"Itu dia ustadz Husein datang," kata salah seorang ustadz yang turut hadir memeriahkan acara penutupan ini ketika melihat saya telah keluar dari lift dan berjalan di antara lalu lalang manusia lainnya."Assalamualaikum ustadz Haikal, apa kabar?" Saya meraih tangannya dan mencium tangan alim ulama itu untuk kebarokahan ilmunya."Alhamdulillah ana baik, mana bapak dan ibu? Belum sampai?" tanyanya lagi."Belum Ustadz, mungkin sedikit telat karena seperti yang kita tahu bahwa perjalanan dari bandung ke Jakarta selalu macet. Doakan saja beliau selamat sampai di sini ustadz." Kami bercengkrama, saling mengobrol dan berbagi ilmu yang belum saya dapatkan sama sekali. Rasanya senang jika berkumpul dengan para kiayi dan alim ulama, lisan yang mereka gunakan untuk berbicara selalu saja ada manfaat ilmunya. Saya simpan setiap ilmu yang mereka sisipkan dalam setiap kata-katanya."Oh ya ustadz, istrinya ikut? Kok belum kelihatan?" Salah seorang kiayi bertanya demikian pada saya."Ada ustadz, dia i
Begitu dapat informasi dari teman Reynata, saya meminta ridho pada ibu dan bapak untuk segera mencarinya ke alamat tersebut.Sejatinya, ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, dan murkanya Allah ada pada kemurkaan orang tua.Hendaklah ta'at dan patuh pada perintah orang tua selama orang tua kita masih menuntun dalam jalan kebaikan. Dengan doa restunya, saya berangkat malam ini juga ke daerah Cluster Grandcity tempat di mana kemungkinan Reza membawa istri saya."Ustadz, hati-hati ya. Ingsyallah istrinya masih dalam lindungan Allah. Jangan menyetir dalam keadaan emosi, berdzikir dan terus mengingat Allah."Saya dihentikan sejenak di depan pintu oleh ustadzah Aisyah yang nampaknya sudah paham situasi apa yang telah terjadi."Baik, terima kasih ustadzah atas do'anya. Mohon terus berdoa semoga istri saya bisa segera ditemukan. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Meminta doa itu pada siapapun, karena kita tidak tahu aamiin mana yang Allah dengar.Terakhir, saya pun langsung berjalan kel
Namun kali ini berbeda, pesannya mampu menggetarkan hati saya. Siapa dia? Buat apa dia bertanya seperti itu? Memang saya tidak pernah berkeinginan untuk berkencan tanpa kepastian pernikahan, karena itu adalah dosa besar.Selama saya kuliah di Kairo Mesir, saya habiskan waktu untuk belajar dan belajar. Tidak ada waktu luang dipakai untuk hura-hura apalagi berkencan. Dengan wanita pun hanya sebatas belajar di kampus."Bismillah, untuk saat ini tidak ada Mba Aisyah."Saya balas seadanya, sejujurnya, tanpa berharap apapun."Alhamdulillah kalau tidak ada. Selamat malam kalau begitu, selamat beristirahat dan semoga Allah memudahkan segala urusan kakak. Wassalamu'alaikum."Dan terakhir, pesan itulah yang saya terima.Allahuakbar, segala puji bagi Allah yang telah menetapkan perasaan antara pasangan pria dan wanita. Saya tidak berpikir lebih atas pesan itu, banyak maksud yang tersirat, dan cukup Allah juga hamba-nya lah yang tahu. Wallahu'a'lam.Tapi...Maha besar Allah yang memberi karunia
Saya menginjakan rem tepat di depan sebuah gardu tempat masuk ke sebuah Cluster yang cukup terkenal di wilayah kuningan, tepat seperti apa yang di terangkan oleh Clara. Bismillahitawaqaltu 'alallah, lahaulawalaquwwata illabillahil'aliyil'adzim. Ya Allah, saya serahkan segalanya pada Allah, Tuhan maha pemilik segala apapun yang ada di muka bumi ini. Dengan dzikir, saya segera turun dari mobil dengan perasaan bingung, marah, sekaligus merasa bersalah. Saya berjalan mendatangi satpam yang bertugas di pos. "Selamat malam Pak, ada yang bisa saya bantu?" Seorang satpam berdiri menghampiri saya ketika dilihatnya berjalan ke arah pos."Maaf, saya mau bertemu dengan pemilik salah satu cluster di sini, namanya Reza. Mungkin satu jam yang lalu telah masuk ke dalam dengan mobilnya," ungkap saya."Oh maaf, kami tidak bisa mengungkap identitas pemilik cluster Pak. Silakan hubungi orangnya terlebih dulu, setelah diizinkan bapak bisa konfirmasi ke saya, baru saya bukakan portalnya," terang satp
