"Jimmy, aku nggak peduli siapa orang di balikmu. Aku cuma ingin memperingatkanmu satu hal. Kalau kamu berani menyentuh Grace lagi, akan kuhabisi kamu! Dendam Kak Titus memang harus dibalaskan, tapi nyawa Grace lebih penting dari nyawaku."Kalau kamu berani macam-macam padanya, aku nggak bakal melepaskanmu. Aku nggak mau ada wanita yang terseret dalam masalah pria. Kamu juga tahu kalau aku nggak pulang, Grace mungkin sudah mati," ancam Harry sambil meraih kerah baju Jimmy."Oke," sahut Jimmy dengan lantang. Dia juga tahu metode yang digunakannya rendahan, tetapi dia tidak punya pilihan lain.Jimmy telah membuat persiapan begitu lama. Grace adalah orang penting dalam rencananya. Dia tidak boleh menyerah begitu saja.Jimmy memanfaatkan Grace untuk bekerja sama dengan Harry. Demi membuat konflik makin sengit, dia menggunakan nama Lyla untuk menghancurkan kerja sama Steven. Selain itu, Jimmy sejak awal telah mengutus orang untuk mengawasi Greta. Itu sebabnya, begitu mereka masuk ke rumah sa
Grace berusaha melepaskan Harry. "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Sakit sekali!""Maaf, aku nggak sengaja. Kamu ... bilang apa tadi?" Harry menyadari ada yang tidak beres. Dia buru-buru melepaskan tangannya dan menatap Grace dengan gelisah.Grace menatap Harry dengan heran. "Paman, siapa kamu? Apa kita kenal? Kenapa kamu memelukku?"Jantung Harry sontak berdetak kencang. Dia menatap mata Grace yang lugu. Apa teknik hipnosis itu terlalu berhasil, sampai Grace melupakan dirinya? Sialan! Ahli hipnosis berengsek!"Grace, aku calon suamimu ...."Sebelum Harry menyelesaikan ucapannya, Grace sontak melempar bantal kepadanya. "Dasar penipu! Aku masih muda! Kamu sudah tua! Mana mungkin aku punya calon suami!""Oh! Aku sudah ngerti! Kamu pasti penculik yang suka menculik gadis! Kamu mau menjualku ya? Tolong! Tolong! Ada yang ingin menjualku!"Grace berteriak sekuat tenaga. Harry buru-buru menutup mulutnya dengan tangan. Karena tidak bisa berteriak, Grace pun meronta-ronta."Aku bukan mau me
Grace mengernyit, menatap Harry layaknya menatap monster. "Aku tinggal bersamamu setengah tahun? Apa aku bodoh? Cepat lepaskan aku! Aku mau pulang!""Ayahmu sudah memberikanmu padaku. Kamu seharusnya pulang ke rumahku." Harry menghela napas dan menahan rasa sakit di hatinya. Kemudian, dia langsung menggendong Grace.Tidak peduli bagaimana Grace melawan, dia tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Harry. Pada akhirnya, Grace dibawa ke vila Harry."Ini rumah kita. Lihat baik-baik. Semua buku ini kamu yang beli. Ini laptopmu. Ini soal matematikamu. Masih ada meja riasmu, lemari bajumu, dan tanaman sukulenmu ....""Kenapa memangnya?"Harry membawa Grace berkeliling, tetapi Grace hanya membalas dengan tidak acuh."Ini semua membuktikan kita memang tinggal bersama! Kita sangat cocok!""Sepertinya aku memang pernah tinggal di sini, tapi itu dulu. Sekarang aku nggak berpikir begitu lagi. Aku nggak kenal kamu ataupun menyukaimu. Aku nggak punya perasaan apa pun untukmu. Jadi ... aku nggak mau t
Kenangan ini memang menakutkan, tetapi tidak bisa dihapus begitu saja. Apa Harry tidak mengerti bahwa rasa sakit kadang perlu dialami untuk belajar?Apa bersama Harry berarti semua rasa sakit harus dilupakan dan hanya kebahagiaan yang boleh diingat? Grace makin marah saat memikirkan ini.Saat berjalan, tiba-tiba Grace mendengar suara langkah kaki dari belakang. Ketika menoleh, dia melihat Harry mengejarnya. Dia buru-buru berlari karena terkejut.Namun, Harry mengancam, "Grace, aku akan patahkan kakimu kalau lari lagi."Grace terdiam sejenak dengan tubuh gemetar ketakutan. Ucapan itu benar-benar terasa menakutkan.Grace berbalik, lalu menatapnya dengan kesal sambil bertanya, "Memangnya kamu siapa? Kenapa aku harus mendengarkanmu? Kalau berani, patahkan saja kakiku lalu hapus semua ingatanku. Lagian kamu memang hebat!"Patahkan saja kakinya, bahkan mengambil nyawanya pun tidak masalah. Grace masih melangkah pergi. Namun dengan kakinya yang pendek, mana bisa dia mengungguli Harry?Segera,
