Amanda tampak berpikir sejenak, kemudian ia memeras kain steril itu sambil membuka mulutnya dan menelan cairan merah yang menetes dari perasan itu.
Rion berdecih. “Kau bisa saja menahan cairan itu dengan lidahmu.”
Mendengar Rion yang tampak kurang puas dengan cara pembuktiannya, Amanda kembali memeras kain kemerahan itu dan meneteskan ke matanya, tak lupa ia juga meneguk sedikit cairan merah di cawan yang berada di atas meja.
Rion tersenyum saat melihat kerutan di dahi gadis berkulit putih itu. Amanda tampak menahan mati-matian rasa pahit yang sekarang menjalar di lidahnya. Gadis itu berdiri tegak di hadapan Pangeran Hitam, menunggu jikalau ada reaksi dari tindakannya barusan. Beberapa menit berlalu, Amanda mulai tampak gugup karena tatapan tajam Illarion yang seolah mempelajari dirinya.
“Menjijikan, kulit yang putih seperti ular derik seperti kata Gisella, pasti ia berpikir seperti itu,” batin Amanda sambil menunduk memperhatikan kulitnya. “Dan rambu
Terimakasih telah membaca ceritaku. Tolong dukung aku dengan masukan buku ke dalam rak baca , VOTE, dan berikan bintang lima ya. Setiap dukungan sangat berarti untuk Author, sayang kalian banyak-banyak.
“Kau kira sekarang jam berapa Amanda! Kau belum menyiap-,“ teriakan Nesa terhenti di sana, saat sebuah belati melintas cepat di sampingnya dan langsung tertancap sempurna pada bingkai pintu kayu jati di belakangnya. Mata pelayan itu terbelalak tak percaya, di hadapannya -lebih tepatnya- di atas ranjang Amanda duduk pria tampan dengan tatapan keji menatap ke arahnya. “Apa begini cara pelayan di kediamanmu membangunkan majikannya?” tanya Rion dingin pada Amanda. Sedangkan gadis bersurai perak itu tak bereaksi apapun, ia hanya menatap beku pada belati yang baru saja di lemparkan oleh Rion. Dan Nesa tak kalah terkejutnya karena ia lah yang dilempari senjata tajam itu. Pelayan itu tak menyangka mendapat pengalaman menuju kematian justru dari pria tampan bertelanjang dada yang persis Dewa Ares di pagi hari cerah ini. “Aku akan membuat keluarga pelayan ini menerima peti matinya sekarang juga.” Mendengar itu Nesa berlutut sembari memohon. “Ma-ma
Amanda mengigit bibirnya panik, ia benar-benar bingung ketika pagi tadi Pangeran Hitam hendak sarapan. “Aku akan membawakannya ke kamar,” tawar Amanda. “Aku tak terbiasa makan di kamar, tunjukkan saja jalan ke ruang makan,” tukas Rion dengan nada memerintah. Ruang makan adalah salah satu tempat di kediaman keluarga Broke yang Amanda hindari, karena keluarga tirinya sangat tak menyukai kehadirannya ketika mereka sedang bersantap. “Menjijikan.” Begitu kata mereka, yang langsung melemparkan makanan itu ke arah Amanda, karena nafsu makan mereka menghilang begitu saja akibat kehadiran gadis itu. Namun, di sinilah mereka, di depan ruang makan milik mewah keluarga Broke. Dan Amanda semakin panik saat mengetahui keluarganya belum selesai sarapan. “Lanjutkan sarapan kalian,” ujar Pangeran Hitam sembari mengangkat tangan kanannya seolah menolak salam hormat khas Anarka yang Ben Broke lakukan. Amanda yang berada di belakang Pangeran Hitam
Sekarang Amanda berdiri di depan kediamannya dan bersiap menaiki kereta kuda yang akan membawa gadis itu ke istana. Pasangan suami istri Broke tampak bahagia mengantar Amanda, sedangkan Gisella masih berwajah muram.Brenda membuat perpisahan itu tampak dramatis. “Kembalilah dengan banyak uang, jika tidak jangan harap kau punya tempat untuk pulang,” bisiknya saat memeluk Amanda sambil menahan jijik. “Ingat baktimu pada orang tua,” nasihat Brenda dengan penekanan setelah melepas pelukannya pada Amanda.“Hanya itu barangmu?” tanya Pangeran Hitam sambil menatap koper kecil yang berada di samping Amanda.Amanda mengangguk pelan, isi lemarinya yang tak lebih dari tiga potong baju beserta pakaian dalamnya sudah berada di koper kecil itu, ditambah lukisan tua keluarganya.Kereta kuda berjalan perlahan, Amanda menatap kediaman keluarga Broke yang mulai menjauh. Sepertinya ini kali pertama aku pergi meninggalkan rumah seumur
