Cup. Cup. Cup.Venus menghujani wajah Archio yang tengah terlelap dengan kecupan.“Sayaaaang.” Archio mengerang protes karena kantuk masih menyiksanya.Dia baru tidur beberapa jam saja setelah lembur tadi malam.Proyek besar ini sungguh menyita banyak waktu dan pikirannya.“Mas Sayang … bangun.” Venus berbisik di telinga Archio lantas memberikan kecupan lagi di pipi Archio.Archio merentangkan tangan, menarik pundak Venus sembari bergeser sedikit agar sang istri naik ke atas ranjang dan berbaring bersamanya. “Mas … bangun, udah siang.” Venus mendongak.“Sebentar lagi sayang.” Archio mengeratkan pelukan.“Mas ….” “Hem?” Archio hanya mendengung masih tenggelam dalam kantuk.“Boleh aku minta tolong?” Mendengar itu, Archio langsung membuka mata dan menjauhkan tubuhnya dari Venus memberi jarak agar bisa menatap wajah cantik sang istri yang belum mandi.“Mau apa, sayang?” Archio berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya.“Supir ibu sakit, jadi enggak bisa anter mbak Wulan ke rumah sak
“Bu Venus … pak Archi udah pulang.” Ucapan perawatnya Wulan yang baru saja masuk itu membuat Venus dan Wulan menghentikan obrolan seru mereka.“Oh … oke, makasih ya, Mbak.” Perawatnya Wulan mengangguk kemudian meletakan gelas di nakas karena sudah waktunya Wulan minum obat.“Mbak Wulan, aku tinggal ya … aku nemenin mas Archi makan malam dulu.” Wulan mengangguk pelan dan Venus juga mendapatkan sorot mata sayu beserta senyum tipis dari Wulan.Susah payah Venus turun dari atas ranjang Wulan karena perutnya yang sudah besar.Selepas maghrib, Venus selalu menemani Wulan di kamarnya sampai Archio pulang.Mereka akan duduk bersandar pada headboard di atas ranjang menceritakan banyak hal meski yang kebanyakan bercerita adalah Venus karena untuk bernapas saja Wulan terkadang harus menggunakan bantuan selang oksigen.Kondisi Wulan memburuk dari hari ke hari membuat cemas semua orang.Venus bertugas untuk memberikan semangat dengan membuat rencana yang akan mereka lakukan setelah Wulan sembuh.
Venus mencoba menahan kesedihannya agar sang janin yang berada di dalam perutnya tidak terpengaruh mengingat beberapa bulan lalu dia barus saja mengalami pendarahan hebat hingga harus dioperasi.Tapi hati sulit sekali dikendalikan, meski Venus mencoba mengabaikan namun dia kadung menyayangi Wulan.Beberapa bulan terakhir Venus ikut membantu mengurus Wulan.Mulai dari menyuapinya, menemaninya tidur, pernah memandikannya juga dan menemani Wulan saat kemotheraphy.Mereka banyak menghabiskan waktu bersama melupakan masa lalu pahit yang pernah membuat hubungan mereka buruk.Sekarang di saat Wulan terbujur kaku di tengah rumah dikelilingi orang-orang yang melantunkan ayat suci Al-Quran, Venus hanya bisa duduk di sisi ranjang di kamarnya sembari berderai air mata.Semua sibuk menyiapkan pemakaman Wulan termasuk Archio.Venus bersyukur karena Archio mau terlibat, suaminya juga tampak terpukul atas kepergian Wulan dan Venus sangat memaklumi.Sore itu juga Wulan dimakamkan, semua sudah bersiap
