Share

X

Penulis: missingty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-23 16:04:25

“Duduk? Kurasa kau sudah tak menyayangi nyawanmu lagi! Benar-benar kurang ajar, hanya karena ku nikahi kau jadi besar kepala dan berani memerintahkanku untuk duduk! Kau kira aku binatang apa! Eh... .” Tiba-tiba Rion menyadari sesuatu, terlebih saat Amanda kembali berteriak hal yang sama, tapi kali ini tangan putih itu menunjuk pada kucing hitam yang sekarang sedang duduk manis sambil menjilat-jilat kaki depannya.

“Nama kucing itu-,“ Rion menghentikan kalimat tanyanya.

Amanda yang berlinang air mata menatap pria itu dengan ketakutan. “Ma-maaf sa-saya benar-benar minta maaf, Tuan. Tapi saya memberi nama kucing itu jauh sebelum saya mengenal Tuan. Saya benar-benar minta maaf....” Amanda masih mengucapkan beribu kali kata ‘maaf’ sambil bersujud dengan tubuh gemetar, sedangkan di sampingnya si kucing dengan polosnya masih menjilat-jilat tubuh berbulu hitamnya.

Rion tercenung menyadari apa yang terjadi, ia nyaris saja mengakhiri pernikahannya kali ini dengan pembunuhan gara-gara seekor kucing. Pria itu kemudian tertawa dan Amanda tertegun seakan takjub melihat tawa renyah itu. Itu bukanlah tawa meremehkan yang penuh rasa benci, seperti yang Pangeran Hitam perlihatkan di awal pertemuan mereka, tawa kali ini berbeda, seperti seorang anak kecil yang mendapatkan permen kesukaannya.

Melihat Amanda yang memandangi dirinya, tawa Illarion langsung lenyap. Ia kembali ke mode default-nya, tatapan dingin dan wajah tanpa ekspresi.

“Kau berbohong lagi, kau pasti sengaja menamainya seperti itu!” protes Pangeran Hitam. 

Entah kenapa ketakutan Amanda seakan berkurang setengahnya setelah melihat tawa pria dengan netra hitam di hadapnya. Gadis itu menggeleng kencang. “Tidak! Tuan bisa menanyai-“ tangan Amanda menunjuk kucing di sampingnya, “nya!”

Alis mata Rion naik sebelah yang membuatnya semakin tampan. “Hei! kau kira aku bodoh! Mana mungkin aku bisa menanyai kucing! Lagipula orang lancang mana yang menamai binatang peliharaannya Illa-“

“Meong!” seru kucing itu sembari menatap ke arah Rion sebentar, kemudian kembali sibuk menjilati telapak kakinya yang berwarna pink pucat.

“Rion-”

“Meong!”

“Illarion”

“Meong!” kali ini atensi penuh diberikan kucing itu pada Rion. Mata biru kucing itu tanpa takut membalas tatapan manik kelam miliki Pangeran Hitam.

“Hei diam kau!” perintah Rion frustasi karena setiap katanya dijeda oleh kucing hitam gemuk itu. Mereka –kucing dan Rion- saling bertatapan.

Rion menghembuskan napasnya kasar, “Jadi namanya betul-betul Illa-“

“Meong!”

“DIAM! Aku tahu namamu Illarion!” Detik selanjutnya setelah Rion meneriakkan namanya sendiri, kucing itu langsung melingkarkan tubuhnya di kaki Pangeran Hitam. Membuat pria yang bernama sama dengan kucing itu ingin mengelus mahluk berbulu hitam lebat itu dengan gemas.

“Illarion kesini...,” perintah Amanda lirih. Takut kucing peliharannya dipenggal begitu saja dengan belati yang masih tergenggam erat di tangan Rion.

Rion ingin mencegah saat kucing itu berjalan pelan ke arah Amanda. Ia benar-benar tergelitik untuk mengelus dan menggendong kucing gendut itu. Setelah menggesekan tubuhnya pada lengan Amanda, kucing itu berlari masuk ke dalam semak-semak di belakang Amanda dan menghilang di kegelapan malam. Sekarang hanya suara jangkrik dan burung hantu di kejauhan yang mengisi ruang sunyi di antara Rion dan Amanda.

