Illarion mengangguk datar. “Kami akan melanjutkan perjalanan ke Anarka, terima kasih atas bantuanmu selama ini,” balas pria itu singkat kemudian berbalik pergi.
Amanda tersenyum canggung melihat wanita cantik yang selalu membuatnya cemburu akan eksistensinya, tanpa Amanda ketahui kalau Ratu Zaina sekarang sedang iri dengan kehadiran gadis berkulit pucat itu.
‘Andaikata aku adalah kamu,’ batin Ratu Zaina sebelum mengangguk hormat pada calon permaisuri baru kekaisaran Anarka itu.
Kabar tentang Kaisar Hitam sedang memboyong permaisuri baru beredar begitu cepat, bagai daun kering yang terbakar api. Seluruh kerajaan dan daerah di bawah kekuasaan Kekaisaran Anarka tampak penasaran dengan sosok permaisuri tersebut. Hingga akhirnya rombongan Kaisar Hitam telah s
Jamuan khas dari berbagai daerah tersedia di meja makan berbentuk oval itu. Bahkan meja makan marmer itu seakan tak cukup untuk meletakan hidangan yang ada. “Wahhh!” seru Max dan Galela dengan mata berkilat senang. Peter hanya tercenung di belakang mereka, sadar saingannya merebut cinta Amanda terlalu hebat, bahkan hidangan di meja makan mewah itu menyadarkannya lagi. “Ayo, duduk dan makanlah!” tawar Illarion mempersilahkan. Beberapa pelayan mengerutkan keningnya melihat tindakan Tuan yang mereka layani selama ini. ‘Tuan kami begitu ramah, kemana perginya pria yang dingin dan kejam itu. Calon permaisuri benar-benar membawa perubahan di istana ini.’ Illarion sendiri bahkan membuka kursi khusus untuk Amanda, ia mene
Brak! Pintu kayu besar itu langsung terbanting membuka, segera Amanda mendorong Illarion menjauh darinya. Namun, pria tinggi besar itu bak batu yang tak tergeser, hanya saja air muka Illarion langsung suram. “Ibu, aku mencarimu kemana-mana,” seru anak kecil dengan wajah memerah dan keringat membasahi rambut hitamnya. “Woah, istana ini sangat luas, aku nyaris tersesat tadi!” keluh Max tapi terlihat sangat bersemangat dengan pengalaman berkeliling istana yang baru saja ia dapatkan. Amanda hendak turun dari ranjang, tapi Illarion langsung menahan pinggang istrinya itu. “Ada apa kau mencari ibumu?” tanya pria berambut hitam itu pada bocah kecil yang masih ada di depan pintu itu. “Kau tak bisa tidur di kamarmu Max?” tanya Amanda bersamaan dengan Illarion.
“Iya, Amanda telah menjadi istriku sah ku. Kami sudah melangsungkan pernikahan di Artias. Kemudian aku ingin kalian meresmikan pernikahan kami, sekaligus menobatkan Amanda menjadi permaisuri.” “Per-permaisuri?” ulang Hang Gari tergagap, kali ini bukan hanya pemuka agama itu saja yang terkejut, tapi juga Duke Gree, Amanda, dan Putri Hera yang berada di ruangan itu. ‘Aku menjadi permaisuri?’ Amanda menggenggam gaunnya. ‘Aku sudah sangat bersyukur bisa berada di sebelah Tuan, dan Max diperlakukan dengan baik, tapi menjadi seorang permaisuri, rasanya terlalu berlebihan,’ batin Amanda tak menyangka dengan perintah Illarion siang ini.
