"Ini diminum dulu, pasti haus banget kan habis teriak-teriak!" Daripada aku semakin meledak-ledak di depan semua orang, lebih baik Akang membawa aku pulang dan akhirnya kita bisa diskusi berdua dengan lebih tenang.Tapi tetap aja sekeras apapun aku mencoba, amarah itu masih aja numpuk di hati.Aku seperti dikasih kesempatan untuk melawan Asiyah yang selama ini memiliki image baik, tapi nyatanya lalau mengurus anak-anak didiknya seperti itu."Aku kesel Akang, aku gak habis pikir kenapa sih dia sampai melupakan satu anak itu? Bagaimana kalau si Novi frustasi, terus bunuh diri atau dia beneran dijual sama Om nya, dan pondok gak tau hal itu sama sekali? Kalian itu mengurus ratusan santri, gak boleh lalai!" Perdebatan ini masih berlanjut gaes, aku tetap aja gak terima dengan membayangkan hal aneh-aneh yang belum tentu kejadian.Dengan lembut, Akang memeluk tubuhku dan membelai rambutku lalu menjelaskan semuanya secara pelan-pelan."Ay, saya suka dengan sikap kritis kamu, artinya kamu san
Mungkin ya sudah lah ya, apa salahnya nurut dulu sama suami dan ikuti apa katanya, selama itu memang yang terbaik bagiku.Menjaga tubuhku supaya tidak terlalu buru-buru hamil lagi, adalah bentuk kasih sayang Akang, aku gak boleh membantahnya.Jadi, setelah Dzuhur, aku diantar Akang ke klinik tempat di mana rekannya bekerja, istri dari teman komunitas mobil sport nya Akang, namanya dokter Hilda.Kami daftar, dan dapat nomor urut lima setelah dua pasien lagi yang masih mengantri di luar ruangan praktek."Saya angkat telepon dari ustadz Helmi dulu ya, saya mau nanya kabar tentang Novi bagaimana."Setelah itu, Akang memang terlihat bercakap-cakap dengan seseorang dalam sambungan telepon itu.Aku memperhatikan semua tulisan di dinding yang dominan tentang perkembangan janin, hingga kesehatan ibu dengan program KB. Nyatanya manfaatnya juga untuk memenuhi kasih sayang anak di masa golden age nya. Kan kasian, masih harus dapat dekapan ibunya, eh ternyata sudah punya adik lagi, maka dengan KB
Sejak tadi, aku menutupi wajahku dengan selembar undangan dari dokter Syakira karena malu banget, dicengin terus sama Akang.Walaupun Akang gak ngomong sesuatu, tapi melihat wajah dia yang senyum-senyum terus, aku malu banget. Udah aku larang buat gak senyum, tetap aja dilakuin. Katanya senyum sebagian dari ibadah, gak boleh dilarang."Jangan ditutupi dong wajahnya Ay, saya kan mau lihat kamu. Kenapa musti malu sih?" Ya jelas malu lah, orang kenapa juga aku musti cerita sama Akang disuntik di bagian pantat, jadinya malu sendiri kan?"Ya kamu lakukan itu diganjar pahala berkali-kali lipat loh sayang, kamu hebat.""Tapi tetap aja malu, ini undangan ulang tahun anaknya tapi yang diundang teman bapaknya, gimana sih?""Tanggal berapa itu undangannya?"Aku memeriksa dalam undangan tersebut dan tanggal terselenggaranya acara yaitu 13 Februari 2019."Oh, itu sekaligus ulang tahun komunitas itu Ay, memang kita semua pasti diundang, nanti kita datang ya."Dalam hatiku berpikir, ulang tahun ko
Sesudah izin sama ibu, kita langsung berangkat ke tempat tujuan dan sekalian cari oleh-oleh untuk dibawa ibu dan ayah kembali ke Batam. Ingsyallah jika gak ada halangan, besok mereka akan pulang lagi.Tidak apa-apa kalau ibu dan ayah mau pulang, biarkan mereka berbagi perasaan berdua dan memulai hidup yang baru. Ayah sudah kerja menjadi pegawai di salah satu kantor di Batam, milik kerabat jauh kita yang alhamdulilah masih menerima kami dengan baik.Saat ini tak perlu banyak yang khawatir karena mental aku juga sudah pulih, aku sudah gak banyak galau dan sedih setiap memikirkan apakah aku akan memiliki anak lagi atau tidak, toh setiap hari ada Nadine sama Clara yang selalu menemani aku saat mereka belajar di pondok, jadi meski ayah dan ibu mau kembali, its oke wae!"Kang, ini yakin dandanan aku udah bagus? Menor gak?" tanyaku sekali lagi buat meyakinkan Akang. Tapi entar sepuluh menit kemudian pasti nanya lagi."Ay, kamu itu cantik sudah. Jangan khawatir, tidak akan ada yang mengejek k
