“Iya, Amanda telah menjadi istriku sah ku. Kami sudah melangsungkan pernikahan di Artias. Kemudian aku ingin kalian meresmikan pernikahan kami, sekaligus menobatkan Amanda menjadi permaisuri.”
“Per-permaisuri?” ulang Hang Gari tergagap, kali ini bukan hanya pemuka agama itu saja yang terkejut, tapi juga Duke Gree, Amanda, dan Putri Hera yang berada di ruangan itu.
‘Aku menjadi permaisuri?’ Amanda menggenggam gaunnya. ‘Aku sudah sangat bersyukur bisa berada di sebelah Tuan, dan Max diperlakukan dengan baik, tapi menjadi seorang permaisuri, rasanya terlalu berlebihan,’ batin Amanda tak menyangka dengan perintah Illarion siang ini.
‘Ia tak cemburu aku dengan wanita lain?’ Pria berambut hitam itu tampak sangat kecewa. ‘Apa Amanda memang tak pernah mencintaiku?’ “Tinggalkan aku berdua dengan Amanda sekarang juga,” perintah Illarion pada tiga orang lainnya di ruangan itu. Segera Duke Gree, Hang Gari, dan terakhir Putri Hera pamit undur diri tapi menyimpan rasa penasaran. Namun, menolak perintah Illarion sekarang tampak tak mungkin, Kaisar Hitam terlihat memendam amarah. Sebelum menutup pintu Putri Hera sempat khawatir melihat Amanda. ‘Apa gadis itu akan baik-baik saja? Adikku tak mungkin membunuh wanita yang sangat dicintainya begitu saja kan?’ Begitu pintu
Galela terlihat kesal, ia mengeratkan syal di bahunya. “Kau berjanji makan malam yang tak terlupakan dengan Kaisar Hitam, tapi di sinilah aku berjalan menuju kebun dibelakang danau yang jauh. Apa kau berniat membunuhku dan menguburku di sana?” tanya wanita tua itu pada pria tampan di sampingnya.“Percayalah, aku sudah lama berniat melakukan hal itu. Jika aku tak berhutang banyak padamu wanita tua,” jawab Illarion datar.Galela langsung berdecih, tapi ketika kakinya menginjakan kebun belakang. Iris mata hijau emerald nya langsung terbelalak melihat pemandangan indah di taman penuh dengan lampu kunang-kunang, lilin-lilin cantik, dan bunga-bunga yang indah.Illarion menghela napasnya. ‘Sebenarnya aku ingin mengajak Amanda makan berdua dengan roman
Amanda mengecup pipi Illarion pelan saat tangan pria itu kembali bergerilya di atas tubuhnya. “Kurasa Max sekarang sedang mencariku Tuan Illarion Black, ia harus diingatkan untuk mandi dan sarapan, selain itu Putri Hera memintaku bertemu pagi ini untuk membicarakan pendidikan Max dan pelajaran untukku,” ujar Amanda sambil menggenggam erat tangan Illarion agar tak berjalan kemana-mana menggerayangi tubuhnya lagi. Illarion tampak kecewa. "Ayolah, kita masih punya banyak waktu," ucap Amanda di tutup dengan kecupan pelan di bibir tipis Illarion. “Baiklah, kebetulan aku juga ingin membahas hal itu,” ucap penguasa Anaraka itu pada akhirnya. Pagi itu keluarga kerajaan berkumpul di ruang makan dengan hidangan yang tergolong mewah, walau terasa berlebihan ta
Kediaman Duke Gree tak terlalu jauh dari Ibu Kota Anarka. Bangsawan itu menempati bekas kediaman milik Duke Alantoin, kakak kandung Ratu Minerva. Thomas Gree menguasai daerah kekuasaan itu setelah pergolakan yang dilakukan oleh Kaisar Hitam. Duke Alantoin dan seluruh keluarganya dihukum mati. “Selamat datang di kediamanku, Amanda,” sambut Duke Gree yang telah berdiri di depan pintu masuk mansionnya. Amanda membungkuk hormat, memberikan salam khas bangsawan wanita Anarka, begitu pun Max yang ada di sebelahnya. “Masuklah, cuaca ibu kota sangat panas di luar,” ajak Duke Gree ramah. “Kuharap permintaan ini tak memberatkan Anda, Duke Gree,” tutur Amanda ketika di sudah berada di dalam ruang tamu. “Tidak, tentu tidak. Titah Ka
Malam itu Amanda dan Max makan malam dengan suasana santai bersama Duke dan Dutchess Gree. Seperti tadi pagi wanita bangsawan itu membuat candaan yang mampu membuat seisi orang di ruangan itu tertawa. Mathilda Gree memang terkenal sebagai seseorang yang ceria dan menghidupkan suasana, berbanding terbalik dengan suaminya, Thomas Gree. Pria bangsawan itu lebih pendiam dan terkenal bijak dan sabar. Semua tertawa, kecuali Max. Bocah kecil itu masih bertanya-tanya dalam hati teriakan siapa yang melengking tadi siang, dan yang berani melempar kaca jendela kediaman Duke Gree dengan batu. ‘Itu sudah pasti orang dalam, tapi melihat mereka tak menghukum langsung di depan aku dan ibu, sudah bisa dipastikan si pelaku bukan pelayan rendahan, melainkan orang penting di kediaman ini’ pikir Max mencoba bertindak seperti d
“Aku hanya ingin bertemu malaikat dan bertanya bagaimana kabar ibuku!” jerit Kaliya masih dengan tubuh gemetarnya menatap balik Duke Gree. Bocah kecil itu terlihat sangat berani. “Kau anak nakal! Siapa yang menyuruhmu membantah omongan orang tua!” bentak Mathilda hendak memukul Kaliya. Tapi tangannya yang sudah berayun tinggi di atas kepalanya itu tahan oleh Amanda. “Hentikan! Aku akan menghukum kalian jika menggunakan kekerasan pada anak kecil!” ancam Amanda. Kilat tajam di manik ungunya mirip seperti tatapan Illarion, suatu hal yang Amanda contoh dari suaminya. Duke Gree dan istrinya langsung membeku, tak menyangka istri Kaisar Hitam yang terlihat lembut dan sopan memiliki karakter tegas seperti ini. Kaliya langsung berlari ke arah Amanda. Duke Gree dan istrinya te
Pasangan suami istri Gree itu saling tatap. Selama ini mereka memang tak terlalu mengurus gadis kecil itu, semua mereka serahkan pada pelayan. Mengabaikan tugas mereka yang seharusnya menjadi pengganti orang tua untuk Kaliya. “Ka-kami tidak berani jika Kaisar Hitam mengetahui hal ini, Amanda. Maaf kami menutupinya darimu. Sebenarnya ketika Putri Hera meminta kami menjadi keluarga pura-puramu, kami sedikit bimbang karena gosip miring mengenai putri kami yang hamil diluar nikah, hal itu bisa memuat buruk citra Anda. Tapi begitu tahu Max merupakan putra Kaisar Hitam yang hanya berbeda setahun dengan umur Kaliya, kami pikir ini adalah kesempatan baik untuk memperbaiki nama mendiang anak kami. Putriku dikenal sebagai wanita yang hamil diluar nikah karena Kaisar Hitam itu lebih baik ketimbang hamil karena seorang putra pengkhianat Anarka, anak Duke Alantoin,” tutur Duke Gree terlihat risau.
Dua hari kemudian jamuan minum teh diadakan di kediaman Duke Gree. Hanya para wanita bangsawan yang diundang pada pesta itu. “Ini sangat langka Duchess Gree mengundang kita ke kediamannya setelah sekian lama,” bisik Countess Agata pada wanita yang duduk di sampingnya. “Apakah kali ini ia akan memperkenalkan anaknya yang sakit-sakitan itu? Kudengar Vivian Gree juga hamil diluar nikah, ia begitu dikekang oleh orang tuanya tapi juga begitu nakal,” balas Marchiones Eilis. Sebuah deheman pelan menghentikan bisik-bisik riuh rendah dari para tamu yang sekarang berkumpul di sebuah meja berbentuk oval di kebun belakang mansion. Sumber suara berasal dari Mathilda Gree. Semua tamu spontan berdiri. “Duchess Gree,” sambut mereka dengan senyum merekah. Namun semua berdiri terpaku
Awalnya aku selalu melihat ia seperti wanita yang dingin dan tak pernah tersenyum, ekspresinya selalu datar. Ia mirip sepertiku, kecuali satu hal. Gadis berkulit pucat itu selalu gemetar dan terlihat ketakutan. Manik matanya tak pernah benar-benar menatapku, ia selalu menatap kakiku. Entahlah mungkin sepatu kulitku lebih menarik ketimbang parasku, menurutnya. Tapi penampilan yang tak biasa itu cukup menarik perhatianku. Selanjutnya, kupikir untuk membunuh gadis itu secara perlahan. Menyiksanya dulu mungkin? Bagaimanapun ia adalah keluarga wanita iblis itu. “Ma-maaf.” “Maaf, Tuan…” “Maaf.” Itu ucapan yang sering ia lontarkan dari bibir merah cherry dengan tangan gemetar dan tubuh membungkuk. Hanya puncak kepalanya saja ya
“Aku hanya mengundang orang-orang yang terpilih saja untuk datang ke pesta ulang tahunku,” seru seorang anak gendut dengan leher berlipat. Nyaris seluruh anak di sekolah itu berharap diundang ke pesta cucu Duke Serafin, kakek Samuel yang terkenal kaya itu sangat memanjakan bocah gendut yang sekarang sedang berkacak pinggang dengan sombong. Tapi perhatian anak-anak di kantin dengan interior mewah itu langsung terpecah begitu melihat Maximiliam memasuki cafetaria yang menghubungkan asrama laki-laki dan perempuan itu. Beberapa gadis sedikit menjerit melihat kedatangannya. “Ck!” decak Samuel dengan raut muka tak suka. “Kau tak akan kuundang,” ujarnya sambil menunjuk Max yang melintas di depannya. “Aku juga tidak mengharapkannya,” jawab Max yang duduk meletakkan nampannya di sebelah Niana. Tawa pelan berbisik me
“Berkemaslah, kita langsung balik ke Ibu Kota,” perintah Illarion pada para anak buahnya yang masih masih tergeletak horizontal setelah dua hari menggempur pemberontak di wilayah perbatasan. Sebenarnya Kaisar Hitam enggan keluar dari Ibu Kota, atau lebih tepatnya meninggalkan Amanda. Permaisurinya itu ia tinggalkan setelah nyaris sebulan pernikahan mereka diakui publik. Tapi pemimpin pemberontakan kali ini jauh lebih cerdas dan kuat dibanding sebelumnya, karena itu Illarion Black turun tangan. Setelah Illarion masuk ke dalam tenda hitamnya, erangan pelan keluar dari mulut para prajurit itu. “Astaga Kaisar benar-benar manusia apa seorang monster? Tuan ingin kita segera balik ke ibu kota tanpa membiarkan kita bernapas terlebih dahulu,” keluh seorang prajurit yang baru saja kehilangan tiga gigi depannya karena perkelahian semalam.
Hai, perkenalkan saya penulis cerita ini dengan nama pena missingty.Terima kasih sudah mengikuti kisah Amanda White dan Illarion Black sejauh ini, dan yah, kita sudah berada di chapter terakhir kisah ‘Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam’. Terima kasih untuk support teman-teman pembaca semua, di note ini juga missingty ingin meminta maaf jika tulisan yang missingty buat jauh dari ekspektasi dan keinginan para pembaca sekalian.Sebagai permintaan maaf, mungkin diantara para pembaca masih ada merasa plothole yang mengganjal di novel online ini, atau mungkin penasaran dengan beberapa kisah yang tidak disebutkan di cerita ini. Silahkan komentar di bawah ya, mungkin nanti missingty akan buatkan bab epilog untuk itu.Sekali lagi terima kasih kepada akak-akak pembaca sekalian, salam sayang dari missingty. I* inspirasikuh.
