POV 3.Waktu terus membawa semua hal berlalu, seperti air pasang yang tidak menunggu siapapun, lalu dengan dahsyatnya ia menghantam apapun yang ada di hadapannya tanpa perlu memilah.Memangnya siapa yang tahu ke mana perginya waktu itu? Berlalu begitu saja tanpa pamit, labih parahnya lagi waktu yang sudah hilang itu tidak akan pernah ditemukan lagi.****Double Zul yang ketika ditinggalkan kemarin hanya bisa menangis di dalam bedongnya, sekarang mereka sudah tumbuh besar, menjadi si aktif yang berlarian ke mana-mana.Si aktif dan si pintar itu selalu melukis kenangan indah setiap harinya, membuat gemas semua orang yang melihatnya, kadang Umanya pun angkat tangan. Uma hanya mampu menghela napas, pura-pura gak lihat kekacauan itu supaya bisa melanjutkan aktifitasnya lagi. Tapi, memangnya siapa yang mau marah pada tingkah manusia tak berdosa itu? "Zulfikar!!! Uma bilang jangan corat-coret di dinding loh. Ini juga, kenapa adiknya dikerjain terus? Kasihan tuh jadinya nangis!!""Zulaikha
Reynata sambil membawa tas laptopnya, berjalan di koridor pondok dan membalas sapa setiap murid yang ia temui. Perempuan itu juga sudah berdamai dengan masa lalu suaminya dan kini justru semakin akrab dengan ustadzah Aisyah. Sebentar lagi Aisyah akan dipersunting oleh seorang polisi yang mengaguminya dalam sebuah event pesantren tahun lalu. Mereka akhirnya menjadi bestie, atau sohib baik dan menjadi support sistem satu sama lain."Selamat pagi ustadzah Reynata, cantik sekali pagi ini," sapa ustadzah Aisyah saat berpapasan di pintu ruangan kelas."Pagi, Ustadzah Aisyah. Cantik dari mana? Mandi aja buru-buru karena harus kejar-kejaran dulu sama dua bocil. Ada kelas hari ini?""Tidak, hanya mengabsen kelas ustadz Malik yang izin, dan membagikan tugas.""Oh baiklah. Saya masuk kelas duluan ya, udah telat banget!" kata Reynata dan segera meninggalkan ustadzah Aisyah di tempat. Memang betul, dia sudah sangat telat masuk ke kelas.Seluruh murid terlihat sedang duduk dengan khidmat di depan
Alhamdulilah wasyukurillah, keluarga kecil ustadz Husein udah berkumpul lagi. Saatnya dia menikmati waktu berharga yang sudah terlewatkan selama tiga tahun lamanya sebagai anak, suami, sekaligus ayah.Tadi Akang sempet cerita katanya dia agak sedikit kecewa karena Zulfi tidak mengenali wajah bapaknya.Mau kasian tapi ya gimana? Mungkin ketika liat langsung bisa aja, lupa. Cckk!"Tidak apa-apa Sein, itu hal biasa dan anggap aja sebagai kelucuan semata, yang penting keluarga harmonis kita itu bersama lagi tanpa adanya jarak yang jauh," timpal ibu mertuaku di meja makan ini. Kalau ibuku udah pulang dari anak-anak berumur 2,5 tahun, karena kasian Ayah sendirian terus di Batam.Toh anak-anak juga sudah tidak merepotkan seperti dulu, jadi ditinggal pun gak masalah."Makanya, jangan lama-lama ninggalin kita. Untung masih bilang makasih, coba tadi Zulfi lari sambil nangis, tambah nyesek pastinya!" Aku meledek dia, sedangkan Akang menunduk menahan sedih dicampur tawa."Ibu bahagia deh, melihat
Mimpi gak sih? Mimpi kayaknya?Masa iya aku udah melakukan hubungan ini lagi, padahal yang aku ingat adalah pas Akang pamit mau pergi ke Kairo. Ternyata kalau sudah ada di depan mata, aku baru bisa bilang bahwa waktu memang berputar sangat cepat.Dia memelukku, menghujani aku dengan kecupan di manapun matanya memandang. Sampai-sampai kayaknya aku harus pakai jilbab terus tiap hari, merah di leher bakalan bikin malu ibu mertua kalau ketahuan.Lagian tiga tahun enggak jumpa, serasa pengantin baru sih! Begitu hot, dan lincah. Apalagi dia!"Akang? Enak gak? Maaf ya, kalau misalkan tempatnya gak sesempit dulu."Gak tau kenapa, pengen aja ngomong begitu tanpa ada maksud apa-apa."Apa sih? Kamu itu ngomong apa? Mau tempatnya lebar satu meter pun, tetap enak untuk saya."Aku gak kuat tahan tawa dan langsung membayangkan, ketika dia bilang satu meter."Lagian ada-ada aja deh, kan saya juga yang membuat tempat itu jadi lebar. Sama kepala bocah dua itu!" timpal dia, mencubit pipiku."Ya siapa ta