Perjalanan dari gerbang istana hingga pintu utama istana Pangeran Hitam memakan waktu lima kali perputaran jam pasir, hal ini disebabkan luasnya halaman istana itu. Kelam dan dingin, kata itulah yang muncul di benak Amanda saat melihat istana megah yang di hiasi batu marmer berwarna kehitaman terpadu sempurna dengan warna emas yang menambah kesan mewah. Warna kelam juga turut menghiasi halaman istana yang ditumbuhi mawar hitam, anggrek hitam, dan berbagai macam tumbuhan lainnya yang Amanda tak mengetahui namanya, dan kesemuanya entah bagaimana bisa senada berwarna gelap. Di tangga pintu masuk utama terlihat para pelayan telah berbaris sempurna menunggu kedatangan tuan mereka. “Selamat datang Tuan,” ucap Andreas menyambut Pangeran Hitam sambil memberi gesture salam khas Anarka yang diikuti oleh seluruh pelayan istana. “Apa Tuan berhasil membujuk gadis itu datang? Hamba juga mengirimkan dua belas peti perhiasan dan hadiah, agar mereka bersedia
“Keluarga Ratu itu menipu kita, dia sama sekali bukan dari kelas Bangsawan Duke seperti yang kita duga, Tuan,” papar Andreas. “Lantas? Keluarganya hanya ‘grand duke’?” tanya Illarion, yang dijawab gelengan kepala oleh Andreas. “Sekelas marquis? Tidak,” Rion menautkan alisnya. “Earl?” “Baron, Tuan. Gadis itu berkasta baron.” Illarion tertawa keras. “Bahkan bukan viscount! Tapi baron?! Penyihir tua itu benar-benar sedang meremehkanku! Sudah kuduga gadis itu pikir bisa menipuku dengan wajah polosnya.” “Anda bisa mengatakan sang Ratu menipu pernikahan ini pada Baginda Raja, Tuan. Sebaiknya segera agar sebelum mereka menganugrahinya gelar ‘Duke’,” saran pengawal setia Illarion. Pangeran Hitam menyentuh dagunya.”Biarkan saja keadaan seperti ini,” ucapannya barusan membuat Andreas bingung. “Bukannya dengan ini Tuan bisa membuktikan perjanjian ini berat sebelah?” Rion melihat ekspresi keberatan di wajah pengawalnya. “Hanya dela
Raja Abraham terkekeh, “apa kau begitu posesif sehingga tak mengijinkan aku bicara denganya?” “Ti-tidak bukan begitu,” jawab Rion salah tingkah, dan langsung pamit undur diri dari kamar pribadi Raja. Apa yang ia katakan pada Raja? Ia dan keluarganya seorang pembohong handal, tentu saja dia akan memfitnahku! Sialan. Penyihir tua itu menepatkan bidak yang paling pintar berakting, entah kenapa aku bisa berpikir gadis itu jujur dan polos! Entah apa yang Amanda dan Baginda Raja bicarakan di dalam, tapi waktu dua jam menunggu di luar membuat Rion semakin gelisah. Ceklek. Amanda membuka pintu kamar Baginda Raja, mata nyalang Pangeran Hitam langsung menyambut gadis itu. Dan ketika pria besar itu hendak masuk kembali, pelayan Raja mengatakan, “Raja sedang beristirahat dan tak ingin diganggu siapa pun.” Namun sayup-sayup Illarion bisa mendengar suara Raja. “Aku tak menyangka kau punya sisi seperti itu, Rion,” ujar pria tua dengan ekspre
Amanda menahan bara kayu itu dengan tangan kosong, dan sisa kekuatannya ia gunakan untuk mendorong kayu itu ke arah pelayan yang hendak melukainya. Detik berikutnya terasa lambat, saat api melalap rambut pelayan itu. Jeritannya memenuhi isi ruangan tak lama sampai ia berlari di iringi temannya keluar dari kamar Amanda. Gadis itu masih gemetar ketakutan dengan tangan melepuh parah dan keringat membanjiri seluruh tubuhnya. Kembali Amanda tak sadarkan diri. Hari sudah menjelang sore saat Amanda merasakan perih di sekujur tubuhnya. Netra ungunya terbuka sedikit saat melihat seseorang sedang mengobatinya. “Apakah perih? Kau meringis ketika ku obati, padahal kau tak sadarkan diri.” Madam Croiz terlihat khawatir. Amanda langsung duduk gemetar dengan posisi mempertahankan diri. Apa wanita ini juga akan mencoba membunuhku? “Tenanglah, aku tak sama seperti mereka. Aku di pihakmu putriku,” terang Madam Croiz. Usapan pelan di lengan Amanda entah
“Anda bercanda ‘kan?” Amanda tahu hal itu bukanlah sebuah lelucon tapi berdiskusi tentang menghilangkan nyawa seseorang, Amanda lebih berharap kalau dialog ini hanyalah sebuah candaan. Lagipula Madam Croiz adalah orang baik pertama yang membuatnya nyaman, di istana ini. Kuharap ia bisa berpikir kembali tentang apa yang ia ingin lakukan. Madam Croiz tampak kecewa mendengar pertanyaan Amanda. “Baiklah putriku, kuharap kau membuka kedua matamu lebar-lebar dan melihat baik-baik siapa sebenarnya monster yang kau nikahi,” desis wanita berpipi gelambir itu, dan sebelum ia beranjak keluar dari kamar Amanda, Madam Croiz berbisik, “Jangan pernah bertanya apapun pada siapapun di istana ini putriku, mereka semua kaki tangan Pangeran Hitam yang setia. Salah-salah kau bisa dilaporkan dan langsung dieksekusi.” Amanda mengangguk, kembali ia merasakan rasa perih di sekitar kulitnya yang melepuh dan panas mulai menjalar di tubuhnya. Malam ini sepertinya aku akan demam.
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny