Next part nanti jam 7 malam ya kak, semoga berkenan menunggu. Dan, jangan lupa tinggalkan jejak. See you
"Tidak!" tegas Bram sambil berbalik badan dan melangkah pergi."Aneh, kenapa sepertinya dia tidak suka saat aku menyebut nama mbak Tiara. Apa hubungan mereka tidak baik-baik saja? dan sebenarnya, kemana tuan Bram menyembunyikan mbak Tiara sekarang," ucap Sari, "Apa aku tanya mas Thomas saja ya …"Sementara itu, Bram menggendong Nana memasuki rumah melewati pintu samping. "Mau tidur sekarang?" tanya Bram saat hendak menaiki tangga."Iya pa, Nana sudah mengantuk," gumam bocah itu yang menyandarkan kepala di bahu Bram."Baiklah, kita tidur sekarang."Bram segera menaiki tangga menuju kamarnya, dan sesampainya di kamar. Ia membaringkan Nana dengan pelan di ranjangnya."Mau minum susu?""Nggak, tadi sudah minum," jawab Nana yang terlihat sudah sangat mengantuk."Sebentar, papa lepas sepatu dulu," ucap Bram yang di angguki Nana.Begitu kedua sepatu sudah terlepas dari kakinya, Bram ikut naik keranjang untuk menidurkan Nana. Bram begitu telaten memberi tepukan pelan di bokong Nana, hingga
"Enght .." Suara lenguhan terdengar, disusul pergerakan perlahan mata yang terbuka. Tiara mengerjap, masih berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kornea matanya. Namun, tak lama terdengar desisan pelan saat rasa nyeri kembali menghantam kepala.Ditengah rasa sakit yang kembali dirasakan, Tiara melebarkan mata untuk melihat sekitar."Dimana ini," gumamnya saat sadar ia berada di ruangan yang asing."Ssst.. aku harus segera pergi dari sini." Tiara berusaha bangkit sambil memegangi kepalanya."Nyonya!"Sontak, Tiara menoleh ke arah pintu saat mendengar suara yang cukup familiar di telinganya."Ibu Dadah!" ucap Tiara pelan saat rasa terkejut bercampur heran membaur menjadi satu.'Bagaimana bisa aku bersama ibu ini, dan mungkinkah ini rumahnya?' tanya Tiara dalam hati sambil kembali memperhatikan sekitar."Syukurlah, anda sudah sadar, nyonya. Tadi tidak sengaja, suami saya menemukan nyonya tergeletak di belakang kampung. Apa anda membutuhkan sesuatu? biar saya siapkan," ungkap ibu Dadah.
"Saya bersyukur karena tuan Bram mempercayai saya dan suami yang mengawasi anda, nyonya. Bukan mereka," jelas ibu Dadah yang membuat Tiara semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka."Sebenarnya apa yang ibu bicarakan, mereka, mereka siapa? dan untuk apa Bram ngutus ibu serta suami ibu untuk mengawasi aku, apakah aku ini tawanan?" tanya Tiara beruntun dan tidak sabaran."Saya tidak tahu pasti nyonya, hanya saja para pria yang sering berkeliaran di sekitar rumah tuan Bram itu, tak lain pengawal yang memang di tugaskan menjaga rumah. Dan saya juga yakin, apa yang terjadi pada anda kemarin, merupakan hasil tipu daya mereka, sehingga anda hanya bisa berputar-putar ditempat yang sama selama berjam-jam, sebelum akhirnya kelelahan dan jatuh pingsan." Tiara benar-benar tercengang dan tidak menyangka, jika Bram akan memperlakukan dirinya layaknya tahanan. Lengkap dengan penjagaan ketat yang sialnya Tiara tidak menyadari itu.'Jadi selain sebagai istri ganti rugi, aku juga dijadikan
"Kak! apa kau sibuk?" tanya Thomas setelah memasuki ruangan Bram."Ada yang ingin kau bicarakan?" Bram yang sebelumnya fokus dengan laptop di depannya, seketika menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, begitu mengetahui kedatangan Thomas. Sementara, Thomas yang sebelumnya terlihat ragu, kini melangkah yakin mendekati meja kerja Bram. "Tidak terlalu penting sih, tapi jika kau masih ada pekerjaan, aku akan datang lagi nanti," ujarnya.Namun, saat Thomas hendak berbalik badan, kalimat Bram langsung membuatnya mengangguk patuh."Duduklah, dan tanyakan apa yang ingin kamu ketahui dariku," terang Bram.Akhirnya Thomas memilih menarik salah satu kursi yang di depan Bram. Sambil duduk ia berkata, "Kau seperti cernawang saja kak," guraunya."Nana putriku," ucap Bram tiba-tiba begitu melihat Thomas sudah duduk tenang di depannya. Sehingga membuat senyum Thomas seketika luntur, dan berubah keterkejutan yang begitu ketara di wajah tampannya."Apa aku tidak salah dengar, kau serius dengan uca