Kita sudah dalam perjalanan menuju ke sebuah butik yang menyediakan baju senada. Tidak perlu dengan model yang mirip, yang penting warnanya sama. Baju itu untukku, Ibu mertua, Zulfikar dan Zulaikha, Retno yang menjaga si kembar, dan terakhir untuk paman Muhlil. Aku sudah tanya orang tuaku kemarin, apakah mau ke Bandung atau tidak untuk menghadiri acara menantunya. Tapi kata ibu tidak usah saja, karena Ayah lagi sakit di Batam. Syafakallah untuk Ayahku, semoga sakitnya bisa menghapus dosa-dosanya.Oh iya berhubung lagi singgung Paman, apa aku tanya aja ya ke dia, apa yang akan dia lakukan setelah ini. Barangkali dia sudah menyusun rencana ke depan dan nanti kita diskusikan bersama."Akang, Rey boleh tahu enggak. Ini kan Akang sudah selesai kuliah dan kembali ke pondok. Setelah itu, Akang mau melakukan apa?"Gak ada salahnya kan bertanya?"Hmm, saya sih sudah memikirkan ini dari jauh-jauh hari," jawab Akang yang terlihat seperti berpikir ulang."Apa masih tetap mau ceramah, atau full d
Alhamdulilah, aku melihat penampilan suamiku yang luar biasa. Memakai jubah toga berwarna hitam dengan paduan list gold membuat dia kelihatan lebih ganteng.Salah satu impian aku banget, pengen bisa difoto bareng pasangan di hari wisudanya, dan ternyata impian itu terjadi dengan suami sendiri.Sedangkan kita, memakai baju berwarna hijau mint yang pas untuk tubuh kita masing-masing. Aku memasangkan baju untuk Zulaikha, MasyaAllah dia sangat cantik sekali. Ditambah jilbab anak kecil itu juga membuat pipi bakpaonya makin kelihatan.Sedangkan Zulfikar, dia kelihatan gagah banget seperti Abinya. Topi bayi itu sangat terlihat modis di kepala kecilnya.Aku bahagia banget hari ini.Kita berangkat pagi-pagi pukul enam, karena untuk menghindari macet. Beruntung ada Retno yang setia diajak berpergian ke mana pun, tanpa mengeluh. Di mobil, anak-anak kembali terlelap.Auditorium Andalus sudah di penuhi para wisudawan yang akan mengikuti prosesi Wisuda dan Penghargaan mahasiswa berprestasi lulusan
“Seseorang di uji menurut kadar agamanya. Kalau agamanya tipis (lemah), dia di uji dengan sesuai itu (ringan). Dan bila imannya kukuh, dia di uji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.” (HR. Bukhari).Aku pernah dengar kajian ceramah dari salah satu ustadz, selagi Akang di Mesir, yaitu 'cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang shalih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar' apa iya? Bisakah dalam hal ini, aku nego ya Allah? Aku mau jadi hamba yang biasa-biasa saja, jadi aku mohon ringankan ujian dalam rumah tangga kami.Bagaimana bisa Ya Allah, seberat ini ujian kami?Aku nangis, sambil mengejar Akang yang dibawa paksa oleh dua polisi itu, tangannya sudah diborgol sampai dia tidak bisa berontak sama sekali."Pak tunggu sebentar, izinkan saya berbicara sama suami saya dulu. Main ambil paksa aja, memangnya suami saya teroris? Baru terduga Pak!" Aku men
Situasi pondok mulai gaduh, para guru yang bermukim sebisa mungkin mengerahkan tenaga untuk menenangkan mereka. Saat ini, kebanyakan dari mereka adalah santri yang baru masuk,. otomatis rasa kepercayaan mereka terhadap guru baru itu juga seketika langsung memudar.Aku gak bisa membungkam mulut mereka dan ngasih ceramah bahwa ustadz Husein adalah orang yang baik, kalau dasarnya ragu ya ragu.Aku pasrah, dan sementara gak urus masalah santri-santri itu. Saat ini yang harus aku utamakan adalah pembuktian bahwa Akang tidak bersalah."Ustadzah, Retno, tolong ya tenangkan mereka. Beri saja sangsi kalau tidak mau tenang, saya mau telepon pengacara dulu.""Siap Mba Rey, Retno mode galak bakal membungkam mulut mereka!" sahut Retno padaku."Yang sabar ya Rey, cara Allah meninggikan derajat hambanya memang sangat pedih, tapi ingsyallah jika ujian ini terlewati, maka Allah akan semakin menyayangi kalian berdua."Sebelum aku masuk kamar, aku memeluk tubuh Aisyah dulu, karena kata-katanya mampu men
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G