Dua hari ini, aku kehilangan Akang. Iya maksudnya dia lebih sering itikaf di masjid, sampai larut malam. Kadang dini hari baru pulang, setelah itu tidur tanpa bisa aku ganggu.Sebelumnya dia sudah bilang kalau dia mau mencari jawaban yang terbaik, tolong kasih saya waktu.Tapi melihatnya berpikir sendirian itu menyakitkan sekali, sepertinya dia gak kunjung mencari jawaban? Bagaimana kalau akhirnya kita menghabiskan waktu seperti ini terus kalau pada akhirnya Akang tetap pergi?Seperti kata ibu, aku harus berkorban kalau mau mendapatkan sesuatu yang lebih besar, toh Akang juga bukan untuk bersenang-senang. Aku harus membantunya berpikir bahwa meninggalkan aku adalah pilihan yang terbaik.Ini sudah hampir jam enam pagi, setelah sholat subuh dia belum juga kembali ke kamar. Aku juga udah selesai sholat subuh, dan mengheningkan cipta di sisi kasur. Sedih awalnya, tapi aku gak boleh egois. Akang memang ditakdirkan pergi untuk kemaslahatan umat kenapa aku tahan-tahan?Pintu sedikit terbuka
Keputusan terakhir sudah dibuat, dan tiket pesawat Jakarta-Mesir juga sudah dipesan, dan ini dua hari menjelang keberangkatannya. Hari-hari kami yang kami lalui kemarin kerasa hambar banget, dihabiskan hanya untuk menjalani rutinitas sebagaimana layaknya pasangan suami istri. Aku pun sudah tidak masuk kelas mengajarnya karena kondisi kehamilanku ini. Aku sudah gak boleh banyak beraktivitas, hanya boleh tidur di tempat tidur, ke kamar mandi, sholat, terus tidur lagi. Gak boleh lama-lama berdiri, karena sekarang aku gampang kena kram. "Akang, Rey mau somay yang di depan pondok itu. Mau jus alpukat juga!" Well, mumpung Akang masih ada di sini, aku manfaatkan untuk bersikap manja padanya. Dia harus merasakan jadi sosok suami dan calon ayah yang mengurus masa ngidam istrinya.Tapi sejujurnya, banyak banget kekhawatiran yang ada di pikiran aku kalau membayangkan bagaimana kehidupan Akang di Kairo nanti. Apakah dia akan ketemu teman dekat seperti Aisyah lagi, atau tidak.Tapi aku selalu
Akhirnya, waktu terberat untuk kita berdua datang juga, hari ini Akang akan berangkat ke Kairo, Mesir. Dia mengambil penerbangan sore, jadi paginya kita masih punya waktu bersama, aku juga masih pengen menyiapkan sarapan terakhir kalinya sebelum kita LDR 3 tahun. Sedihnya, kenapa dari bangun tidur sampai jam delapan begini, gak ada percakapan yang berarti di antara kita berdua, kita lebih cendrung diam seperti dua orang asing yang kebetulan ada di satu ruangan bersama.Ibu juga lagi dalam perjalanan ke Jakarta, dan kita akan bertemu di bandara nanti. Aku sudah bilang semua ke Ayah dan Ibu tentang keputusan ini, dan mereka setuju. Sementara ibu di sini dulu, sampai waktunya aku melahirkan. Sedangkan Ayah tetap di Batam lalu akan mengajukan cuti nantinya.Perbedaan waktu sekitar enam jam seperti menjadi bukti nyata bahwa hubungan jarak jauh yang kami akan jalani terasa amat berat. Aku mencoba bertingkah sebiasa mungkin untuk menyiapkan teh hangat pagi miliknya kayak waktu dia mau pergi
Selama berumah tangga sama Akang, ada satu hal baru yang sudah aku pelajari lagi bahwa waktu adalah sesuatu yang aneh, kadang dia berjalan lambat pas kita menginginkannya untuk berlari. Tapi sebaliknya, dia berlari cepat di saat kita memintanya untuk berhenti.Sekarang kita berdua sudah sampai di parkiran bandara dan rupanya ibu udah nunggu kehadiran kita sejak tadi. Tapi aku masih beralasan macet di jalan supaya ada waktu perpisahan sama Akang lebih lama. Tapi semakin lama diam, yang ada diantara kita berdua tidak ada yang mau beranjak dari dalam mobil."Akang, nanti bisa ketinggalan pesawat loh, ayok keluar..." ajak aku. Dia masih diam, jadi aku berinisiatif buat membuka pintu mobilnya."Tunggu Ay, ada yang mau saya sampaikan." Dia spontan mencegahku dan akhirnya membuat aku kembali menutup pintu mobil dan memandang dia dengan penuh tanya. Dia mengambil tasnya di jol belakang terus ada kotak kecil di tangannya.Dia memberikan kotak itu buat aku "Selamat ulang tahun pernikahan yang
Aku mengantar Akang sampai pintu masuk, karena yang boleh melewati petugas hanya yang memiliki tiket. Astaghfirullah, air mataku gak bisa dibendung lagi, berjatuhan begitu saja tanpa aku suruh.Sedangkan Ibu mertuaku lebih memilih gak ikut sih, katanya sengaja karena dia gak mau sedih lagi dan membiarkan aku menikmati waktu lebih banyak sama Akang sebelum berpisah. Kalau ibuku, kemungkinan dia masih ada di atas dan sedang proses mendarat, kita akan bertemu di pintu kedatangan nantinya."Jangan nangis sayang, nanti saya kembali dan temani kamu saat mau melahirkan.""Iya, Rey udah paham, tapi tetap aja sedih! Jangan lihat cewek cantik ya, ingat istrinya di sini!""MasyaAllah, iya sayangku!"Aku meraih tangannya dan mencium punggung tangan itu, sedangkan Akang mencium keningku tanpa ragu meski di depan umum. "Assalamualaikum, nak.. Abi belajar dulu ya. Nanti Abi ketemu kalian lagi pas mendekati waktu louncing. Hidup dan berkembang lah yang baik, jangan manja-manja sama Uma, kasian yah.
