“Tidak sepintar Anda Tuan! Nilai kelulusanku bahkan di bawah Anda Tuan, walau jauh di atas nilai-nilai lulusan lainnya,” jawab Adam bangga, ia jarang memiliki kesempatan bicara langsung dengan Illarion. “Hamba bahkan tak pandai mengajar Amanda dengan benar!” ujarnya dengan semangat alih-alih menyesal.
“Tidak, Adam sudah mengajarku dengan baik. Akunya saja yang kurang pandai,” ujar Amanda membela gurunya.
Illarion mengeraskan rahangnya. Wow, ia bahkan membela laki-laki yang menghinanya di depanku. Aku tak tahu keluarga penyihir itu ada yang semurah hati seperti ini. “Kalau begitu biar aku yang mengajarkanmu, aku ingin melihat sebodoh apa kau.” Illarion malah menumpahkan kekesalannya pada Amanda.
Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya ⭐⭐⭐⭐⭐
“Apa kabarmu? Aku kangen!” jerit Gisella riang kemudian menghambur ke pelukan Amanda. Gadis bersurai perak itu mati-matian menahan tubuh gemetarnya. Amanda melirik kaku pada Aime. Apa Gisella akan berlaku kasar padaku di depan Aime? Apa ia akan memperlakukanku seperti di rumah? “Ka-kau datang, No- ah Gi-Gisella?” tanya Amanda dengan tangan menggenggam erat kain roknya. Memutuskan untuk berakting seperti yang ibu tirinya contohkan; sebuah 'keluarga yang rukun.' Gisella tersenyum licik. 'Kenapa ia belum mati? Dan ia mulai bertingkah setara denganku?'. “Aku ingin menemuimu, kudengar kau hidup enak di sini.” “Be-begitulah," tanggap Amanda
Di kaki bukit dekat Exilas. Legiun hitam Illarion Black baru saja selesai mendirikan tenda, sebelum mentari tenggelam di ufuk barat. Sesuai perkataan Aime, pemberontakan yang berasal dari sisa-sisa pasukan royal Exilas dapat dengan mudah dibungkam oleh tentara hitam. Andreas baru saja keluar dari tenda Illarion dengan muka kecewa. Yurigov tertawa senang, kontras dengan ekspresi rekan seperjuangannya itu. "Dia tak sepertimu, Pangeran Hitam adalah menantu impianku," canda Yurigov disusul suara tawa yang menggelegar khas pria dari pegunungan Arpen, daerah utara Anarka. "Aku hanya menghargai perjanjian dengan wanita itu," sambar Illarion yang sudah berdiri di depan pintu tenda hitamnya. Hal yang baru saja terjadi, Andreas -seperti biasa- menawari Pangeran Hitam wan
Yurigov melihat Andreas menggelengkan kepalanya. Pria yang tingginya melebihi Pangeran Hitam itu kemudian menunduk mempersilahkan Illarion untuk memberikan hukuman pada anak itu. Sambil menepuk pundak Andreas, Yurigov berkata, "tenanglah, Tuan tahu apa yang akan ia lakukan. Kita hanya perlu diam dan dengarkan." "Saat seperti ini aku hanya ingin Tuan kerja kelompok akuntansi," desah Andreas. Para prajurit yang ada di sana tampak menggeleng kasihan begitu melihat anak kecil itu digelandang ke lapangan terbuka oleh Pangeran Hitam. "Kenapa kau mencuri?!" tanya Illarion mencekam siapapun yang mendengarnya, terutama anak kecil dihadapannya. "A-aku kelaparan Tuan, saudara-saudaraku butuh makan, kami benar-benar kelaparan, hiks!