“Tu-tuan tidak apa-apa?” tanya Amanda sambil berdiri dari tempat jatuhnya tadi.

Rion yang sedang memasukan kembali belatinya pada kantong di pergelangan tangannya, balas menatap gadis itu dengan tatapan tak mengerti.

Amanda menjelaskan dengan bahasa tubuh sambil menunjuk hidungnya sendiri dengan maksud menanyakan keadaan hidung Rion yang tadi dicakar oleh kucingnya.

“Ah!” Rion mengerti sembari menyentuh hidungnya. Hanya goresan tipis namun terdapat luka darah di sana. Ia bahkan sama sekali tak merasakannya, tentu saja luka-luka di medan perang jauh lebih parah dari ini.

 “Jika Tuan tak keberatan biar saya obati...,” tawar Amanda dengan raut muka khawatir campur rasa bersalah, bagaimana pun kucingnya lah penyebab pria itu terluka.  

Dan entah bagaimana ekspresi gadis itu menggelitik hati Rion. “Memang sudah tugasmu mengobatiku,” cetus Rion dingin kemudian berbalik menuju bangunan utama. Baru beberapa langkah ia berjalan, Amanda memanggil pria tampan itu dengan takut-takut.

“Tu-tuan, arahnya ke sini...,” jelas Amanda sambil menunjuk ke arah puri tua yang tertutup semak-semak mawar. Rion mengerutkan keningnya melihat puri itu, jika bangunan utama kediaman keluarga Broke sudah seperti kastil berhantu, maka puri tempat Amanda tinggal sudah bisa dipastikan tempat ‘raja’ hantunya tinggal. Bangunan itu benar-benar mengerikan.

Rion berjalan pelan mengikuti Amanda, mereka menuju puri itu tanpa bicara. Sesampai di depan puri, gadis itu membuka kunci dan mendorong pintu kayu besar yang menjadi jalan masuk utama puri itu.

KRIETTT!!!

Suara decit karat yang menyakitkan telinga tercipta dari engsel pintu puri yang tak pernah diminyaki. Dengan sigap Amanda menyalakan lampu-lampu minyak yang tertempel di dinding puri. Cahaya api yang bergoyang-goyang membuat bayangan mereka yang menyusuri lorong seolah berdansa.

“Kenapa gadis ini tinggal di puri ini bukan bangunan utama rumah keluarganya?” sebuah pertanyaan melintas di benak Pangeran Hitam.

“Mana para pelayan?” tanya Rion sambil melirik memperhatikan interior bangunan yang terlihat suram itu.

Amanda menoleh ke arah Rion, tapi pandangan matanya hanya tertuju pada lantai di bawah pria itu. “Mereka sedang beristirahat,,” jawab Amanda yang masih menundukkan kepalanya.

Rion tersenyum sinis. “Apa mereka tak bisa mendidik para pelayan dengan baik? Bagaimana mungkin para pelayan meletakan kepala mereka duluan di bantal sebelum majikannya tidur?” Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Illarion Black.

Amanda mempersilahkan Rion duduk di kursi besar menghadap perapian. Gadis berkulit pucat itu juga menyalakan lampu minyak serta perapian di ruangan itu. Mengusir kegelapan yang mengisi ruangan itu yang ternyata di isi oleh furnitur kuno dan tak seragam. Seperti sofa yang berwarna hijau zamrud sedangkan kursi lainnya berwarna merah dan coklat tua. Di samping kiri-kanan perapian terdapat jendela besar yang tertutup gorden penuh tambalan, namun entah bagimana terlihat cantik dan klasik.

Cahaya bulan purnama yang melewati di sela-sela jeruji jendela besar, membuat suasana tenang menentramkan. Suasana yang jarang sekali Illarion Black dapatkan beberapa tahun terakhir ini.

