Share

08. Undangan Mantan Suami

Penulis: Diosa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 09:00:40

Mario mendekati sang istri dengan pandangan cemas. Ketika sadar wajah wanita itu murung, dia jadi ikutan sedih.

"Sayang ..." pria itu meraih telapak tangan Vena, "kamu nggak apa-apa?"

"Enggak apa-apa, kok."

"Tolong jangan diambil hati omongan Tante barusan. Walau suka ngomel, Tante sebenarnya baik. Tante agak sensitif ke orang baru soalnya pernah ketipu. Kita belum lama kenal terus langsung memutuskan menikah, jadinya curiga mulu ke kamu."

”Tapi, Tante Ruth benar, nikah sama janda itu bawa banyak masalah buat kamu."

"Kita sudah nikah, masalah kamu itu masalahku juga. Terserah orang-orang mau ngomong apa, yang menjalani hidup rumah tangga ini 'kan kita."

Rasa tenang nan haru menyelimuti diri Vena. Dia menatap kedua mata Mario dalam-dalam. Setelah menguatkan diri, dia berani bertanya, ”kamu kenapa mau nikah sama aku? Karena ayah? Apa ini balas budi? Kamu kasihan soalnya sekarang aku nggak punya siapa-siapa?"

"Kamu dengar itu dari Tante?"

"Tolong jawab."

Mario mengecup punggung tangan Vena dengan romantis. Dia kemudian tersenyum manis saat mengatakan, "kalau kamu anggap aku nikah sama kamu buat balas budi, berarti kamu menghina perasaanku, Sayang. Kebetulan saja kamu anaknya mendiang Pak Wildan. Sekalipun bukan, aku tetap bakalan nikah sama kamu. Kamu 'kan sudah tahu, aku cinta sama kamu sejak pandangan pertama, nggak ada hubungan sama balas budi apalagi kasihan."

"Beneran?"

"Mau kamu anak pemulung, anak raja, anak presiden, anak preman, anak orang gila pun— aku bakalan tetap cinta sama kamu. Mau gimana lagi perasaan nggak bisa diubah. Aku paling suka melihat mata kamu ... cantik banget."

Vena tersipu. Suasana hatinya menjadi gembira lagi. Dia tersenyum lebar mendengar omongan sang suami. "Gombal."

"Sudah puas belum sama jawabanku? Atau perlu aku buktikan seberapa bucinnya aku? Kamu mau aku ngapain? Jadi tokek?”

"Nggak, nggak." Vena tertawa pelan. "Aku puas sama jawaban kamu."

Hati Mario kembali damai. Dia ikut tersenyum, lalu membahas hal lain, "oh iya, mumpung Minggu depan aku nggak ada rapat lagi, gimana kalau kita ke villa, Sayang? Lumayan 'kan akhir pekan kita berduaan di tempat romantis, anggap aja honeymoon kedua."

“Padahal kita baru pulang honeymoon, kamu mau lagi? Katanya sibuk mau ada peresmian villa di Bali?"

"Nah itu dia maksudku, kerja sekalian honeymoon. Itu Villa yang aku maksud, sebelum disewakan ke publik, kita harus mencoba ranjangnya."

Sekalipun malu, tapi Vena tetap tergelak. Dia mencubit pipi sang suami, lalu menggodanya, "dasar kamu, Suami Nakal."

Kemesraan mereka terganggu oleh bunyi dering panggilan ponsel Vena yang ada di tas jinjingnya.

Nomer tidak dikenal.

Penasaran, Vena menerima panggilan tersebut. Kedua matanya terbelalak begitu mendengar suara pria yang tak asing.

Dia kaget. "Dani? Kenapa kamu menelponku? Dari mana kamu tahu nomer telponku?“

Mendengar nama mantan suami disebut, otot wajah Mario menjadi tegang kembali.

Di balik sambungan telepon, Daniel berkata, ”nggak penting aku dapat nomer dari mana, aku cuma mau mengabari kalau lusa ada acara syukuran kehamilan istriku di rumah kami."

Vena menjawab, "terus kenapa ngomong sama aku?"

"Tadi aku sama keluargaku sudah buat masalah tadi di hotel suami kamu yang mewah itu, jadi anggap saja undangan syukuran ini sebagai permintaan maaf. Kami akan menjamu kalian dengan baik."