Amanda berdiri gugup, gadis itu mengenakan pakaian berwarna biru langit dengan renda putih tulang, warna yang berpadu begitu sempurna dengan kulitnya yang seputih kapas. Dengan rambut yang digelung tinggi menampilkan garis leher yang cantik, gadis itu mengerjapkan mata ketika melihat kereta Pangeran Hitam dari kejauhan. Seukir senyum tercipta di wajah pria yang ahli berperang itu-Illarion, melihat seisi istana Hitam menyambutnya. Senyum yang tak pernah muncul ketika dahulu selalu dilakukan penyambutan yang sama, entah apa yang membuat sebuah perasaan senang hingga garis lengkung itu menghiasi wajahnya. Apa kalian tahu? “Illarion!” seru Amanda ketika kucing hitamnya melompat ke lengan Pangeran Hitam. “Kau merindukanku?” tanya Illarion sambil mengelus kucing itu, yang di balas dengan lantang oleh Illarion-kuc
Illarion memandangnya dengan heran, sedangkan Amanda terlihat terkejut, tapi buru-buru menundukkan kepalanya. ‘Serius adikmu kenapa sih?’ sebenarnya pertanyaan itu yang ingin Illarion lemparkan pada Amanda menggubris kelakuan Gisella barusan. Tapi pria itu urungkan karena melihat istrinya terlalu sibuk memotong daging di piring. ‘Entah apa yang dipikirkan. Mungkin ia benar-benar berharap aku mati di gurun Exilas.’ Dengan muram, Illarion pun menyesap air dari gelas berkaki tinggi yang ada di sebelahnya. Setelah Illarion meletakan gelas itu di atas meja, Gisella langsung mengambil gelas itu dan meminum isinya. “Bagaimana mungkin rasa air putih bisa semanis ini?” gumam Gisella sambil menggigit bibirnya dan menatap penuh rayu pada Illarion. Amanda menahan perih di hatinya. 'Gisella sedang merayu Pangeran Hitam, tapi kenapa itu terlihat menyakitkan bagiku, kenapa
Dan di sinilah Amanda, terbaring meringkuk di atas ranjang kamar Gisella dengan hati yang teramat getir. Jika biasanya ia bisa menahan segala sakit hati, mungkin kali ini ia ingin mengambil satu bagian di tubuhnya itu dan menghanguskannya menjadi abu. Melupakan pernah berbagi ranjang dengan seorang pria tampan bernama Illarion Black. Ia tak pernah menyangka seperih ini harus membiarkan pria itu dilayani oleh adik tirinya sendiri. Sementara itu di ruangan yang berbeda, Illarion terlihat tidur membelakangi pintu kamar. Pundak lebar dengan luka sayatan dalam, membuat pola-pola maskulin di tubuh pria itu. Gisella meneguk salivanya, 'ah sexy, membuatku benar-benar bergairah.' Dengan langkah perlahan dan pakaian yang minim-nyaris tak berbusana, gadis bersurai sewarna tembaga itu berbaring perlahan di sebelah Illarion.
Semenjak itu Illarion Black pisah ranjang dengan Amanda White. Mereka pun tak makan bersama, karena sang pemilik rumah memerintahkan pelayan untuk membawakan makanan ke kamar gadis itu. "Maafkan aku," bisik Amanda sambil melihat Illarion dari balik jendela kamarnya. Gadis itu hanya diperbolehkan keluar ketika Pangeran Hitam tak ada di istana. Amanda tentu tak keberatan, selama ini di kediaman Broke, ia hanya berkutat di dalam puri. Dan ketika ayahnya menurunkan derajatnya menjadi pembantu, barulah ia bisa keluar puri. Tapi hanya untuk bekerja, tak lebih. Sedangkan di istana Pangeran Hitam, Amanda bisa berkeliling taman sesuka hati. 'Ini bukan hukuman yang biasa aku terima,' batin Amanda. 'Tapi kenapa hatiku terasa sakit? bahkan aku sudah biasa diabaikan oleh orang lain, tapi kenapa begitu sakit
Amanda langsung berbalik mendapati sosok tampan berambut coklat dengan iris sewarna almond. Laki-laki yang sama sekali tak dikenalnya itu tersenyum semanis madu sebelum menarik punggung tangan Amanda dan menciumnya. "Aku Apollo, Pangeran dari Landyork. Kurasa ini pertama kalinya aku melihat wanita secantik Anda di acara seperti ini. Aku tak mungkin melupakan jika pernah bertemu Anda sebelumnya," ujar Apollo sambil melepaskan ciumannya dari punggung tangan Amanda. "Dan siapakah Anda, Lady?" Amanda terlihat salah tingkah dengan sapaan yang tak disangka akan ia dapatkan di pesta ini. Gadis itu melirik ke sekitar. 'Pria ini menegurku? Ia bertanya namaku 'kan? Atau orang lain?' Kembali Amanda mengedarkan pandangannya dan terhe
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny