"Kak, nggak usah nasihatin aku lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Aku janji, aku nggak bakal melakukan apa pun sebelum punya keyakinan 100%. Aku orang yang sabar. Aku bisa main dengan perlahan." Harry menyunggingkan senyuman kejam, seolah-olah dirinya adalah malaikat maut.Ellie ingin berbicara lagi, tetapi akhirnya tidak jadi berkata-kata. Dia tahu Harry tidak bisa dibujuk. Selain persaudaraan, Harry juga mementingkan cintanya. Dia lebih memilih mengorbankan dirinya sendiri daripada mereka.Namun, yang mereka inginkan adalah keselamatan Harry. Ellie yakin, kalau Titus masih hidup, Titus akan menyuruh Harry melupakan dendamnya dan hidup dengan baik. Kalau Grace tahu, Grace juga akan membujuknya untuk tidak menyiksa diri sendiri dengan dendam.Ellie tahu Harry tidak akan mengerti karena tidak pernah kehilangan cinta sejati. Harry kehilangan seorang kakak, tetapi Ellie kehilangan kemampuan untuk mencintai selamanya."Kapan kamu akan pulang?""Besok, pulang dengan Grace.""Oke, aku beresk
"Kamu kenapa? Apa ada masalah yang membuatmu stres? Beri tahu saja aku. Lagian ... aku nggak bisa bantu apa pun ....""Begini cara menghibur orang?""Yang kubilang cuma fakta, aku memang nggak bisa bantu apa-apa. Kamu pasti stres karena bisnis, 'kan?""Aku ingin balas dendam untuk Kak Titus, tapi aku takut kamu terluka. Aku nggak ingin meninggalkanmu ataupun melupakan kematian Kak Titus. Ada banyak orang yang terlibat dalam kematian Kak Titus. Aku takut nggak bisa melindungimu dengan baik.""Grace, aku nggak tahu harus gimana. Kalau bisa pilih, lebih baik aku yang mati empat tahun lalu dan bukan kakakku. Kita lebih baik nggak ketemu daripada aku kesulitan memilih sekarang." Suara serak dan dingin Harry mencapai telinga Grace.Hati Grace bergetar. Ternyata Harry mencemaskan dirinya. Dia tidak tahu harus bagaimana memilih sehingga terlihat risau seperti ini.Selama ini, Harry terlihat sangat kuat. Meskipun Grace sekarat saat itu dan Harry gelisah, Harry tidak terlihat semenyedihkan ini.
"Jangan mengira kamu adalah penghambatku. Kalau nggak menikah denganmu, ayahku pasti menjodohkanku dengan pria lain untuk keuntungan bisnisnya. Aku merasa diriku seperti pelayan zaman kuno. Tuan muda sudah menolongku, jadi kuserahkan seluruh jiwa dan ragaku untuknya."Grace tersenyum lebar, menjelaskan kehidupan dan kematian dengan cara termudah. Bukannya dia tidak takut mati, tetapi ada yang lebih menakutkan daripada kematian.Grace akhirnya terlepas dari Keluarga Lugiman yang mengontrol kehidupannya. Dia memiliki Harry yang memperlakukannya dengan begitu baik. Mana mungkin dia rela meninggalkan Harry?Tanpa Harry, tidak akan ada Grace yang bahagia seperti ini. Dia lebih baik mati demi Harry daripada kembali ke Keluarga Lugiman yang tidak menginginkannya."Gimana kalau kamu pisah denganku, tapi nggak dikendalikan Keluarga Lugiman? Sekarang kamu termasuk anggota Keluarga Adhitama. Kamu nggak butuh Viktor lagi.""Kamu yang membuatku jadi begini. Tanpa kamu, aku bukan Grace yang sekarang
Setibanya di bandara, Felicia merasa ada yang mengikutinya. Dia merasa sangat tidak nyaman. Felicia menoleh, lalu melihat seseorang berpakaian hitam dan bertopi hitam di antara kerumunan. Setelah melihatnya, dia sontak menunduk dan berjalan dengan cepat.Dilihat dari bentuk tubuh orang itu .... Jantung Felicia berdetak kencang. Wajahnya pucat pasi. Grace menghampiri dan bertanya dengan heran, "Ada apa?""Nggak apa-apa, sepertinya aku salah lihat orang." Felicia memijat pelipisnya. Mungkin dia merasa gugup setelah menghadiri pesta amal. Itu mungkin cuma ilusinya. Orang itu sudah lama mati, bahkan mati karena perbuatannya sendiri!Felicia dan lainnya akhirnya tiba di negara mereka. Begitu keluar dari bandara, terlihat Jimmy sudah menunggu mereka sejak tadi. Jimmy berdiri di tengah kerumunan penggemar. Dia mengangkat tanda neon besar.Ketika melihat Felicia keluar, Jimmy berseru, "Felicia, Felicia! Kamu paling cantik! Kamu paling imut! Kamu paling baik! Nggak ada yang bisa menandingimu!"