”Makasih buat undangannya, tapi kami nggak bakalan datang. Tolong hapus nomerku, jangan hubungi aku lagi."

"Kamu nggak usah sombong, sok banget nggak mau datang? Gara-gara nikah sama milyader, jadi sombong sekarang?"

"Kenapa jadi melantur begini omongan kamu?"

"Intinya jangan besar kepala dulu, Vena. Aku undang kamu itu juga sekalian mau bicara tentang biaya pengobatan sama pemakaman anak kamu. Kamu nggak lupa 'kan kalau aku semua yang bayar? Berhubung kamu sudah nikah sama milyader, kamu harus kembalikan uangku. Itu aku anggap hutang."

"Tega banget kamu anggap biaya pemakaman anak kita sebagai hutang?"

"Jangan terus-terusan menganggap aku yang jahat. Aku sudah bilang cuma mau anak laki-laki, bukan anak perempuan cacat.“

"Kamu memang jahat, Dani. Kamu nggak pantas jadi orangtua."

"Ngomong itu di depan cermin sana, lihat siapa yang nggak bisa jadi orangtua? Kamu atau aku? Aku sudah hampir jadi orang tua. Kamu? Kamu hamil saja susah. Kasihan itu suami baru kamu, terjebak sama wanita penyakitan, nggak bakalan punya keturunan."

Sindiran menyakitkan tersebut semakin melukai hati Vena. Dia tak bisa menjawab.

Daniel berkata lagi, "yaudahlah, nggak usah banyak bicara, tujuanku telpon bukan buat berdebat. Kalau kamu datang, sekalian juga bawa sisa-sisa barang sama dokumen anak kamu. Kalau enggak mau datang, ya sudah, aku bakar semua."

Ketika ingin menjawab, ponsel Vena keburu disambar oleh Mario.

Pria itu samar-samar bisa mendengar perkataan keras nan kejam Daniel. Dia menjawab di telepon, "tenang, saya yang akan datang."

Tanpa menunggu jawaban, panggilan itu pun diakhiri, lalu ponselnya diserahkan lagi ke tangan Vena.

"Kamu lepas SIM-card kamu, terus buang, besok aku belikan lagi. Aku nggak mau pria narsis itu telpon kamu lagi. Bisa saja dia mulai ganggu kamu gara-gara kita hina di hotel tadi," katanya.

"Iya."

"Lusa 'kan dia minta kamu datang? Ngomong tentang hutang biaya pemakaman?"

"Iya, tapi lebih baik kita nggak usah datang."

"Bukan kita, yang datang itu aku, kamu di rumah saja. Lusa, aku akan mampir ke sana setelah selesai rapat."

"Jangan, lebih baik transfer uang saja sama suruh orang buat ambil barang."

"Aku yakin dia mau kita datang soalnya ego-nya tersakiti tadi. Kalau nolak datang, nanti dia akan terus-terusan neror. Daripada kamu diganggu terus, mending aku datangi saja. Aku siap berdebat seharian dengan mereka semua."

Vena cemas kalau suaminya pergi sendiri. Dia takkan bisa meyakinkan Mario kalau sudah terlanjur kesal begini. "Kalau gitu aku datang sama kamu."

"Nggak usah, Sayang, kamu pasti jadi bahan hinaan lagi nanti."

"Sebenarnya sih sudah biasa, tapi seperti kata Tante Ruth, aku harus bersikap sebagaimana seorang Nyonya. Jadi, aku nggak boleh harga diriku diinjak terus oleh siapapun. Aku nggak mau kamu dipermalukan. Ini sudah cukup, mereka keterlaluan."

Bibir Mario mengembangkan senyuman manis. Dia dipenuhi oleh perasaan puas.

"Lagian ..." Vena menambahkan dengan nada candaan, "aku nggak mau suamiku yang tersayang ini sendirian dikeroyok emak-emak kayak di hotel tadi."

Mario mencubit pipi Vena, kemudian berbisik mesra, "ini baru istriku. Kamu harus bangga karena sekarang kamu bukan lagi istri seorang pecundang narsis, melainkan istri seorang milyader tampan, setia, humoris dan baik hati."

Mendengar itu, Vena tertawa pelan. Dia tak sabar untuk membuktikan kepada keluarga mantan suaminya bahwa dia sudah berubah menjadi lebih baik.

***

Bab terkait

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   09. Emosi dan Iri

    "Mas! Kamu ini apa-apaan sih? Ngapain ngundang mantan istri kamu!" Omelan Bianka tak berhenti semenjak Daniel menutup sambungan telepon.Raut wajah Daniel masih tegang. Tangannya tampak meremas ponsel. Emosi naik usai mendengar suara suami baru Vena yang menjawab.Bukannya merespon omelan istrinya, dia malah menggerutu, "kurang ajar, berani banget dia mutus telponku begitu saja. Dia pikir dia itu siapa? Hanya karena dia owner hotel bintang lima, dia bisa menginjakku, hah?"Sudah terlihat jelas, dia merasa tersaingi dan terluka. Sejak pulang dari hotel karena diusir, kebanggaannya seolah tercabik-cabik.Bianka makin kesal karena diabaikan. Dia menyambar lengan sang suami, lalu berkata lebih keras, "Mas Dani, jangan diam saja! Kamu kenapa ngundang wanita itu ke acara syukuran kita? Aku nggak mau! Aku sudah menahan malu tadi diusir dari hotel, nggak sudi ketemu wanita udik itu lagi!""Kamu ini bisa diam dulu nggak?! Dari tadi ngomel terus! A

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   10. Pesona Nyonya Winata

    "Sudah siap, Nyonya Sayang?"Suara Mario mengaburkan lamunan Vena yang tengah bercermin di depan meja rias. Sedari tadi, dia hanyut dalam pemikirannya sendiri. Beberapa bulan silam, dia tak ada waktu untuk merawat diri sendiri. Kini, sejak menikahi Mario, dia tak perlu melakukan pekerjaan rumah, tak perlu mengurus apapun dengan tangan sendiri. Bahkan, dia dimanjakan oleh suami baru dengan spa pribadi yang langsung datang ke rumah.Alhasil, dia melihat dirinya seperti orang yang berbeda. Dalam balutan baju kasual tapi bermerek mahal, dalam riasan natural tapi begitu elegan— dia benar-benar seorang 'Nyonya'.Karena tidak dibalas, Mario mendekatinya, berdiri tepat di belakang wanita itu. Dia tersenyum melihat pantulan sang istri melalui cermin."Cantik dan elegan," pujinya."Makasih." Vena tersipu. Meski mendengar itu hampir setiap hari, tapi rasanya masih malu. Dia melempar senyuman manis ke sang suami. "Kamu juga sudah ganteng.""Masa, sih?""Iya." Vena berdiri, lalu berbalik badan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   11. Penghinaan Tak Berhenti

    Bianka menaikkan sedikit dagu, sikap culasnya mulai kelihatan. Dia memandang rendah Vena."Kenapa kamu diam saja? Sadar diri kalau cantik cuma gara-gara make up?" ucapnya kemudian.Vena menjawab, "buat apa aku mendebat hal yang nggak penting kayak gitu? Tujuanku sama suamiku ke sini cuma untuk membahas hutang itu.""Padahal kamu bisa saja nggak ikut, tapi kamu milih ikut ke sini, pasti cari perhatian ke suamiku 'kan?""Suami kamu sendiri yang ngundang aku. Setelah aku datang, kamu nuduh aku cari perhatian? Sekarang, yang cari perhatian itu siapa?"Bianka kesal dengan keberanian Vena membalas perkataan. Padahal, sebelumnya, wanita itu takkan berani begitu. "Seperti yang aku bilang, kamu bisa saja nggak ikut 'kan? Cukup suami kamu saja yang datang, ngapain kamu ikut segala? Mau pamer wajah sok cantik hasil make up biar dilirik sama suami orang?""Suamiku seharusnya nggak perlu buang-buang waktunya buat ke sini, tapi apa kenyataanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   12. Perdebatan Dua Pria

    Mario dan Daniel masih di teras. Tetapi, Mario sudah ingin menyudahi semua perdebatan. Dia berkata, "sebaiknya nggak usah basa-basi lagi, kita selesaikan semua sekarang. Tinggal sebut saja nominalmya, saya transfer. Tapi, di dalam nanti, saya minta kamu sama keluarga kamu jangan menghina Vena lagi." "Oh yang benar saja?" Daniel masih mempertahankan sisi angkuhnya. Dia bertanya, "menurutmu dengan membayar semua kerugian saya menikah sama wanita itu— semua beres begitu saja? Sudah saya bilang tadi, saya nggak cuma rugi secara materi, tapi juga waktu." "Terus apa lagi mau kamu?!" "Kalian buat saya malu di hotel waktu itu, ada orang yang majang pengusiran itu di media sosial, bikin malu saya." "Kamu punya malu? Setelah nuduh istri saya stalker, setelah teriak-teriak seperti orang gila untuk mempermalukan istri saya waktu itu? Sekarang bilang— kamu punya malu?“ "Jangan mentang-mentang kamu owner Jar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   13. Mantan Suami Sombong

    Daniel melihat kehadiran Vena. Dia menolak akui kalau tengah terpesona. Inilah sosok Vena yang dinikahi dahulu— begitu cantik dan elegan. Tak sadar telah dikuasai oleh rasa cemburu dan marah, dia melontarkan perkataan pahit kepada Vena. “Kamu datang juga. Kami di sini sedang membahas kenapa saya ceraikan kamu.” Daripada mempedulikan Daniel, perhatian Vena tertuju ke sang suami. "Mas Mario nggak apa-apa? Tolong jangan terlalu lama adu mulut sama orang beginian, Mas." Mario lebih khawatir pada wanita itu. "Nggak apa-apa, kok. Kamu ngapain di sini? Di dalam pasti ada masalah, ya? Mereka ganggu kamu?" "Itu sih jelas, Mas, tapi nggak masalah. Orang-orang ini cuma iri—" Vena sempat melirik ke arah Daniel dengan tatapan muak. Daniel jengkel. Wanita yang dulu pernah memohon-mohon tidak diceraikan demi anak, kini telah benar-benar move on? Berani menatapnya dengan pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   14. Perkara Hutang

    Di dalam ruang kerja, Daniel duduk di kursinya. Sementara itu, Vena dan Mario berdiri di seberang meja. Selama beberapa menit, Daniel sibuk menghitung tumpukan kwitansi pembayaran berbagai kebutuhan anaknya. Setelah ditotal, dia serahkan kepada Vena. "Itu hasilnya, minta sama suami baru kamu yang sok kaya ini buat bayar semua," kata Daniel kemudian. Vena melototi hasil hitung-hitungan dari Daniel, lalu membandingkannya dengan beberapa kwitansi. "Apa-apaan ini? Lima ratus juta? Kenapa kamu menaikkan hasilnya dua kali lipat?“ "Itu 'kan aku anggap hutang, ya jelas pasti ada bunganya." "Kamu anggap hutang saja sudah kelewatan, dan sekarang malah ada bunganya?” “Loh, kenapa? Keberatan? Cuma sedikit itu. Lagian, kamu sendiri yang sombong soalnya menikah lagi sama orang ini—” Daniel menuding Mario yang berdiri di sebelah Vena. Dia berkata lagi dengan sinis, "Owner Jaringan Hotel Winata yang terkenal

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   15. Tiga Milyar

    Seorang pria tiga puluh tahunan berpakaian atasan kemeja biru dipadu dengan celana hitam duduk di sofa ruang tamu. Dia depannya, tepat di atas meja sudah ada dua koper hitam."Nama saya Daffa, saya asisten Pak Mario," katanya bersuara ramah kepada dua orang yang duduk di sofa lain, Mario dan juga Bianka.Dia membuka dua koper untuk menunjukkan bahwa semua isinya adalah uang asli.Begitu tahu, Daniel melotot kaget karena semua uang dalam bentuk dollar. Selain itu, jumlahnya jelas lebih dari yang diminta sebelumnya.Daffa melanjutkan, "seperti permintaan Pak Mario, ini saya menyerahkan uang tunai dua ratus ribu dollar.""Dollar!" Bianka spontan menutup mulut dengan dua tangan agar tidak semakin histeris. Daniel semakin muak melihat ini. Niat awal ingin menjatuhkan mental Vena, tapi sekarang dia yang jatuh. "Apa-apaan ini? Saya cuma mau kompensasi lima ratus juta, kenapa sekarang jadi dollar? Dan, sebanyak ini?""Kata Pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   16. Si Wanita Asing

