang yang mengetahui permasalahan rumah tangganya dengan Zaviya, hanya Gladys yang menyalahkan Zaviya.Gladys memutus tatapan samb
“Sedangkan tadi, saat aku mencurahkan isi hati dan keluh kesahku tentang Zaviya kepadamu … kamu malah mengompori secara tidak langsung mempengaruhi agar aku menceraikan Zaviya dengan memberikan deretan pendapat negatif tentang Zaviya … aku tidak bisa, Gladys … aku tidak bisa berada di sekitar orang-orang seperti itu agar keputusanku ke depannya tidak salah karena ini menyangkut hidup dan masa depanku.” Gladys tergelak menutupi emosi yang bergejolak di dadanya karena wajah perempuan itu telah memerah. “Memangnya aku orang seperti apa, Svarga? Aku ini sahabatmu … hanya aku sahabat yang mengerti kamu.” Gladys mengingatkan.“Justru itu, semestinya kamu mendukung hubunganku dengan Zaviya … bukannya menginginkanku bercerai dengan Zaviya ….” Svarga sengaja berhenti bicara hanya untuk menatap Gladys sesaat dengan cara paling dingin sampai Gladys merasa pria itu membencinya.“A … aku ….” Gladys tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, dia membuang pandangan ke arah lain.“Maaf Gladys … dengan b
Sudah tengah malam saat Svarga tiba di Surabaya, mobil yang menjemputnya dari Bandara memelankan laju hingga akhirnya berhenti tepat di depan sebuah gerbang besar dan tinggi.Svarga ragu untuk masuk ke rumah mertuanya menemui Zaviya sekarang tapi dia ingin tahu bagaimana keadaan Zaviya.Ayah mertuanya tidak pernah memberitahu kondisi Zaviya, sepertinya kecewa setelah obrolan panjang mereka terakhir kali.Sedangkan Svarga segan kalau harus mengganggu sang ibu mertua meski baik padanya.Dan Zaviya masih tidak mau membalas pesan atau mengangkat panggilan telepon.Ingatkan Svarga untuk tidak membuat masalah lagi karena ternyata membujuk Zaviya lebih sulit dari membujuk klien besar untuk menjalin kerjasama bisnis dengan AG Group.“Pak, cob putari rumah ini,” pinta Svarga kepada driver.Driver mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan pelan setelah merespon menggunakan anggukan kepala.Rumah ayah dan bundanya Zaviya berada di hook jadi dari jalan di samping rumah—Svarga bisa mel
“Zaviya … ngapain di luar?” Suara bunda terdengar bersamaan dengan pintu dibuka dari dalam.Zaviya refleks menoleh ke belakang dan Svarga bangkit dari berlututnya.“Bunda.” Svarga dan Zaviya kompak bergumam.“Loooh, kalian ngapain di luar? Ini tengah malam… ayo masuk, mana Zaviya lagi hamil muda… enggak baik wanita hamil ada di luar malem-malem.” Bunda nyerocos sembari menarik tangan Svarga dan Zaviya sampai masuk ke dalam rumah, beliau lantas menutup pintu.“Bun—““Itu—“Bunda mengangkat tangan menghentikan kalimat Zaviya dan Svarga.“Sekarang kalian naik ke atas, Svarga ajak Zaviya tidur… tadi pagi Zaviya pingsan lagi karena kekurangan darah, ternyata begadang terus… ya pantes aja, ibu hamil enggak boleh begadang.” Bunda menasihati Zaviya.“Ayo-ayo naik ….” Bunda mendorong tubuh Svarga dan Zaviya yang tidak diberi kesempatan bicara.Svarga menoleh pada Zaviya yang kemudian mendelik kesal lalu melangkah lebih dulu melewatinya.“Kamu harus sabar,” kata bunda sembari menepuk
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be