Saat Amanda ijin pergi mengambil sesuatu, Rion menelisik ke sekitar ruangan. Netra hitamnya menangkap bingkai lukisan kecil di atas perapian. Lukisan sepasang suami istri dengan seorang anak berambut putih tersenyum lebar di pangkuan sang istri. Rion menyadari pria di foto itu adalah kepala keluarga Broke tapi wanita di sampingnya bukanlah nyonya rumah yang ia temui ketika pernikahannya. “Keluarga yang bahagia, sepertinya ia selalu beruntung dalam hidup ini,” gumam Pangeran Hitam. “Kecuali saat ia harus menikahiku...,” lanjutnya dalam hati dengan raut muka sedih.

Trak. Amanda meletakan teh hangat dan ramuan obat di meja, menyadarkan Rion kalau ia tak sendirian lagi di ruangan itu.

“Keluargamu?” tanya Rion sambil menaruh bingkai foto itu kembali ke tempatnya.

“Iya...,” Amanda mengangguk pelan.

Rion kembali duduk di kursi besar kecoklatan, sambil menyilangkan kakinya. Pandangannya tertuju pada cangkir teh dan cawan yang berisi cairan obat.

“Bolehkah saya membersihkan lukanya dulu, Tuan?” tanya Amanda.

Rion mengangguk dan dengan perlahan gadis bersurai perak itu menyeka luka cakaran di hidung Pangeran Hitam. Netra ungu Amanda menangkap bekas luka-luka lain yang ada di wajah Rion. Seperti luka torehan benda tajam di pipi kirinya, jidat, dan rahang kanannya, tidak terlalu terlihat karena bekas luka itu hanya meninggalkan jejak tipis di wajah pria tampan itu. Kecuali bekas luka di atas mata kanannya terdapat sayatan dalam yang membelah alis tebal pria itu.

Rion mengamati arah netra ungu Amanda. “Itu luka lama, saat pertama kali aku terjun ke medan perang. Terlalu dalam hingga susah di sembuhkan,” jelas Rion.

“Ah ...,” gumam Amanda gugup saat sadar Pangeran Hitam mengetahui kalau dirinya sedang mempelajari wajah pria tampan itu. Amanda kemudian membenamkan kain steril ke dalam cawan yang berisi cairan berwarna merah di atas meja. Dan saat ia akan mengoleskan kain yang berwarna kemerahan ke ujung, tangannya ditahan oleh pria besar itu.

“Apa itu?” tanya Rion dingin.

“O-obat,” jawab Amanda gagap.

Rion menyipitkan matanya melihat kain steril yang hanya berjarak sejengkal dari ujung hidungnya. “Tunjukan padaku kalau itu bukan racun.”

Komen (24)
goodnovel comment avatar
Asiyan Sompo
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Polorida Hutahaean
koin...mana koin
goodnovel comment avatar
Ana Andina
koin nya tinggi bngt...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XI

    Amanda tampak berpikir sejenak, kemudian ia memeras kain steril itu sambil membuka mulutnya dan menelan cairan merah yang menetes dari perasan itu. Rion berdecih. “Kau bisa saja menahan cairan itu dengan lidahmu.” Mendengar Rion yang tampak kurang puas dengan cara pembuktiannya, Amanda kembali memeras kain kemerahan itu dan meneteskan ke matanya, tak lupa ia juga meneguk sedikit cairan merah di cawan yang berada di atas meja. Rion tersenyum saat melihat kerutan di dahi gadis berkulit putih itu. Amanda tampak menahan mati-matian rasa pahit yang sekarang menjalar di lidahnya. Gadis itu berdiri tegak di hadapan Pangeran Hitam, menunggu jikalau ada reaksi dari tindakannya barusan. Beberapa menit berlalu, Amanda mulai tampak gugup karena tatapan tajam Illarion yang seolah mempelajari dirinya. “Menjijikan, kulit yang putih seperti ular derik seperti kata Gisella, pasti ia berpikir seperti itu,” batin Amanda sambil menunduk memperhatikan kulitnya. “Dan rambu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XII