    Beberapa hari pun berlalu.Vena mengikuti Mario pergi ke acara potong tali alias peresmian Villa baru selesai di bangun. Lokasinya berada di pulau Bali, dekat dengan kawasan wisata pantai.Bangunan villa tersebut mewah, berhalaman yang luas, dikelilingi pepohonan cemara serta palem. Selain itu, ada kolam renang pribadi.Ini adalah acara resmi pertama Vena dalam menyandang status istri Mario Winata. Karena itulah, dia sedikit gugup sepanjang acara. Meski demikian, dia tetap menebarkan senyuman manis, terutama ketika dirinya dan sang suami memotong tali peresmian dan dipotret banyak wartawan."Sayang, kamu nggak perlu setegang ini, ini cuma formalitas," bisik Mario."Aku nggak mau kelihatan jelek di foto koran, majalah, apalagi di media sosial resmi Hotel Winata," balas Vena cepat, yang langsung senyum lagi menatap beberapa wartawan lokal.Tetapi, Mario tampak jahil dengan berbisik lagi di telinganya, "kapan kamu kelihata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03

Bab terbaru

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   123. Keluarga Besar Datang (c)

    Sarah. Iya, wanita itu dibawa oleh Tante Ruth untuk ke rumah ini. Vena tidak percaya melihatnya datang. Dari semua orang, kenapa Tante Ruth malah membawa wa restnita itu? Apa dia belum menyerah menjodohkan Mario dengannya? Tetapi, Vena menepis pemikiran itu. Untuk sekarang, dia harus bersikap baik. Lagipula, dia sedang hamil, seharusnya dia bisa mengambil hati Tante Ruth sekarang. "Oh, ini yang sedang hamil?" ucap Sarah dengan nada sinis saat sudah di hadapan Vena. "Yakin itu anaknya Mas Mario?" "Datang-datang langsung bicara seperti itu? Tidak sopan sekali kamu?" Sahut Vena yang menahan amarah. Dia tidak terima mendengar tuduhan seperti itu terhadap anak yang dikandung. Tante Ruth bukannya membela, malah mendukung omongan Sarah dengan berkata, "iya, apalagi dahulu kamu pernah semalam sama mantan suami kamu." Vena kaget mendengarnya, tak percaya kalau itu keluar dari mulut Tante Ruth. Makin ke sini, wanita itu malah makin tidak karuhan. Apa pengaruh Sarah sebesar itu sampai memb

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   122. Keluarga Besar Datang (b)

    "Sayang, kemungkinan besar Tante beneran datang ke rumah. Ditolak pun tetep bakalan datang. Mungkin sama yang lain." Akhirnya Mario memberitahu itu kepada sang istri begitu sudah kenyang sarapan. Dia mengusap mulut dengan serbet makan sembari melihat wanita itu.Vena terkejut. Dia sudah selesai makan, masih duduk berdua dengan Mario di meja makan. "Kok kamu baru ngomong?""Tadi baru ditelpon, Sayang.""Kalau begitu aku suruh Pak Johan buat beli sesuatu untuk dihidangkan gimana?""Sudah aku suruh kok, kamu santai saja di rumah. Tapi, maaf aku nggak bisa menemani kamu karena ada meeting sampai malam.""Nggak apa-apa." Vena merasa resah, belum bisa damai dengan sang bibi. Namun, dia merasa lebih tenang sekarang karena di perutnya ada calon penerus keluarga Winata. "Justru ini waktunya aku ngasih tahu Tante tentang kehamilanku ... Mungkin saja kali ini Tante bisa menerimaku.""Maaf ya, Sayang, gara-gara keluargaku, kamu jadi banyak pikiran.""Nggak apa-apa. Lagian, aku sadar diri kok ...