Yang namanya sebuah acara dilakukan di kampung tidak akan pernah bisa biasa saja, apalagi abah adalah orang terpandang di kampungnya.Syukuran tujuh bulanan saja sampai harus membuat panggung dan mengundang satu kecamatan.Kalau Venus sih tidak aneh, dulu kakek dan neneknya pun seperti itu dan tradisi tersebut dilanjutkan oleh abah dan ambu.Menurut beliau sekalian berbagi rezeki apalagi momen ini adalah momen kebahagiaan abah dan ambu yang akan memiliki cucu laki-laki.Dan hal tersebut membuat Archio berulang kali berdecak lidah karena kagum.Acara tujuh bulanan calon anaknya sudah seperti acara pernikahan karena banyaknya bunga hidup menghiasi rumah di bagian dalam hingga luar dan ada pelaminan yang entah siapa nanti yang akan duduk di sana karena ini adalah syukuran si jabang bayi sedangkan si jabang bayi masih di dalam perut bundanya.“Maaaas ….” Venus memanggil suaminya dari pintu.Archio yang sedang membantu karyawan abah dan vendor untuk memasang tenda langsung menoleh.“Kenapa
Dua minggu setelah tujuh bulanan, akhirnya Archio tidak perlu bolak balik Bandung – Jakarta lagi. Venus dan Archio sudah bisa menempati rumah baru mereka yang selesai di renovasi di perumahan menengah atas di kota Jakarta.Kembalinya Venus setelah berbulan-bulan meninggalkan Jakarta—diantar oleh abah dan ambu.Abah dan ambu takjub dengan rumah yang dibuat menantunya untuk Venus.Rumah itu sudah lengkap dengan furniture, tugas Venus tinggal memilih hiasan saja. “Kamar Abah … sama Ambu di sini,” kata Archio menunjukkan sebuah kamar di lantai satu.Mengingat abah dan ambu sudah sepuh jadi Archio menyiapkan kamar di lantai bawah.Supir yang membawa koper abah dan ambu langsung memasukan barang-barang tersebut ke dalam kamar.Sedangkan Venus masih menghayati rasa takjubnya karena semakin Venus melangkah ke dalam, rumah itu semakin terlihat keindahannya dan sangat sesuai dengan keinginannya.Sekarang Venus sedang terkesima menatap taman di bagian belakang yang terdapat kolam renang.“Kamu
Kakek dan neneknya Reyshaka Khalis Byantara berkumpul keesokan harinya di rumah sakit.Mata ambu basah terus oleh air mata menyesali ketidakhadirannya saat sang putri melahirkan. Ambu bersedih membayangkan Venus hanya ditemani Archio saja saat momen kelahiran Khalis.“Udah Ambuuu … Venus enggak apa-apa kok.” Venus memeluk Ambu yang terus terisak.Sedangkan abah sedang anteng memandangi Khalis yang tertidur di box bayi akrilik setelah kenyang menyusu.Ibu tersenyum tipis mengusap-ngusap lengan Venus.“Venus anak hebat kok … anak kuat ya, Nduk.” Ibu memuji.Beliau sudah kenyang menggendong Khalis semenjak datang tadi.“Khalis ganteng ya, kaya Abah …,” celetuk abah masih memandangi Khalis, beliau tidak peduli dengan drama melankolis istrinya.Archio tertawa sumbang. “Ganteng kaya saya lah, Bah.” Yang hanya bisa Archio utarakan di dalam hati.Sedangkan ambu dan ibu juga Venus memberikan respon sebuah senyum dengan arti berbeda-beda.Sayangnya Natalia tidak bisa ikut, kakak angkat Archio
Lima belas tahun kemudian.Khalis yang sekarang sudah berusia tiga puluh tahun, menjadi pemimpin perusahaan sang ayah yang telah berkembang pesat di Jakarta.Dia tinggal di rumah kedua orangtuanya yaitu rumah masa kecilnya hanya sendirian saja.Ayah dan bunda telah tujuh tahun menetap di Surabaya menemani Eyang yang sudah sepuh dan sakit-sakitan.Si bungsu Zaviya ikut bersama ayah dan bunda membantu Natalia mengurus restoran Eyang.Sedangkan Amara lebih menyukai daerah sejuk, dia memilih tinggal bersama abah ambu membantu abah mengurus perkebunan teh dan POM Bensin milik beliau yang sekarang tersebar di setiap sudut kota Bandung. Pekerjaan Khalis banyak menyita waktu sampai diusianya ini belum juga bisa klik dan mendapat gadis yang dia cintai.Khalis memiliki bunda yang cantik dan penuh perhatian juga kedua adik perempuan yang manja dan menyayanginya sehingga hatinya penuh dengan kasih sayang ketiga perempuan itu.Belum lagi nini dan eyang yang juga menyayanginya, setiap hari mengiri