"Ma .. mama," gumam Nana disusul suara isakan, namun dengan mata masih terpejam. Nana mengigau.Pukul sepuluh malam, Bram yang masih duduk di sofa mengecek laporan akhir bulan. sontak, mengalihkan pandangan ke arah ranjang, karena yakin mendengar suara Nana, yang ia tidurkan sejak dua jam lalu."Ma .. mama pulang, Nana sakit ma."Tanpa berpikir panjang, melihat tidur putrinya yang gelisah bercampur isakan, Bram segera bangkit dan mendekat."Sayang, astaga! kenapa badannya bisa panas begini," gusar Bram.Niat hati ingin membangunkan putrinya yang dikira bermimpi buruk. Bram justru terkejut, saat kulit mereka bersentuhan, mendapati panas suhu badan Nana di atas rata-rata. Dengan pikiran panik, Bram langsung turun dari ranjang dan berjalan cepat keluar kamar. Tujuannya tidak lain untuk membangunkan Thomas, yang Bram ketahui tidak keluar bersama teman-temannya malam itu.Tok-tok"Thomas!" Panggilan yang cukup keras disertai ketukan, Bram lakukan di pintu kamar Thomas. Namun naasnya, sud
Tiba-tiba Bram terjingkat bangun, mengejutkan Thomas dan juga Daniel."Aku titip Nana," ucapnya bersiap hendak melangkah, namun dengan cepat Daniel menahannya "Tunggu Bram! kamu mau kemana tengah malam begini?" tanya Daniel khawatir."Aku akan menjemputnya sekarang, Dan," terang Bram."Tiara maksudmu?""Iya," jawab Bram."Jangan nekat kak, ini sudah terlalu malam untukmu memasuki hutan itu. Sangat beresiko." Thomas yang sebelumnya hanya diam, ikut angkat bicara melihat aksi nekat kakaknya.Namun, sepertinya hal itu tidak menyurutkan keinginan Bram untuk tetap pergi. "Tidak akan terjadi apapun padaku, kalian tenang saja," ucap Bram seolah paham kekhawatiran adik serta sahabatnya itu."Dan kamu Daniel, terima kasih sebelumnya sudah mau meluangkan waktu untuk datang, padahal ini sudah di luar jam kerjamu. Untuk itu, lebih baik sekarang kamu pulang saja. Kamu juga pasti butuh istirahat, bukan?" Mendengar ucapan Bram, Daniel malah berdecak tidak suka."Astaga Bram! jadi kau anggap apa ak
"Dimana dia?" Suami ibu Dadah terkejut begitu membuka pintu, mendapati Bram ada di depannya."Si-silahkan masuk tuan, nyonya ada di kamar putri kami," ucapnya sedikit gugup saat memberi jalan Bram memasuki rumahnya."Silahkan tuan, ini kamarnya," sambung pria itu seraya menunjukan pintu kamar yang paling dekat dengan pintu utama.Sesaat setelah membawa Tiara ke rumahnya, suami ibu Dadah memang memberitahu Bram, jika menemukan Tiara dengan kondisi tergeletak tidak sadarkan diri di belakang kampung. Namun pria itu tidak menjelaskan yang sebenarnya terjadi, bahwa Tiara sempat ingin melarikan diri, hal itu ia lakukan atas saran dari istrinya. Karena, tidak ingin melihat kemarahan Bram dan berakhir semua orang disalahkan, termasuk mereka berdua.Sebab, Bram selalu berpesan mereka harus melaporkan sekecil apapun tindakan yang Tiara lakukan. Untungnya hari itu Tiara sampat tidak enak badan, sehingga Bram tidak menaruh curiga begitu mendengar wanita itu ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan
"Bram," gumam Tiara yang langsung melebarkan mata.Tidak menyangka sekaligus terkejut, itulah yang Tiara rasakan saat membuka mata, sudah berada dalam gendongan Bram. Pria yang sekarang sering tiba-tiba berubah sikap menjadi tak menentu, sangat berbeda jauh dengan Bram yang sembilan tahun lalu Tiara kenal.Layaknya bridal style, Bram tetap acuh menggendong Tiara meski tahu wanita itu sudah terjaga."Turunkan saja aku, aku masih bisa berjalan, Bram," ucap Tiara."Diamlah, dan jangan banyak bergerak," sela Bram tegas membuat Tiara langsung mengatupkan mulutnya.Setelah mengucapkan terima kasih pada pemilik rumah, Bram berjalan pelan menuruni tangga yang juga terbuat dari kayu menuju mobilnya terparkir."Cepatlah masuk, sebelum hujannya semakin deras."Tiara hanya bisa menurut, saat Bram menurunkan dirinya dan membukakan pintu samping kemudi. Bertepatan dengan air dari langit yang mulai menetesi bumi."Kita mau kemana?" tanya Tiara begitu Bram sudah duduk di sampingnya.Sebenarnya, Tiara