"Terus, si Om Yusuf ini ternyata dipindah tugaskan oleh atasannya ke Jakarta, dan setelah kami berpisah di hari itu, kami sudah tak ada komunikasi dan beberapa tahun terakhir ini beliau sering datang dengan istrinya saat hari raya idul Fitri. Namun sepertinya, hari ini, beliau datang dengan maksud yang lain selain silaturahmi, yakni ingin meneruskan ucapan kami dulu tentang perjodohan kalian.""Biar saya saja yang jelaskan Kang, supaya anakmu semakin paham maksud saya," sela Om Yusuf memotong segmen saat bapak berbicara."Oh iya silakan Kang, saya lebih senang juga kalau begitu."Saya pun kini berhadapan dengan Om Yusuf, dan bersiap untuk mendengarkan segala penjelasannya dengan seksama seperti apa dari maksud dan tujuannya. Jika ini tentang perjodohan, maka nantinya saya berhak menerima atau menolak."Begini nak Husein, entah saya mau mulai menjelaskan dari mana ya, saya juga bingung. Jadi suatu hari, saya telah ditipu oleh rekan kerja saya tentang investasi yang sejatinya itu bohon
Om Yusuf pun pamit pulang. Menghaturkan rasa terima kasih yang besar kepada saya atas pertimbangan keinginannya. Yah, semua manusia pasti cuma bisa bisa berharap, hakekatnya tetap Allah yang mentakdirkan segala jodoh, rezeki dan maut seseorang.Lalu bagaimana pendapat orang tua saya? "Gimana Sein, kamu setuju dengan perjodohan yang dilakukan oleh kami?" tanya bapak ketika kami sudah mengumpul bertiga di ruang keluarga. Di sini juga sudah ada ibu yang tadi tidak ikut mengumpul bersama kami."Ibu tidak setuju ya Pak, orang kok tiba-tiba nongol langsung minta nikah sama anak kita, ya ibu gak setuju lah. Lagian ibu sudah niat mau menikahkan Husein dengan Aisyah yang jelas-jelas sudah kita ketahui latar belakangnya," sahut ibu yang ku tangkap dari ucapannya beliau tidak menyetujui perjodohan kami."Kalau begitu, kenapa tidak dari kemarin-kemarin ibu melamarkan Husein pada keluarga Aisyah? Padahal mereka udah kenal lebih dari dua tahun katanya?" "Ya itu karena..." Ibu hampir saja kehilang
Saya berdoa dan berharap ada sedikit petunjuk dari Allah untuk saya jadikan landasan dalam keputusan saya. Tak ketinggalan, saya juga mengambil kitab suci Al-Qur'an, dan saya buka sebuah surah di tengah-tengah halaman. Diawali dengan bismillah, saya baca dua halaman itu sampai selesai. Lalu lihatlah, apakah di setiap bait ayat tersebut banyak mengandung huruf (Kha) Yang artinya khoir (baik) atau tidak. Kalau iya, maka ingsyallah yang diniatkan itu berarti baik. Kemudian saya membacanya, dan dari dua halaman itu saya tahu jawaban yang tepat. Namun lama kelamaan duduk berdzikir, saya merasa sangat mengantuk dan akhirnya lebih memilih untuk memejamkan mata sebentar dengan posisi masih ada di atas sajadah ini, saya meringkuk lalu setelahnya tidak ingat apa-apa lagi.**"Gimana, sudah dapat keputusan dari sholat istikharah kamu Sein?" tanya bapak di ruang tamu kami.Saat ini, saya, bapak, dan ibu kembali berdiskusi bertiga untuk mengetahui hasil dari sholat istikharah yang saya lakukan
Tok tok!!"Iya silakan masuk!" Begitu menadahkan kepala, saya melihat Mba Aisyah telah masuk di ruangan saya. Saat ini selain berdakwah, saya juga merangkap sebagai guru mengajar santri dan santriwati untuk mata pelajaran fiqih. Lalu, saya juga ditunjuk sebagai sekertaris pondok oleh bapak untuk turut membantu beliau membangun pondok ini. Ada juga Om Muhlil, yakni adik kandung dari ibu yang juga mengajar untuk mata pelajaran nahwu shorof, sedangkan bapak anak tunggal. Jadi, yang selalu diamanatkan untuk meneruskan pondok ini adalah saya, semoga Allah selalu memberikan kesehatan untuk kami semua, sehingga mampu menjaga amanah kepada ratusan santri yang belajar di pondok Al-Aqso ini."Iya ustadzah, ada apa?" tanya saya kembali."Ini, saya dapat amanah dari ustadzah Hanif untuk memberikan proposal bagi kegiatan hari santri nanti ustadz. Soalnya beliau cuti satu bulan untuk pergi ke Kalimantan Timur karena putrinya melahirkan, tapi proposal ini harus segera ditinjau agar jika ada yang
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G