Sehabis saya pulang dari kegiatan ceramah, saya tak sengaja melintas di daerah alun-alun kota Bandung, dan saat ini sudah pukul sembilan malam.Saya lebih suka menyetir sendiri ketimbang disupiri oleh orang lain. Rasanya, saya bukan orang yang begitu penting sampai harus memakai jasa supir. Jadi selain itu, berkendara sendiri juga lebih nyaman dan hening. Di alun-alun itu saya tak sengaja melihat seorang bapak-bapak yang sedang berlutut di depan dua orang berseragam jas. Awalnya saya tetap melintas begitu saya dan tidak mau terlalu mengurus masalah orang lain.Namun, entah kenapa saya tiba-tiba menginjak rem dan berhenti seketika lalu memperhatikan tubuh dari laki-laki yang berlutut itu.Semakin diamati, semakin saya percaya bahwa itu adalah Om Yusuf. Ya benar, laki-laki yang datang di hari itu untuk kemudian berniat menikahkan saya dengan anak gadisnya.Karena saya kenal, maka saya pun langsung pasang badan untuk melindungi Om Yusuf paling depan."Heh siapa kalian?" teriak saya keti
"Nak Husein, kenapa kamu bayar hutang saya? Lalu bagaimana saya membayar itu? Tolong beri saya waktu ya, saya pasti akan membayar semua itu," ujar Om Yusuf ketika kami berdua sedang duduk di sebuah bangku taman tak jauh dari peristiwa penggerebekan tadi.Kalimat Om Yusuf yang saya petik adalah bagian 'saya pasti akan membayar semua uang itu' yang artinya beliau mengganggap yang saya beri tadi adalah hutang. Padahal yang namanya hutang adalah perjanjian atau akad yang dilakukan dua orang atau lebih perihal sesuatu yang dipinjam, baik berupa uang maupun benda. Dalam syar'iat hukum islam membayar hutang adalah wajib hukumnya. Sedangkan yang saya lakukan untuk Om Yusuf tadi bukanlah akad hutang piutang, melainkan saya berniat sedekah dengan melunasi tanggungan seseorang yang belum bisa dia selesaikan. Maka Om Yusuf tidak berkewajiban untuk membayar dana tersebut. "Sebelumnya saya meminta maaf jika saya lancang, namun saya tidak memiliki maksud lain. Saya bukan meminjamkan uang pada Om,
Bismillahitawaqaltu Alallah. Saya mulai mengemudikan mobil ketika telah selesai menyebar undangan ke teman-teman saya seusai menunaikan dakwah di desa Ragarcari Bandung. Mereka selalu hadir di mana saya melakukan ceramah. Alhamdulillah diberikan kawan-kawan yang sama-sama mencintai agama islam merupakan suatu rezeki juga.Tapi tak lama, saya dengar grup WhatsApp saya tiba-tiba ramai pesan dari kawanan komunitas. Saya bisa baca sekilas karena saya menaruh handphone dalam ring dashboard mobil."MasyaAllah, serius akhi? Sabtu depan? Kenapa secepat itu undangannya?""Mendadak sekali!""Ustadz sudah dijodohkan sejak lama ya?""Kawan kita sudah ada yang sold out?""Ada yang penasaran gak sama calonnya?"Hehe, ada-ada saja mereka. Mendapat kabar tentang pernikahan saya begitu bersemangat. Kemudian untuk menghindari kecelakaan, saya mengunci telepon dan fokus ke jalan raya. Desa ini adalah yang pertama kali saya lewati, dan di depan sana saya melihat ada kerumunan orang-orang yang sedang men
Point Of view penulis kembalikan lagi ke Reynata Adizti karena apa yang ingin diketahui dari Husein sudah selesai kita baca.~~~Reza berhasil mendaratkan dua kali tamparan di pipi aku dengan keras, kalau sekarang bisa ngaca mungkin muka ini udah kayak habis dikasih blash on yang warna merah merona.Tangan diikat, kaki diikat udah gak bisa berontak sedikit pun.Aku gak masalah kalau di tampar begini, asalkan gak dilecehkan aja di daerah tertentu. Aku berdoa semoga Tuhan menjaga tangan dan nafsu Reza.Ini semua salah aku. Aku bohong sama Husein, aku berselingkuh di belakangnya. Aku gak buru-buru menyudahi hubungan aku dengan laki-laki brengsek ini, sampai-sampai Allah menghukum aku gak tanggung."Heh Rey, pacar aku! Lo itu udah jadi milik Gue tiga tahun, dan sekarang lo tiba-tiba nikah? Lo lebih milih dia? Terus harga diri gue di mana, bangs*t!!"Dia menyeruakkan kata-kata itu dengan membentak serius, bola matanya hampir aja mencelat ke bawah."Gue dijodohin ba*ngke! Gue gak niat nikah