Aku digiring untuk lebih mendekat sama kumpulan istri-istri anggota komunitas Akang ini, dan di sana aku bertemu dengan macam-macam jenis ibu-ibu yang ada di muka bumi.Ada yang pakaiannya ribet, ada yang jilbabnya diliit-lilit, ada yang pakai gamis lebar selebar harapan orang tua, ada juga yang dandanannya ala ibu pejabat dengan lipstik merah merona, pokoknya aneh-aneh deh. Aku bergidik melihat mereka."Jadi maksud saya ngajak kamu ke sini itu untuk membicarakan program kita, komunitas mobil sport yang dijalani suami-suami kita itu harus punya manfaatnya."Aku belum paham apa yang dimaksud dengan ucapan perempuan ini."Maksud ibu apa ya, saya kurang paham!" sahutku lagi.Ibu dengan riasan menor itu menyela ucapan ibu yang memakai gamis lebar di sampingku."Jadi begini loh, kita itu setiap bulan ada namanya sedekah suka-suka dan hasil kumpulan uang itu akan diberikan ya kepada fakir miskin, panti jompo, panti Asuhan, dan sebagainya."Oh mulia sekali ya ternyata! Jadi yang dimaksud man
"Siapa sih perempuan itu? Kecentilan banget, mudah-mudahan yang dia maksud bukan seperti yang aku maksud juga ya, amit-amit deh." batinku.Syukurlah Akang sangat mengerti ketidaknyamanan aku berada di sini, dia pun setuju untuk pulang lebih cepat.Setelah aku pamit ke dokter Syakira dan memberikan hadiah untuk anaknya, kita berdua memutuskan untuk pulang.Ishh! Mau dipendam dalam hati juga gak bisa, soalnya jadi pertanyaan besar di dalam otakku. Apa memang benar sedekah itu gak perlu izin dari suami, meskipun mau nominalnya besar atau kecil?Karena ahlinya sudah ada di sampingku sendiri, maka kalau gak mau tersesat, aku harus buru-buru tanya sama dia"Ada apa sih, kok dari tadi cemberut terus? Ada hal yang bikin kamu gak nyaman di pesta tadi?" tanya Akang yang sepertinya bisa membaca raut wajah aku yang lagi bete.Aku mendesah kuat, "Iya memang ada hal yang mengganggu aku sejak tadi, Boleh nggak aku langsung diskusi sama Akang?""Ya boleh dong, emangnya ada apa kok, saya jadi kepo ya?
Pas aku lagi nyapu rumah, santri yang biasa menjaga gerbang kelihatan buru-buru nyamperin aku sambil membawa kotak berwarna coklat. Aku pikir sepertinya itu kotak kue karena ada lambang buah cherry merah di sana."Assalamualaikum Bu, tadi ada kurir kue datang dan memberikan ini, katanya untuk Ustadz Husein."Aku reflek bengong sejenak mikirin siapa kiranya manusia iseng yang ngasih kue untuk Akang. Masa Ustadzah Aisyah?"Dari siapa katanya?" Aku mengambil kue itu dari tangannya."Tadi dia tidak memberitahukan pengirimnya Bu, hanya bilang ini untuk ustadz Husein dan katanya suruh dimakan sendiri."Ini baru pagi-pagi loh ,jangan bikin tenaga aku terkuras untuk mikirin siapa yang ngasih kue ini. Lagian apa katanya? Di makan sendiri?"Ya sudah kalau begitu, terima kasih ya saya bawa kuenya ke sini!""Sama-sama Bu, saya juga permisi." Anak itu meninggalkan aku dan tak terlihat lagi. "Siapa sih yang ngasih?" Aku mulai bertanya-tanya.Berhubung Akang masih ada di kamar mandi, jadi aku saja
Arrrggg!! Asap keluar dari mana-mana, dari telinga dari kepala, dari mulut pokoknya cosplay jadi cerobong rumah deh!Dengan langkah yang berat, aku mendatangi Clara dan Nadine yang lagi istirahat di kantin. Seluruh santri memang lagi istirahat untuk lanjut pelajaran ke dua."Bau kebakaran loh Rey, kenapa sih?" Datang-datang, hanya Clara lah yang tahu bahwa aku lagi perang dengan isi pikiranku sendiri."Tau tuh, pagi-pagi mancing emosi aja deh. Ada yang nganter kue buat suami gue, isinya kue red velvet yang sering kita makan, kesukaannya dia. Dari siapa coba?" tanyaku terheran-heran. Mereka memandangku penuh tanda tanya."Mungkin dari jamaahnya kali Rey, yah namanya ustadz kondang yang lagi naik daun, banyak fansnya lah pasti!" ujar Nadine menyahut. Mulutnya sangat sibuk mengunyah makanan yang dia pesan. Dokter Ilham kalau tau kerjaannya Nadine cuma makan aja di sini, bakalan gak jadi married nanti."Iya, tapi tuh kayak ganggu gak sih. Dimakan ya sampai habis, by hamba Allah inisialnya
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G