Ekspresi menyedihkan yang Illarion tampilkan setelah mendengar perkataan Amanda itu membuat Karak kembali menggaungkan tawanya di ruang bawah tanah itu. “Karma! Kau dengar! Itu Karmamu Illarion!” ucap pria tua itu di sela sela tawanya yang tampak mengerikan.“Jangan tinggalkan aku lagi Amanda,” pinta Illarion terdengar lemah mengikuti langkah gadis itu menuju pintu.Amanda mempercepat langkahnya sembari berurai air mata. Perpisahan dan pergi sejauh mungkin dari Illarion Black adalah pikiran Amanda saat ini.“Galela!” teriak lelaki bertubuh tinggi besar yang hanya beberapa langkah dibelakangnya itu.Amanda menghentikan langkahnya mendengar Illarion mengeluarkan nama lain dari mulutnya.“Kau tak ingin memaksanya memintamu untuk kembali padaku kan Amanda?” tanya Illarion dengan suara lirih seakan penuh kesedihan, tapi tatapan mata dari iris kelam itu terlihat sangat dingin.“Apa maksudmu?” tanya Amanda mengabaikan asas kesopanan den
Mata ungu Amanda langsung terbelalak mendengar nama itu. Karak adalah nama pria yang meracuni Illarion saat pesta dansa di ulang tahun baginda Raja Abraham dahulu. Saat itulah mereka bertemu Galela dan Balton yang menyelamatkan Illarion dan memberikan penawar racun itu.‘Apa karena itu, Illarion menyiksa pria ini? Karena ia pernah diracuni olehnya?’“Kau sepertinya mengenalku?” tebak Karak sembari menyipitkan matanya. Rantai-rantai di punggungnya ikut berderak. “Ah kemampuanku memang luar biasa.”‘Aku tak perlu ikut campur hal ini, sebaiknya aku pergi saja.’“Hei, apa kau tak menyimpan dendam pada pria itu?”Amanda yang bersiap balik kembali menghentikan langkahnya. “Karena?”“Mengorbankanmu.”“Apa maksudmu?” tanya Amanda.Karak kembali terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Amanda. “Kau kira siapa yang meracuni Raja? Raja terdahulu.”“Ha?” gumam Amanda tampak bingung. ‘Selama ini aku memang penasar
Wajah Putri Hera langsung pucat pasi. “Tentu saja warna musim semi itu yang paling pas seperti warna daun yang berguguran,” ujar Amanda sambil tersenyum dan menepuk lengan kakak iparnya itu.“Ah iya ten-tentu saja,” balas Putri Hera dengan senyum kaku.“Kami membahas warna gaun yang pas di musim semi, Tuan.”“Oh,” gumam Illarion kemudian naik ke dalam kereta kuda itu. “Kakakku akan berhenti di Istana Utama, ia akan tinggal sementara waktu di sana untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita,” jelas Illarion pada Amanda.“Ah! Terima kasih, Putri Hera. Kuharap aku tidak merepotkanmu.”“Oh tentu saja tidak, aku senang akhirnya melakukan ini setelah sepuluh tahun menanti pernikahan kaisar,” balas Putri Hera tampak tertawa. Tapi hal itu malah membuat Amanda menautkan keningnya. ‘Kenapa Putri Hera terlihat sangat tidak nyaman di sebelah adiknya sendiri?’Akhirnya Amanda White dan Illarion Black sampai di is
Ancaman Illarion barusan membuat Putri Hera tercekat, matanya yang berkaca-kaca akibat tamparan di pipi barusan masih menatap tajam adik tirinya itu.“Tuan? Putri Hera?” panggilan lembut dari arah belakang Illarion Black memecahkan suasana tegang diantara dua kakak beradik lain ibu itu.Putri Hera langsung balik berlalu tanpa pamit pada Amanda sambil memegang pipinya yang memerah.“Putri Hera,” panggil Amanda pelan, kemudian balik menatap Illarion. “Putri tidak apa-apa?”Illarion kembali tersenyum manis dihadapan istrinya. “Ia tidak apa-apa, sepertinya kakakku terlalu mabuk di pesta dansa barusan.”Amanda menggumam pelan. “Aku akan membuatkan teh pereda pengar untuknya.”Namun, Illarion malah menggendong ala pengantin si gadis berkulit pucat yang sekarang mengenakan pakaian dengan warna senada rambutnya itu. Sama-sama merah muda.“Tak perlu, biarkan para pelayan yang mengurusnya. Malam ini kau hanya perlu mengurus diriku saja,” ti
‘Harusnya aku menyuruh orang untuk menjemputnya,’ batin Illarion sambil mencari-cari Amanda di antara ratusan tamu undangan yang hadir. Hingga lengkungan di wajahnya terbentuk lebar ketika melihat sosok berkulit seputih salju melewati pintu masuk utama aula tempat diadakan pesta dansa itu. Semua mata kembali mengikuti arah langkah Illarion Black sembari berdecak kagum melihat kesempurnaan fisik milik pemimpin pasukan paling mematikan di seantero Benua Hitam itu, hingga napas mereka tertahan ketika Kaisar Hitam berlutut di hadapan seorang wanita. “Siapa dia?” “Kudengar ia putri Duke Gree, bukannya ia sakit-sakitan dan memiliki anak diluar nikah?” Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir dalam nada rendah tak berani meny