‘Ia tak cemburu aku dengan wanita lain?’ Pria berambut hitam itu tampak sangat kecewa. ‘Apa Amanda memang tak pernah mencintaiku?’ “Tinggalkan aku berdua dengan Amanda sekarang juga,” perintah Illarion pada tiga orang lainnya di ruangan itu. Segera Duke Gree, Hang Gari, dan terakhir Putri Hera pamit undur diri tapi menyimpan rasa penasaran. Namun, menolak perintah Illarion sekarang tampak tak mungkin, Kaisar Hitam terlihat memendam amarah. Sebelum menutup pintu Putri Hera sempat khawatir melihat Amanda. ‘Apa gadis itu akan baik-baik saja? Adikku tak mungkin membunuh wanita yang sangat dicintainya begitu saja kan?’ Begitu pintu
Galela terlihat kesal, ia mengeratkan syal di bahunya. “Kau berjanji makan malam yang tak terlupakan dengan Kaisar Hitam, tapi di sinilah aku berjalan menuju kebun dibelakang danau yang jauh. Apa kau berniat membunuhku dan menguburku di sana?” tanya wanita tua itu pada pria tampan di sampingnya.“Percayalah, aku sudah lama berniat melakukan hal itu. Jika aku tak berhutang banyak padamu wanita tua,” jawab Illarion datar.Galela langsung berdecih, tapi ketika kakinya menginjakan kebun belakang. Iris mata hijau emerald nya langsung terbelalak melihat pemandangan indah di taman penuh dengan lampu kunang-kunang, lilin-lilin cantik, dan bunga-bunga yang indah.Illarion menghela napasnya. ‘Sebenarnya aku ingin mengajak Amanda makan berdua dengan roman
Amanda mengecup pipi Illarion pelan saat tangan pria itu kembali bergerilya di atas tubuhnya. “Kurasa Max sekarang sedang mencariku Tuan Illarion Black, ia harus diingatkan untuk mandi dan sarapan, selain itu Putri Hera memintaku bertemu pagi ini untuk membicarakan pendidikan Max dan pelajaran untukku,” ujar Amanda sambil menggenggam erat tangan Illarion agar tak berjalan kemana-mana menggerayangi tubuhnya lagi. Illarion tampak kecewa. "Ayolah, kita masih punya banyak waktu," ucap Amanda di tutup dengan kecupan pelan di bibir tipis Illarion. “Baiklah, kebetulan aku juga ingin membahas hal itu,” ucap penguasa Anaraka itu pada akhirnya. Pagi itu keluarga kerajaan berkumpul di ruang makan dengan hidangan yang tergolong mewah, walau terasa berlebihan ta
Kediaman Duke Gree tak terlalu jauh dari Ibu Kota Anarka. Bangsawan itu menempati bekas kediaman milik Duke Alantoin, kakak kandung Ratu Minerva. Thomas Gree menguasai daerah kekuasaan itu setelah pergolakan yang dilakukan oleh Kaisar Hitam. Duke Alantoin dan seluruh keluarganya dihukum mati. “Selamat datang di kediamanku, Amanda,” sambut Duke Gree yang telah berdiri di depan pintu masuk mansionnya. Amanda membungkuk hormat, memberikan salam khas bangsawan wanita Anarka, begitu pun Max yang ada di sebelahnya. “Masuklah, cuaca ibu kota sangat panas di luar,” ajak Duke Gree ramah. “Kuharap permintaan ini tak memberatkan Anda, Duke Gree,” tutur Amanda ketika di sudah berada di dalam ruang tamu. “Tidak, tentu tidak. Titah Ka
Malam itu Amanda dan Max makan malam dengan suasana santai bersama Duke dan Dutchess Gree. Seperti tadi pagi wanita bangsawan itu membuat candaan yang mampu membuat seisi orang di ruangan itu tertawa. Mathilda Gree memang terkenal sebagai seseorang yang ceria dan menghidupkan suasana, berbanding terbalik dengan suaminya, Thomas Gree. Pria bangsawan itu lebih pendiam dan terkenal bijak dan sabar. Semua tertawa, kecuali Max. Bocah kecil itu masih bertanya-tanya dalam hati teriakan siapa yang melengking tadi siang, dan yang berani melempar kaca jendela kediaman Duke Gree dengan batu. ‘Itu sudah pasti orang dalam, tapi melihat mereka tak menghukum langsung di depan aku dan ibu, sudah bisa dipastikan si pelaku bukan pelayan rendahan, melainkan orang penting di kediaman ini’ pikir Max mencoba bertindak seperti d