Kring!! Kring!!Aku menghampiri ponsel yang ku letakkan tidak jauh dari keberadaan aku dam ternyata notifikasi panggilan itu berasal dari nomor Akang."Halo Akang!!" Baru angkat telepon dari dia aja, aku udah nangis."Salam dulu dong sayang, assalamualaikum saya sudah mendarat di bandara.""Maaf. Rey nunggu telepon dari Akang sejak tadi dan was-was kenapa belum ada juga. Jadi pas nama Akang muncul Rey antusias!" jawab aku menahan isak tangis. Aku bahagia setidaknya di belahan bumi yang lain, Akang masih hidup. Toh sama-sama bumi milik Allah kan?"MasyaAllah, saya bahagia ada yang menunggu kabar dari saya. Nanti saya hubungi lagi ya, mau mencari masjid dan tempat yang bisa disewa. Jangan lupa makan....""..... yang banyak, makan buah, makan vitamin dan susu hamilnya. Rey ingat semua!" Aku buru-buru menyela ucapannya sangking sering aku mendengar hal itu."Pintar kalau hafal, sudah dulu ya sayangku, wassalamu'alaikum.""Waalaikumsalam, hati-hati ya Akang."Alhamdulilah mendengar suaran
Sementara Akang pergi, pondok di pimpin oleh Paman Muhlil, atau adik kandung dari ibu mertua aku, karena tempat seorang pemimpin itu gak boleh kosong. Awalnya pondok terasa sepi dan banyak yang gak bersemangat setelah kepergian Bapak mertua lalu disusul Akang, tapi kita harus tetap melanjutkan hidup. Well, hari ini kita mau Go, walaupun aku sedikit kesusahan. Ucapan dokter Syakira waktu itu yang bilang umur kandungan lima bulan udah kayak sembilan bulan itu ternyata bener banget. Buat berdiri aja aku perlu dibantu sama ibu, karena perutnya gede banget.Alhamdulilah sejauh ini kondisi janinku baik-baik saja, mereka tumbuh dan berkembang sempurna sesuai kodratnya. Aku gak pernah lupa untuk selalu minum vitamin dan suplemen penambah darah supaya nutrisi tubuhku juga terjaga. Kalau aku sehat, mereka pun pasti sehat. Aku tetapkan bahwa ini adalah perjalanan jauh aku terakhir kalinya buat memenuhi undangan engagement Nadine dan dokter Ilham.Nadine sampai rela menunjang fasilitas demi sup
Usai acara pertunangan Nadine, aku di rumah memilih melakukan pelatihan ilmu komputer untuk diterapkan pada anak-anak santri. Rencananya, usul dari Paman Muhlil bahwa pesantren Al-Aqso akan dijadikan pondok modern yang mampu mengikuti perkembangan teknologi masa kini. Ditunjuk lah diriku untuk jadi gurunya.Memang sih, dari pada gak ada kegiatan atau melamun aja di kamar kan gak baik juga untuk tubuhku, lebih baik dipakai untuk menimba ilmu selagi menunggu kedatangan Akang, dua bulan lagi.Paman Muhlil memanggil guru IT yg memang ahlinya untuk belajarin aku semua hal tentang komputer maupun informatika. Ingsyallah, satu tahun aku sudah dapat sertifikat dan layak mengajar.Gak apa-apa lah, selagi bukan lari-lari dan panas-panasan, ingsyallah aku baik-baik aja.Oh iya, Nadine lagi berbakti sama bapaknya tuh, dia memilih kembali ke rumahnya dan mengurus bapaknya sampai menikah. Aku awalnya usul ke dia supaya menikah setelah aku melahirkan, aku bisa datang tanpa membawa perut yang semaki
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G