    “Kau kira sekarang jam berapa Amanda! Kau belum menyiap-,“ teriakan Nesa terhenti di sana, saat sebuah belati melintas cepat di sampingnya dan langsung tertancap sempurna pada bingkai pintu kayu jati di belakangnya. Mata pelayan itu terbelalak tak percaya, di hadapannya -lebih tepatnya- di atas ranjang Amanda duduk pria tampan dengan tatapan keji menatap ke arahnya. “Apa begini cara pelayan di kediamanmu membangunkan majikannya?” tanya Rion dingin pada Amanda. Sedangkan gadis bersurai perak itu tak bereaksi apapun, ia hanya menatap beku pada belati yang baru saja di lemparkan oleh Rion. Dan Nesa tak kalah terkejutnya karena ia lah yang dilempari senjata tajam itu. Pelayan itu tak menyangka mendapat pengalaman menuju kematian justru dari pria tampan bertelanjang dada yang persis Dewa Ares di pagi hari cerah ini. “Aku akan membuat keluarga pelayan ini menerima peti matinya sekarang juga.” Mendengar itu Nesa berlutut sembari memohon. “Ma-ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XIII

    Amanda mengigit bibirnya panik, ia benar-benar bingung ketika pagi tadi Pangeran Hitam hendak sarapan. “Aku akan membawakannya ke kamar,” tawar Amanda. “Aku tak terbiasa makan di kamar, tunjukkan saja jalan ke ruang makan,” tukas Rion dengan nada memerintah. Ruang makan adalah salah satu tempat di kediaman keluarga Broke yang Amanda hindari, karena keluarga tirinya sangat tak menyukai kehadirannya ketika mereka sedang bersantap. “Menjijikan.” Begitu kata mereka, yang langsung melemparkan makanan itu ke arah Amanda, karena nafsu makan mereka menghilang begitu saja akibat kehadiran gadis itu. Namun, di sinilah mereka, di depan ruang makan milik mewah keluarga Broke. Dan Amanda semakin panik saat mengetahui keluarganya belum selesai sarapan. “Lanjutkan sarapan kalian,” ujar Pangeran Hitam sembari mengangkat tangan kanannya seolah menolak salam hormat khas Anarka yang Ben Broke lakukan. Amanda yang berada di belakang Pangeran Hitam

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XIV

    Sekarang Amanda berdiri di depan kediamannya dan bersiap menaiki kereta kuda yang akan membawa gadis itu ke istana. Pasangan suami istri Broke tampak bahagia mengantar Amanda, sedangkan Gisella masih berwajah muram.Brenda membuat perpisahan itu tampak dramatis. “Kembalilah dengan banyak uang, jika tidak jangan harap kau punya tempat untuk pulang,” bisiknya saat memeluk Amanda sambil menahan jijik. “Ingat baktimu pada orang tua,” nasihat Brenda dengan penekanan setelah melepas pelukannya pada Amanda.“Hanya itu barangmu?” tanya Pangeran Hitam sambil menatap koper kecil yang berada di samping Amanda.Amanda mengangguk pelan, isi lemarinya yang tak lebih dari tiga potong baju beserta pakaian dalamnya sudah berada di koper kecil itu, ditambah lukisan tua keluarganya.Kereta kuda berjalan perlahan, Amanda menatap kediaman keluarga Broke yang mulai menjauh. Sepertinya ini kali pertama aku pergi meninggalkan rumah seumur

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XV

    Perjalanan dari gerbang istana hingga pintu utama istana Pangeran Hitam memakan waktu lima kali perputaran jam pasir, hal ini disebabkan luasnya halaman istana itu. Kelam dan dingin, kata itulah yang muncul di benak Amanda saat melihat istana megah yang di hiasi batu marmer berwarna kehitaman terpadu sempurna dengan warna emas yang menambah kesan mewah. Warna kelam juga turut menghiasi halaman istana yang ditumbuhi mawar hitam, anggrek hitam, dan berbagai macam tumbuhan lainnya yang Amanda tak mengetahui namanya, dan kesemuanya entah bagaimana bisa senada berwarna gelap. Di tangga pintu masuk utama terlihat para pelayan telah berbaris sempurna menunggu kedatangan tuan mereka. “Selamat datang Tuan,” ucap Andreas menyambut Pangeran Hitam sambil memberi gesture salam khas Anarka yang diikuti oleh seluruh pelayan istana. “Apa Tuan berhasil membujuk gadis itu datang? Hamba juga mengirimkan dua belas peti perhiasan dan hadiah, agar mereka bersedia

