Tadi malam, semua orang diliputi pikiran berat dan tidak bisa tidur semalaman. Pagi-pagi sekali, rumah Keluarga Prayogo sudah mulai ramai.Dari rumah sakit, datang kabar bahwa Greta sudah terbebas dari bahaya untuk sementara, tetapi ... rahimnya mengalami kerusakan parah. Peluang dia untuk hamil di masa depan hampir tidak ada.Mendengar kabar itu, Yuli sempat terguncang, tetapi dia masih enggan menyerah. Dia terus membuat keributan, bahkan hampir membenturkan kepalanya sendiri.Yuli memaksa Aryan untuk mengambil tindakan. Dia bersikeras agar Grace dibawa ke kantor polisi dan dihukum seberat mungkin. Ketika Harry masuk, dia kebetulan mendengar jeritan histeris Yuli.Begitu melihat pria itu, Yuli langsung memperparah situasi dengan berucap, "Ayah, kamu harus menegakkan keadilan untuk Greta. Kehilangan kemampuan buat punya anak adalah penderitaan yang luar biasa bagi seorang wanita!""Harry ... gimana menurutmu?" tanya Aryan dengan tatapan mendalam."Harry, aku akan melawanmu habis-habisa
Mendengar semua itu, Steven tidak bisa menahan diri lagi. Dia berucap dengan nada dingin, "Harry, mana boleh kamu bicara begitu sama Yuli? Semuanya sudah jelas, tunanganmu yang salah duluan. Yuli cuma mengkhawatirkan menantunya, apa itu salah?""Kalian memanfaatkan kesempatan saat aku nggak ada untuk menganiaya tunanganku. Sekarang, kalian bersikap seolah-olah nggak bersalah. Kalian pikir Grace nggak punya siapa-siapa untuk membelanya?" timpal Harry dengan dingin.Yuli langsung menjawab sinis, "Apa maksudmu? Kamu mau menunjukkan kekuasaanmu ya? Sekarang, menantuku masih terbaring di rumah sakit. Cucu Keluarga Prayogo juga sudah nggak ada. Sudah cukup baik aku belum menuntut nyawa Grace.""Padahal dia belum resmi jadi bagian keluarga ini, tapi kamu sudah begitu membelanya. Kalau dia benar-benar nikah denganmu, bukannya dia akan berani menginjakku?" tanya Yuli."Kalau kamu berani merenggut nyawanya, aku akan pastikan kamu menemaninya ke alam baka!" ucap Harry dengan tegas."Harry, apa ya
Frandy sangat penakut. Dia akan jujur setelah dipukul. Kalaupun tidak mendapat informasi berguna, setidaknya memukulnya bisa melampiaskan amarah."Ayah, masa kamu diam begitu saja? Di mana letak keadilan di rumah ini? Apa masih ada hukum yang berlaku di rumah ini? Sejak kapan Harry berhak bertindak semena-mena dan memutarbalikkan fakta?""Demi seorang wanita, Harry sampai memukul keponakan sendiri dengan kejam. Padahal, ada aturan di Keluarga Prayogo yang menyebutkan nggak boleh ada pertumpahan darah. Bukannya Harry seharusnya dihukum?" tanya Steven."Eee ...." Aryan merasa agak dilema karena didesak putra sulungnya. Dia menatap Harry, menunggu Harry mengeluarkan bukti yang lebih berguna. Jika tidak, nama baik Grace tidak bisa dipulihkan dan Harry juga harus menerima hukuman.Saat ini, Robin buru-buru pulang. Dia bahkan tidak menghabiskan waktu sampai 20 menit. Robin mengantar Grace ke rumah sakit terdekat, lalu bergegas kembali setelah semuanya beres.Begitu masuk, Robin berseru, "Buk