“Rumah kamu di mana?” Khalis bertanya ketika mobilnya baru saja keluar dari pelataran parkir apartemen Surya.Namira menyebutkan alamat rumahnya saat tangan Khalis terulur menekan layar gps yang tergantung pada dashboard.“Kenapa kamu diem aja dilecehkan dan dianiaya mereka?” Bukan maksud menyalahkan tapi Khalis gemas karena Namira tidak melakukan perlawanan sengit malah tadi ketika Rivan mencekiknya—Namira tidak berteriak atau meronta.“Saya takut dipecat, Pak … saya enggak akan buat laporan apapun atas perlakuan pak Doni, pak Rivan dan pak Surya sama saya tapi tolong jangan pecat saya, Pak … saya butuh uang untuk hidup sehari-hari bersama ayah juga untuk berobat ayah ….”Khalis menoleh sekilas, menatap iba pada perempuan di sampingnya.Hatinya berdenyut ngilu mendengar permohonan setengah putus asa dari Namira.“Terus kalau kamu mati tadi, siapa yang akan ngurus ayah kamu?”Namira menundukan kepalanya, dia malah menangis.Andaikan Khalis tahu kalau Namira takut kepada tiga pria bertu
“Svarga mana? Kok enggak keliatan?” Tante Zara yang baru saja datang bersama Om Arkana bertanya.“Itu Tante … lagi di kamar sama Sazhy.” Zaviya menjawab dengan senyum kecut, di dalam hati merasa kesal kepada suaminya yang malah bersembunyi disaat acara syukuran kelahiran putri ke tiga mereka akan dimulai.“Oooh … sekali lagi selamat ya, Sayang.” Tante Zara memeluk dan mencium pipi Zaviya kemudian bergantian dengan Om Arkana.“Ghaza katanya dateng telat, dia anter anaknya ke dokter gigi dulu.” Om Arkana memberitahu.“Iya ….” Zaviya menanggapi disertai senyum ironi dan tatapan penuh arti pasalnya om jailnya Svarga itu selalu menggoda Zaviya dengan konflik di masa lalu di mana Ghazanvar pernah meminta ijin kepada Svarga untuk menikahinya.Memang di luar nalar, tapi tidak ada yang masuk akal bila berhubungan dengan keluarga dari suaminya itu termasuk kekayaan yang mereka miliki.Tante Zara dan om Arkana pergi ke area belakang rumah di mana taman yang luas disulap menjadi sebuah venue deng
Dengan alasan agar restoran Zaviya tetap buka untuk pelanggan setia di hari Sabtu ini maka Ballroom sebuah hotel mewah dipilih menjadi venue Baby shower Reygan.Banyak tamu dari kalangan kaum jet set hadir dalam pesta tersebut termasuk keluarga besar Gunadhya-keluarga dari pihak mamanya Svarga dan tentunya keluarga besar Byantara-keluarga dari ayahnya Zaviya.Keluarga besar bunda yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan Bandung menyempatkan untuk datang.Selain yang disebutkan tadi, Baby shower Reygan juga kedatangan tamu istimewa dari Jerman yaitu aunty Kalila dan uncle King yang jarang sekali datang ke Indonesia.Aunty Kalila adalah kakak keduanya mama Kejora yang menikah dengan cucu dari orang terkaya nomor empat di dunia.Luar biasa, bukan?Sang billioner terpikat salah satu gadis dari klan Gunadhya.Zaviya pernah bertemu mereka saat pesta pernikahannya di Jerman.Usut punya usut, kedatangan aunty Kalila dan uncle King ke Indonesia bukan hanya menghadiri Baby shower Reygan tapi j