Setelah lama berciuman, Harry menarik bibirnya perlahan dan memeluknya dengan erat. Dia memberi tahu, "Janjilah padaku. Nggak peduli apa pun yang terjadi di masa depan, jangan pernah berpikir untuk menyerah pada hidup lagi ya?"Grace membalas, "Aku takut nggak bisa menjaga kesucianku ....""Nggak masalah. Selama kamu hidup, aku bisa menerima apa pun. Tapi, jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk padamu. Kalau kamu nggak ada lagi, gimana denganku? Pernahkah kamu memikirkan itu?" tanya Harry.Grace membenamkan wajahnya di dadanya. Suaranya terdengar sedih ketika berujar, "Tanpa aku, kamu tetap bisa menjalani hidup dengan baik."Di dunia ini, siapa pun bisa tetap hidup meskipun tanpa orang yang dicintainya. Waktu adalah obat yang bisa menyembuhkan semua luka.Namun, Grace lupa bahwa Harry adalah orang yang berpegang teguh pada cintanya. Baginya, waktu hanya akan membuat luka menjadi makin dalam."Nggak, hidupku malah akan terasa hampa." Suara Harry terdengar serak. Mendengar kata-kata it
"Ini hukuman. Nanti kalau aku sudah nggak marah lagi, aku akan kembali memanggilmu Harry," jelas Grace sambil mengerucutkan bibir.Grace masih merasa kesal. Setiap kenangan tentang Harry tidak ingin dia lupakan, baik yang manis maupun pahit.Grace yang masih lemah, hanya makan sedikit sebelum tidur. Saat Robin datang untuk memberinya obat, dia sama sekali tidak menyadarinya.Keesokan paginya, Grace sudah merasa jauh lebih baik. Saat ini, beredar kabar bahwa Yuli dan Steven mengumumkan perceraian karena alasan "tidak cocok lagi".Tak lama kemudian, Yuli terseret dalam kasus pembunuhan. Namun karena kurangnya bukti, dia akhirnya dibebaskan. Hanya saja, berita ini tetap menimbulkan kehebohan di ibu kota.Keluarga Lukito yang terkena imbas langsung terjebak dalam situasi genting. Banyak masalah hukum yang menimpa mereka. Ada juga yang melaporkan bahwa Keluarga Lukito melakukan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.Mereka pun diperiksa habis-habisan oleh pihak berwenang. Walau tidak ditemuk
Dalam situasi ini, Harry sebaiknya tidak turun tangan secara langsung. Jadi, dia memercayakan hal ini kepada Jimmy dan Felicia.Ternyata, mereka berdua sudah datang lebih awal dan sedang menunggu di bawah. Melihat ada bekas tamparan di pipi Grace serta lebam di lengannya, Felicia merasa sangat sedih.Felicia memaki, "Wanita itu benar-benar gila! Tega sekali dia menyakitimu seperti ini? Kalau melihatnya lagi lain kali, aku nggak akan membiarkannya begitu saja. Beraninya dia menyakiti anak angkatku!""Benar, istriku benar sekali," ucap Jimmy yang setuju.Felicia membalas, "Kamu ini cuma bisa menyanjungku. Masalah ini harus segera diselesaikan. Pokoknya kamu harus kasih penjelasan ke Grace.""Padahal kalian adalah orang hebat dari Grup J.C dan Grup Adhitama. Masa kalian nggak bisa melakukan apa-apa?" tegur Felicia yang tak segan-segan, bahkan Harry pun tak luput.Mendengar itu, ekspresi Harry menjadi muram. Dia sontak menatap ke arah Jimmy dengan kesal. Sekarang, Jimmy terlihat seperti or
Saat ini, Viktor hanya ingin menyanjung Grace. Mana mungkin dia akan berani marah padanya? Dia buru-buru menenangkan, "Grace, bukannya Ayah nggak mau menjengukmu. Aku nggak bisa datang karena kesehatanku lagi nggak baik."Viktor menambahkan, "Masalah kakakmu itu bikin tekanan darahku tinggi, jadi aku harus istirahat. Kalau nggak, pasti aku sudah pergi menjengukmu. Coba Ayah lihat, apa kamu baik-baik saja?"Grace mundur sedikit sambil membalas dengan dingin, "Nggak perlu, aku baik-baik saja. Belum mati kok. Kalau terus melihatku, mungkin kamu malah akan kecewa. Oh ya, orang tua angkatku juga datang. Mereka mau membahas sesuatu denganmu."Kemudian, Grace pun memberi jalan. Jimmy dan Felicia yang berada di belakang pun masuk ke dalam.Begitu masuk, Jimmy langsung berkomentar, "Viktor, batu di halaman depanmu itu perlu diganti. Sebaiknya diratakan saja.""Istriku pakai sepatu hak tinggi. Kalau sampai terkilir di sini, aku mungkin akan menghancurkan rumahmu!" marah Jimmy."Ke ... kenapa kal
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k