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   121. Keluarga Besar Datang (a)

    Gejala kehamilan seperti mual, ingin muntah, dan pusing dirasakan oleh Vena. Di pagi hari, semua gejala itu langsung menyerangnya sehingga dia harus betah di kamar mandi selama tiga puluh menit.Mario yang mendengar semuanya segera bangun, lalu turun ranjang, mendekati pintu kamar mandi. Dia mengetuk. "Sayang, kamu nggak apa-apa?"Beberapa saat kemudian, Vena keluar dari kamar mandi. Wajahnya sedikit pucat, tapi masih kelihatan baik-baik saja. Dia mengangguk, lalu menjawab sang suami, "aku baik-baik saja, kok.""Kalau begitu kita sarapan dahulu, lalu minum obat sama vitamin dari dokter." Mario mendadak tak mengantuk lagi melihat istrinya yang seperti tidak nyaman. "Kamu mau sesuatu yang berbeda nggak? Biar dibuatkan?""Enggak, aku mau makan yang seperti biasa saja ... sama telur mata sapi.""Telur mata sapi?""Iya.""Iya sudah."Keduanya turun anak tangga, kemudian berjalan menuju ke ruang makan. Di sana, mereka bertemu dengan para asisten rumah tangga.Semuanya tampak segera menyiap

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   120. Bertemu Daniel

    Bertemu Daniel adalah hal yang tak ingin dilakukan oleh Mario. Dia ingin sekali menolaknya, tapi tidak mungkin juga. Terlebih, pria itu mengajak ketemuan di restoran milik Vena. Dia tak mau membuat Vena khawatir, jadi pergi tanpa mengatakan apapun. Usai meninggalkan rumah, dia berkendara sendiri, tanpa menggunakan sopir, menuju ke restoran sang istri yang masih buka.Iya, sekarang masih jam tujuh malam. Suasana di sekitar restoran sangat ramai. Hari demi hari tempat ini ramai pengunjung.Begitu masuk ke dalam, dia langsung bisa melihat sosok Daniel yang duduk di tepi jendela, sendirian.Mario mendatanginya, lalu duduk di kursi yang di hadapan Daniel. Saat itu pula, seorang pelayan mendekat dengan buku menu."Pesan paket menu spesial," kata Daniel tanpa buku menu.Pelayan menulis pesanan, lalu menoleh ke Mario. Dia tidak tahu kalau pria itu adalah suami dari pemilik restoran.Mario sama sekali tidak melihat buku menu. Dia hanya berkata, "air putih.""Eh ..." Pelayan itu sampai heran.

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   119. Hamil (b)

    Hamil?Itu adalah hal yang sama sekali tak disangka oleh Vena dan Mario. Untuk beberapa menit pertama, mereka hanya diam sembari mencerna berita itu.Perlahan, senyum Mario melebar. Tetapi, dia sadar harus tenang dulu dan memastikan kebenaran ini. Alhasil, dia mengajak istrinya untuk segera ke rumah sakit.Di sana, Vena harap-haras cemas dengan pemeriksaannya. Hasil bisa langsung diketahui tak lama kemudian, dan ternyata memang positif.Vena menahan napas saat membaca kertas hasil pemeriksaan tersebut. Dia merasa ini seperti mimpi. Setelah kehilangan anak, dia mendapatkannya lagi sekarang.Dia tak bisa berkata-kata hingga harus dituntun oleh Mario keluar dari ruang dokter kandungan. Mereka duduk sebentar di kursi tunggu depan tempat pengambilan obat. Ada resep yang harus ditebus— dan Mario mengurus segalanya. Sementara itu, Vena masih memandangi hasil pemeriksaan.Usai menyerahkan resep, Mario kembali mendekati Vena, lalu duduk di sampingnya. "Kita tunggu sebentar, Sayang. Ada banyak

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   118. Hamil? (a)

    Menikmati waktu berdua, jalan-jalan, mengunjungi tempat wisata, lalu makan siang berdua. Semua sudah dirasakan oleh Vena bersama suaminya. Dia merasa lelah. Aneh memang, tak biasanya dia gampang lelah begitu.Alhasil, saat sore hari, dia meminta untuk segera pulang karena kepalanya sakit.Di sepanjang perjalanan, Mario khawatir dengan keadaannya. Bahkan, Sampai di rumah pun, dia masih khawatir.Vena rebahan di ranjang, beristirahat lebih cepat. Sementara itu, Mario datang dengan membawakan teh hangat.Pria itu bertanya, "sayang, kamu yakin nggak ke rumah sakit dulu?""Enggak." Vena menggelengkan kepala. "Mungkin terlalu banyak kepamasan tadi. Aku ini 'kan darah rendah— jadi pusing."Mario duduk di tepian ranjang, menyerahkan teh hangat. "Ini minum dulu."Vena meminumnya. Dia merasa lebih baik, dan bersandar ke tumpukan bantal.Mario menaruh gelas yang masih berisi setengah mimuman itu di atas meja nakas. Dia memegangi paha sang istri, memijatnya perlahan. "Mau dipijat nggak?""Enggak,

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   117. Jati Diri si Stalker?