Kalau saja aku bisa memutar waktu, aku mau bilang sejujurnya tentang siapa Reza, dan hubungan kita. Tapi, Allah lebih memilih hukuman ini untuk membersihkan perbuatan aku.***"Pukul dia Ra! Lo jangan mau kalah sama si jalang itu!" seruku ke sahabat tercinta. Mereka udah berguling-guling di lantai, bagai petarung dunia.Sementara, di dekatku Husein masih saling adu jotos bersama Reza, tapi aku melihat Suamiku lebih unggul, sampai-sampai wajah Reza udah gak bisa dikenali lagi. Berlumuran darah, membiru, dan melembam.Aku harus menghentikan dia, aku nggak boleh buat Husein berbuat dosa."Berhenti Mas, kamu sudah cukup memberinya pelajaran, aku selamat dan kamu selamat. Sudah ya." Awalnya Husein tak peduli, dia masih menghajar wajah Reza."Sayang udah, aku pengen peluk kamu Mas,"Hingga akhirnya kata-kataku barusan perlahan mebuat ayunan pukulan dari Husein mulai melemah, dan dia sudah memberikan nafas yang tersengal-sengal.Sedangkan Reza? Iya dia sudah tergeletak lemas tak berdaya di l
Beberapa saat lalu, aku, Mas Husein dan Clara udah tiba di kantor polisi.Kita gak mau menunda waktu lebih banyak buat memberikan keterangan ke pihak berwajib.Selama aku berbicara dengan lancar, luka-luka udah diobati dengan benar, maka keterangan aku dikatakan sah."Jadi saudari Reynata Adizti, tolong diceritakan kronologi yang telah terjadi antara anda dan pelaku hingga anda diculik dan bisa tiba di cluster Grandcity," ucap polisi yang tadi menemui kami di rumahnya Reza.Aku menelan ludah berkali-kali ketika mengumpulkan segala keberanian. Sekilas aku melirik ke arah Husein beberapa detik, karena sebentar lagi dia akan mendengar pengakuan aku yang mungkin bakalan melukai hatinya.Ku tatap perban yang menyelimuti jari-jari tangannya setelah dia gunakan untuk melumpuhkan musuhku, "Ya Tuhan, betapa bersalahnya aku pada laki-laki baik hati itu." "Mba Reynata?"Polisi itu mengulang pertanyaan nya, dan memecahkan lamunanku. Setelah aku siap, lalu aku pun menceritakan semua runtutan per
"Waalaikumsalam, iya bu Rey sudah sama saya. Ibu menginap saja di hotel, biar saya dan Reynata langsung pulang ke Bandung."'Hah? Apa dia gak salah? Ini tengah malam! Bagaimana bisa dia mengemudi dua jam ke Bandung dalam kondisi lemah seperti ini?'Dia meraih tangan aku dan membawaku masuk ke dalam mobil."Mas? Mas benar mau langsung pulang ke Bandung? Ini tengah malam loh Mas, pasti badan kamu juga lelah semua. Kita cari penginapan aja yuk, kita istirahat dulu!"Namun dia tidak menggubris ucapan aku. Dia membuka pintu mobil dan menunggu aku untuk segera masuk ke dalamnya.Huft, jadinya tidak ada pilihan lain, selain aku langsung nurut dan duduk di kursi depan.Tapi sekali lagi, demi keselamatan kita aku mengajaknya untuk beristirahat malam ini. "Mas, kamu gak lelah? Mengemudi dalam keadaan lelah bahaya loh Mas," kataku."Tidak! Kalau saya lelah, saya tidak akan mengajak kamu pulang ke Bandung."Duh, rasanya sakit banget ketika bicara tapi gak ditatap sama sekali. Dia marah banget sam
"Mas, maafkan aku ya. Aku salah, aku berbohong dan bikin hati Mas sakit. Aku mohon maafkan aku."Aku menurunkan ego, membuang rasa sakit akibat pernikahan ini, aku mengubah Reynata yang penuh dosa menjadi Reynata yang bersyukur memiliki laki-laki seperti Husein.Dia tiba-tiba menarik lengannya sebelum aku lepas. "Dia gak mau memaafkan aku?" Saat itu juga, rasanya aku gak bisa bernapas dengan benar ketika Husein menarik pergelangan tangannya dari genggaman aku.Ku rasa kali ini dia benar-benar marah dan sulit buat memaafkan aku. Aku menatapnya walau pandangan mata aku udah buram akibat air mata, tapi sedetik berikutnya dia menarik tubuh aku dan menenggelamkan dalam pelukannya yang begitu erat. Di situlah aku menangis sejadi-jadinya. "Aku selalu salah menilai Husein, dia tidak seburuk jalan pikiranku," bisikku dalam hati.Dia masih tidak berbicara walau tangannya tak berhenti mengelus rambutku. Mungkin dia lagi nunggu aku selesai nangis, karena aku berada dalam keadaan sangat histe
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G