Biasanya bila ada pesta, seorang ibu atau seorang istri lah yang paling report dalam mempersiapkannya.Semuanya harus sempurna, semuanya harus sesuai keinginan, semuanya harus yang terbaik.Tapi bukan Zaviya namanya kalau mau direpotkan dengan hal semacam itu.Merasa memiliki suami Konglomerat maka Zaviya menggunakan uang suaminya untuk mendapatkan semaksimal mungkin apa yang dia mau dengan seminimal mungkin keterlibatannya dalam mewujudkan keinginan tersebut.Buktinya, hanya untuk membuat Baby shower Reygan saja—Zaviya mempercayakannya kepada Event Organizer ternama, terkenal dan termahal di Negaranya tercinta ini.Awalnya meeting untuk membentuk konsep pesta itu dilakukan di rumah Zaviya di mana Zaviya mengungkapkan semua keinginannya yang dirangkum oleh tim Event Organizer kemudian dibuatkan list-list apa-apa saja yang akan ada di pesta nanti.Dan setelah meeting tersebut Zaviya hanya mendapat kiriman pesan singkat mengenai pilihan seperti undangan, warna tema dekor, jenis souvenir
Alih-alih kecewa kepada kedua orang tua dan mertuanya yang lupa memberitahu Svarga mengenai persalinannya, Zaviya malah tertawa sewaktu mereka berempat menceritakan.Memiliki suami seperti Svarga yang terkadang tidak bisa diandalkan membuat Zaviya mandiri dan tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti dulu bahkan hal besar seperti ini pun Zaviya santai menghadapinya.Siapa suruh Svarga pulang larut dari kantor sehingga tidak bisa mengikuti momen kelahiran putranya.Hari telah berganti sewaktu Svarga datang ke rumah sakit.Justru pria itu yang tampak kesal karena kedua orang tua dan kedua mertuanya tidak ada yang ingat satupun padanya.Baik kedua orang tua Svarga maupun kedua orang tua Zaviya yang diwakili bunda Venus sudah meminta maaf kepada Svarga namun tetap saja Svarga masih dongkol.Svarga tidak habis pikir, momen besar seperti ini sampai tidak ada yang mengingatnya.Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua dan kedua mertuanya, Svarga mendekat ke ranjang Zaviya.“Hey …
Kehamilan Zaviya yang semakin membesar membuatnya kesulitan bergerak.Untuk bangun dari tempat tidur saja, Zaviya harus menggulingkan badannya.Cara jalannya semakin mengangkang dan lambat.Moodnya juga naik turun tidak menentu sampai sering Zaviya meminta Svarga tidak perlu pulang ke rumah karena selalu membuatnya emosi.Svarga diam saja bisa menimbulkan kekesalan di hati Zaviya apalagi kalau pria itu bergerak atau bersuara.Malangnya Zaviya, bila dia melakukan silent treatment tanpa sebab kepada Svarga maka pria itu akan membalasnya dengan hal yang sama sampai Zaviya menyapanya duluan.Padahal terkadang Zaviya juga ingin dibujuk oleh Svarga atau dipeluk saja tanpa bicara apapun, tapi perlu digaris bawahi kalau keinginan Zaviya itu ‘kadang-kadang’ sedangkan Svarga bukan cenayang yang bisa mengetahui kapan Zaviya menginginkan dibujuk dan kapan istrinya itu tidak ingin dibujuk. Serba salah memang menjadi Svarga tapi mau bagaimana lagi, dia kadung cinta kepada perempuan ajaib bernama R
Di antara kecemasan yang mendera serta khawatir yang sangat besar, Svarga masih saja segan menghubungi kedua mertuanya untuk menanyakan keberadaan Zaviya.Tidak lucu kalau dia bertanya keberadaan Zaviya kepada kedua mertuanya di Surabaya sementara Zaviya tinggal bersamanya di Jakarta.Tidak patah arang, Svarga pun turun ke loby bertanya kepada sekuriti apakah melihat Zaviya keluar dari gedung dan dua sekuriti bersaksi melihat Zaviya menaiki taksi.Dari sana Svarga tahu kalau Zaviya memang sengaja pergi tanpa meminta ijinnya.Tapi karena sekuriti mengatakan kalau Zaviya tidak membawa tas atau koper jadi mungkin Zaviya pergi sebentar.Benak Svarga berpikir kalau Zaviya mungkin pergi ke restoran, bisa jadi ada kabar mendesak dari restoran yang mewajibkan kehadiran Zaviya dan Zaviya buru-buru pergi sehingga tidak membangunkannya atau mungkin juga tidak tega membangunkannya yang tengah pulas terlelap.Positif sekali pikiran Svarga.Svarga kembali ke unit apartemennya, mengganti pakaian kem