    Vena dan Mario duduk di bangku kosong, di sekeliling mereka tumbuh pepohonan rimbun. Keduanya bisa merasakan hawa sejuk di sekitar situ meski matahari sudah hampir sejajar di atas kepala.Mario mendongak, tersenyum melihat dedaunan pohon yang menangungi bangku ini. Dia merasa damai berada di situ.Vena menatapnya. "Kenapa senyum begitu?""Nggak apa-apa, Sayang. Aku merasa tenang berada di sini. Itu saja.""Padahal barusan kita melihat orang mencurigakan?""Kalau itu—“ Mario sempat menoleh ke berbagai arah, memastikan tidak ada pria asing itu lagi. Baru setelahnya, dia berkata, ”nggak ada siapapun. Aku memang curiga, tapi selama dia nggak ganggu kita, nggak usah dipikirkan."Vena menepis perasaan tak enaknya dia mengangguk paham. "Iya." "Semoga saja itu bukan mantan suami kamu yang gila itu lagi. Jujur, aku lelah diganggu terus. Ia pintar sekali masuk ke keluargaku.“"Maaf ya, Mas.""Nggak usah selalu minta maaf, Sayang. Dia memang brengsek. Ya sudahlah.”Vena tidak berkata apapun, m

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   116. Stalker Misterius

    Aroma itu familiar...Vena masih memikirkan orang yang barusaja melintasinya. Namun, dia mengabaikan itu setelah orangnya sudah jauh, menghilang di balik pepohonan.Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di Lokasi air terjun kecil yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun. Ada beberapa orang yang menikmati keindahan tempat ini, sebagian lain terlihat memotret beberapa area.Mario tersenyum senang. Tak biasanya dia melihat pemandangan. "Indah banget ya, Sayang? Saking capeknya melihat laptop sama orang-orang tua bangka di ruang rapat, melihat semua ini jadi terasa di surga."Vena tertawa kecil. "Kamu kurang ajar banget. Orang-orang yang kamu hina itu 'kan pasti investor dan rekan-rekan bisnis.""Termasuk om ..." tambah Mario sama sekali tidak tertawa, malah terlihat kepikiran.Senyum Vena pun luntur. Dia kembali teringat akan ancaman sang bibi pada mereka. Tetapi, dia tidak mau merusak suasana dengan membahas itu.Dia mengusap hidung, mencium aroma-aroma lain lagi. Entah

  • Dinikahi Milyarder, Diganggu Mantan Suami   115. Jalan-jalan Berdua (b)

    Mario dan Vena pergi jalan-jalan ke daerah pinggiran kota. Mario sengaja memilih area yang dekat dengan jalur hutan agar tidak menarik terlalu banyak perhatian dari orang. Iya, mengingat dia membawa mobil sport.Vena melihat ke sekeliling. Dia menatap sang suami, lalu bertanya, "kamu kok lewat jalanan sepi begini?""Kenapa? Namanya juga jalan-jalan, seru 'kan lewat jalan hutan begini, asri banget." Mario sesekali melihat keluar jendela. Ia tampak tersenyum menikmati pemandangan indah pepohonan yang menjulang tinggi."Mmm .." Vena berpikir sebentar. "Kamu nggak takut ada begal? atau psikopat?"Mario tertawa, tapi masih fokus menyertir. Dia mengejek istrinya dengan berkata, "astaga, Sayang, kamu kebanyakan nonton film.""Nggak begitu juga, kamu itu yang jarang melihat berita. Justru kita ini tinggal di negara yang banyak begal, harus waspada— apalagi kamu pakai mobil beginian.""Justru kalau aku pakai mobil beginian, mana mungkin dimaling. Yakin bisa mengendari mobil ini?"Vena merasa i

DMCA.com Protection Status