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XVI

    “Keluarga Ratu itu menipu kita, dia sama sekali bukan dari kelas Bangsawan Duke seperti yang kita duga, Tuan,” papar Andreas. “Lantas? Keluarganya hanya ‘grand duke’?” tanya Illarion, yang dijawab gelengan kepala oleh Andreas. “Sekelas marquis? Tidak,” Rion menautkan alisnya. “Earl?” “Baron, Tuan. Gadis itu berkasta baron.” Illarion tertawa keras. “Bahkan bukan viscount! Tapi baron?! Penyihir tua itu benar-benar sedang meremehkanku! Sudah kuduga gadis itu pikir bisa menipuku dengan wajah polosnya.” “Anda bisa mengatakan sang Ratu menipu pernikahan ini pada Baginda Raja, Tuan. Sebaiknya segera agar sebelum mereka menganugrahinya gelar ‘Duke’,” saran pengawal setia Illarion. Pangeran Hitam menyentuh dagunya.”Biarkan saja keadaan seperti ini,” ucapannya barusan membuat Andreas bingung. “Bukannya dengan ini Tuan bisa membuktikan perjanjian ini berat sebelah?” Rion melihat ekspresi keberatan di wajah pengawalnya. “Hanya dela

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XVII

    Raja Abraham terkekeh, “apa kau begitu posesif sehingga tak mengijinkan aku bicara denganya?” “Ti-tidak bukan begitu,” jawab Rion salah tingkah, dan langsung pamit undur diri dari kamar pribadi Raja. Apa yang ia katakan pada Raja? Ia dan keluarganya seorang pembohong handal, tentu saja dia akan memfitnahku! Sialan. Penyihir tua itu menepatkan bidak yang paling pintar berakting, entah kenapa aku bisa berpikir gadis itu jujur dan polos! Entah apa yang Amanda dan Baginda Raja bicarakan di dalam, tapi waktu dua jam menunggu di luar membuat Rion semakin gelisah. Ceklek. Amanda membuka pintu kamar Baginda Raja, mata nyalang Pangeran Hitam langsung menyambut gadis itu. Dan ketika pria besar itu hendak masuk kembali, pelayan Raja mengatakan, “Raja sedang beristirahat dan tak ingin diganggu siapa pun.” Namun sayup-sayup Illarion bisa mendengar suara Raja. “Aku tak menyangka kau punya sisi seperti itu, Rion,” ujar pria tua dengan ekspre

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-06
  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   XVIII

    Amanda menahan bara kayu itu dengan tangan kosong, dan sisa kekuatannya ia gunakan untuk mendorong kayu itu ke arah pelayan yang hendak melukainya. Detik berikutnya terasa lambat, saat api melalap rambut pelayan itu. Jeritannya memenuhi isi ruangan tak lama sampai ia berlari di iringi temannya keluar dari kamar Amanda. Gadis itu masih gemetar ketakutan dengan tangan melepuh parah dan keringat membanjiri seluruh tubuhnya. Kembali Amanda tak sadarkan diri. Hari sudah menjelang sore saat Amanda merasakan perih di sekujur tubuhnya. Netra ungunya terbuka sedikit saat melihat seseorang sedang mengobatinya. “Apakah perih? Kau meringis ketika ku obati, padahal kau tak sadarkan diri.” Madam Croiz terlihat khawatir. Amanda langsung duduk gemetar dengan posisi mempertahankan diri. Apa wanita ini juga akan mencoba membunuhku? “Tenanglah, aku tak sama seperti mereka. Aku di pihakmu putriku,” terang Madam Croiz. Usapan pelan di lengan Amanda entah

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07

Bab terbaru

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   Extra Chapter 3

    Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   Extra Chapter 2

    “Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   Extra Chapter 1

    “Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   Terima Kasih Pembaca ^^

    Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   CCXVIII. Kidung

    Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   CCXVII. Orang Lama

    Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   CCXVI. Masa Lalu

    Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,”  gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black  sampai di is

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   CCXV. Menghindar

    Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti

  • Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam   CCXIV. Ancaman

    ‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny

DMCA.com Protection Status