"Bu Yuli, kenapa kamu jadi diam? File itu sudah ada di ponselku. Kamu mau dengar nggak?" tanya Robin."Nggak ... nggak mau ...." Suara Yuli terdengar bergetar. Namun, Robin sudah memutar audio tersebut."Bi Tania, kamu pembantu senior di Keluarga Lugiman, 'kan? Kalau aku ingin minta bantuanmu, kamu nggak mungkin menolak, 'kan?""Bu Yuli, katakan saja. Aku pasti bantu kalau bisa.""Pagi ini, kamu akan menjadi satu-satunya saksi. Kamu melihat Grace mendorong Greta. Paham?""Bu ... kamu ingin aku memfitnah Nona Grace?""Aku bakal memberimu uang. Jadi, kamu terima tawaranku atau nggak?""Baiklah ... aku pasti akan menyelesaikan tugasku.""Bagus kalau begitu. Uangmu nggak akan kurang sepeser pun."Audio yang singkat pun berakhir. Setelah kalimat terakhir, Yuli pun tidak bisa menahan tubuhnya lagi dan terduduk lemas di lantai. Reaksi pertamanya adalah melihat suaminya dengan wajah masam.Wajah Steven juga terlihat masam. Kedua tangannya terkepal dengan erat. Yuli tahu Steven tidak bisa melin
Mendengar ini, Harry memicingkan matanya. Awalnya, dia mengira Steven adalah pria tak berperasaan yang tidak peduli pada istri dan anaknya.Saat ini, ada yang mengetuk pintu. Mereka dari kepolisian. Polisi mencurigai Yuli punya kaitan dengan kasus pembunuhan sehingga ingin membawanya pergi.Yuli sontak melemas melihat polisi yang berseragam dan bersenjata lengkap. Dia hampir jatuh pingsan. Kini, tidak ada yang bisa membantunya lagi.Yuli mendongak memelototi Harry. Dia sudah meremehkan Harry. Siapa sangka, Harry berhasil membalikkan situasi. Yuli pun hanya bisa mengakui kekalahan dan kesalahannya. Namun, Steven pasti akan terlibat.Sekalipun Steven punya strategi yang sempurna, Yuli tidak berani mengambil risiko. Mereka telah menikah selama lebih dari 20 tahun dan punya perasaan untuk satu sama lain. Yuli tidak ingin menyeret Steven dalam masalah ini. Semua ini kesalahannya karena membuat keputusan sendiri.Yuli pun merasa dirinya yang harus menanggung akibatnya. Dia bangkit dengan sem
"Oke, aku bantu kamu hubungi ahli hipnosis.""Terima kasih atas bantuanmu kali ini.""Kita sahabat. Kita sudah melewati banyak rintangan bersama. Nggak usah sungkan-sungkan.""Tapi, aku tetap nggak bisa memaafkanmu soal masalah Lyla.""Aku ngerti. Kuharap selain masalah ini, kita tetap sahabat dan saling membantu.""Ya."Harry datang ke rumah sakit. Grace masih belum sadarkan diri. Demam tingginya sudah reda. Grace tidur seperti anak kecil.Harry pun merasa tenang melihatnya. Tiba-tiba, terdengar tawa di belakangnya. "Selamat ya."Begitu mendengarnya, Harry sontak memicingkan mata dan berbalik untuk melayangkan tinju. Namun, orang itu sudah berwaspada sejak tadi. Dia langsung menangkis dengan tangan dan berkata, "Jangan pukul wajahku. Nanti istriku lihat. Pukul saja bagian lain.""Sialan! Aku ingin sekali membunuhmu!" Harry meraih kerah baju orang itu sambil membentak dengan gusar. Matanya dipenuhi amarah."Nggak ada gunanya kamu membunuhku. Situasi sudah seperti ini. Sekarang Steven s
Dengan begini, tidak ada orang yang berani menganggapnya sebagai musuh. Jimmy memang cerdas. Namun, dia juga memiliki kekhawatiran.Jimmy berdiri dengan tegak dan berucap dengan ekspresi serius, "Harry, kita orang yang sama, tapi kamu lebih hebat sedikit dariku. Kamu nggak pernah menyerah atas Grace, juga nggak pernah melupakan niat awalmu, yaitu membalaskan dendam kakak keduamu.""Makanya, kamu harus jauh melampaui semua orang. Dengan begitu, kamu baru punya kemampuan untuk membalas dendam. Karena kamu sudah memilih jalan ini, kamu ditakdirkan untuk menjadi musuh semua orang.""Kali ini aku yang mengatur semuanya dan membuat Grace berada dalam situasi bahaya. Kelak, orang lain nggak mungkin akan baik hati sepertiku. Sejak awal, aku yang merencanakan semuanya. Ini karena aku melihat potensi besar dari dirimu.""Cuma kamu yang bisa membantuku. Makanya, aku menyuruh Felicia menolong Grace dan membuat Grace punya hubungan tak terpisahkan dengan Keluarga Adhitama.""Sementara itu, kamu har
"Jimmy, aku nggak peduli siapa orang di balikmu. Aku cuma ingin memperingatkanmu satu hal. Kalau kamu berani menyentuh Grace lagi, akan kuhabisi kamu! Dendam Kak Titus memang harus dibalaskan, tapi nyawa Grace lebih penting dari nyawaku."Kalau kamu berani macam-macam padanya, aku nggak bakal melepaskanmu. Aku nggak mau ada wanita yang terseret dalam masalah pria. Kamu juga tahu kalau aku nggak pulang, Grace mungkin sudah mati," ancam Harry sambil meraih kerah baju Jimmy."Oke," sahut Jimmy dengan lantang. Dia juga tahu metode yang digunakannya rendahan, tetapi dia tidak punya pilihan lain.Jimmy telah membuat persiapan begitu lama. Grace adalah orang penting dalam rencananya. Dia tidak boleh menyerah begitu saja.Jimmy memanfaatkan Grace untuk bekerja sama dengan Harry. Demi membuat konflik makin sengit, dia menggunakan nama Lyla untuk menghancurkan kerja sama Steven. Selain itu, Jimmy sejak awal telah mengutus orang untuk mengawasi Greta. Itu sebabnya, begitu mereka masuk ke rumah sa
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar
Grace memakai sandal tanpa hak sehingga tidak setinggi Sherline, juga tidak punya aura kuat seperti Sherline. Grace sangat kurus, seperti kurang gizi. Akan tetapi ... tubuhnya tegak seperti tiang yang tidak akan bengkok.Grace mendongak dan menatap lurus pada Sherline dengan mata yang jernih. Sherline mengernyit karena hatinya tersentak kaget. Dia bahkan ... tidak berani bertatapan dengan Grace. Pada saat ini, Grace seperti binatang yang mengamuk. Meskipun bertubuh kecil, Grace memiliki sifat yang liar."Kamu berani? Kamu pasti bohong. Memangnya kamu nggak takut malu?" tukas Sherline.Grace menjawab, "Aku nggak takut! Kenapa aku harus merasa malu? Bukan hanya aku yang nggak lulus ujian! Aku berani beri tahu semua orang kalau tunangan Harry Prayogo bodoh soal matematika dan hanya bisa masak. Lalu, kenapa? Aku suka mereka makan makanan ala barat buatanku. Aku bahagia kalau mereka suka.""Kamu adalah guru yang mendidik anak orang. Memangnya kamu mau ajari orang lain bagaimana cara jadi p
Harry berujar, "Ya, itu benar. Apa kamu punya keunggulan lain? Misalnya, latar belakang keluarga?"Sherline menjawab, "Aku ... keluargaku biasa-biasa saja. Orang tuaku hanya pengusaha kecil, tapi mereka berbudi pekerti. Aku nggak akan membuat Pak Harry malu.""Jadi, keunggulanmu nggak banyak." Harry berkata dengan tidak berdaya, "Tunanganku adalah nona dari Keluarga Adhitama. Dia cantik dan pintar. Gimana bisa kamu bandingkan? Bisa-bisanya kamu minta kesempatan untuk bersaing dengannya secara adil? Dia sudah menang dari awal. Aku nggak bodoh. Kamu kira aku nggak bisa bedakan mana yang baik dan nggak?"Harry melanjutkan dengan tenang, "Kalau kamu terus menempel denganku, tunanganku akan keluar dan pukul kamu."Sherline mengernyit karena kebingungan. Dia bertanya, "Apa maksud ...."Sebelum Sherline selesai berbicara, seorang gadis kurus berlari keluar dari pojok. Bahkan sebelum bisa melihat tampang gadis itu, Sherline sudah ditarik dari kursi sehingga jatuh duduk di lantai."Aku anggap k