Sebelum pulang ke Indonesia, Svarga dan Zaviya diberikan materi pendidikan tentang rumah tangga selama enam SKS.Berjam-jam mereka duduk di sofa untuk mendengar wejangan mama Kejora dan papa Arjuna.Sepertinya mama dan papa trauma setelah masalah besar yang terjadi dalam rumah tangga Zaviya dengan Svarga yang nyaris membuat mereka berpisah.Layaknya anak baik dan penurut, Svarga manut sekali tanpa membantah tidak seperti Zaviya yang terkadang ngeyel dan tidak segan mengajak mama dan papa berdebat.Sehebat itu memang Zaviya, dia akan langsung mengungkapkan ketidaksetujuannya sampai papa dan mama harus memberi pengertian yang masuk akal baginya.Mama dan papa yang berjiwa bebas tidak mempermasalahkan sikap Zaviya tersebut dan malah menganggapnya sebagai hal biasa.Namun pada kenyataannya, setelah Zaviya dan Svarga sampai di Jakarta kemudian menjalani aktifitas seperti biasa—Svarga lupa dengan wejangan dan semua nasihat papa mama, tidak seperti Zaviya yang menjadi lebih baik.Buktinya Za
Keesokan harinya sengaja Zaviya bangun siang, dia sedang merajuk karena Svarga berdusta.Tidak ada ‘hanya sekali” dalam kamus bercinta Svarga, kalimat itu hanya bujukan penuh dusta agar Zaviya bersedia membuka pahanya lebar-lebar.Tapi Svarga juga tidak membangunkan Zaviya, dia biarkan istrinya cukup tidur karena mereka akan naik pesawat sore. Tahu istrinya tengah merajuk, Svarga juga tidak banyak bicara tapi tetap membuatkan Zaviya susu ibu hamil dan mengingatkan untuk minum vitamin dengan langsung memberikan vitamin tersebut beserta air mineral.Tidak ada drama saat mereka naik pesawat hingga tiba di Jerman.Seorang driver menjemput mereka di Bandara dan keduanya masih belum bicara.Zaviya dan Svarga disambut hangat oleh mama Kejora dan papa Arjuna ketika sampai di rumah.“Mama udah masak makan malam, kita langsung makan malam aja ya.” Mama merangkul Zaviya, membawanya ke ruang makan setelah berpelukan dengan putranya.“Makasih ya, Ma … kamu jadi ngerepotin Mama,” kata Zaviya basa-
Zaviya tampak tidak bersemangat saat mengitari pusat perbelanjaan, tubuhnya terasa lelah usai digempur Svarga semalaman sedangkan pria itu malah terlihat segar dan bugar.Jadi Zaviya bergelayut manja terus di lengan berotot Svarga.Mungkin jika ada troli untuk orang dewasa, dia akan meminta Svarga membelikannya karena sungguh—rasanya Zaviya ingin berbaring saja di atas ranjang di kamar hotel mereka.Outlet-outlet dari berbagai macam merek branded dunia tidak mampu membuat hasrat berbelanja Zaviya muncul.“Kamu sakit?” Svarga menghentikan langkah, mengecek suhu tubuh Zaviya dengan cara menempelkan punggung tangan di kening sempit istrinya.“Pulang aja, yuk!” ajak Zaviya mengerucutkan bibir.“Kamu enggak mau belanja lagi?” Svarga dengan senang hati menawarkan.Zaviya menggelengkan kepalanya dan karena melihat wajah sang istri yang pucat jadi Svarga memutuskan kembali ke hotel meski baru tiga paperbag dari tiga merek ternama yang memenuhi tangannya saat ini.Paperbag itu berisi barang be