"Huh! Kamu memang nggak ada romantisnya!" Grace mencebik. Maksud Harry bukan bercinta, melainkan tidur benaran!Setibanya di rumah, terlihat Lyla sudah menunggu mereka. Lyla langsung memberi Grace pelukan. "Manis, akhirnya kamu pulang. Aku rindu sekali padamu. Aku bosan di rumah sendirian. Kak, aku pinjam calon istrimu dulu ya. Ayo, temani aku jalan-jalan. Kita akan bersenang-senang!""Dia milikku. Mana calon suamimu? Bukannya kalian lagi menyiapkan pertunangan?""Nggak usah lagi, merepotkan sekali. Kami bakal langsung nikah setelah tahun baru. Ayah sudah bagi undangan. Aku mau Grace temani aku urus pernikahanku. Memang agak terburu-buru, tapi nggak boleh asal-asalan.""Ya sudah. Kalau bukan karena kamu sudah mau nikah, nggak mungkin kupinjamkan. Cepat pulang. Jangan pinjam terlalu lama!"Lyla mengangguk, lalu membawa Grace ke mal."Kamu benaran bakal nikah dengan Dokter Robin?""Tentu saja. Sebentar lagi tahun baru, jadi kami putuskan setelah tahun baru saja. Kemudian, kami akan melap
Setelah mendengarnya, Lyla menghela napas lega. Untungnya, Hannah memang terpaksa. Mereka adalah saudara, jadi ditakdirkan untuk tidak boleh bersama!Lyla sangat mementingkan pernikahannya. Bisa dilihat dari cara dia memilih barang. Sebenarnya setiap wanita sama saja. Mereka berharap punya pernikahan yang tak terlupakan.Setelah semuanya beres, waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Pada musim dingin, hari lebih cepat gelap. Meskipun baru pukul 5 sore, langit sudah gelap gulita. Angin dingin berembus, membuat orang tak kuasa bergidik.Ketika mereka hendak pulang, tiba-tiba ponsel Lyla berdering. Gaun pernikahan yang dirancang secara khusus untuknya sudah selesai dibuat. Staf toko bertanya kapan Lyla akan datang untuk melihatnya.Begitu mendengarnya, mata Lyla langsung berbinar-binar. Dia langsung membawa Grace ke butik. Dia sengaja memilih desainer supaya gaunnya sesuai dengan yang diinginkan."Bu, kamu mau coba gaunnya sekarang?""Ya, ya!"Lyla mengangguk dengan penuh semangat. Kemudia
Grace mengganti gaun pengantin dengan hati-hati. Kemudian, dia mendorong pintu dan keluar. Begitu melihatnya, mata Lyla langsung berbinar-binar. Dia mengira tubuh mungil Grace tidak bisa menopang gaun pengantin yang berat, tetapi ternyata dugaannya salah."Ambilkan sepatu hak tinggi untuknya," instruksi Lyla.Staf menuruti instruksinya. Grace memakai sepatu hak tinggi. Begitu memakainya, auranya menjadi makin terpancar. Grace kurus, tetapi tidak terlihat kerempeng dan tetap cantik.Lyla menarik Grace ke depan cermin, lalu berkata, "Kalau dirias, kamu akan makin cantik. Selera Kak Harry memang bagus. Dia mendapat pengantin cantik. Kelak anak kalian pasti rupawan!""Masa? Kamu cuma bercanda denganku, 'kan?""Kamu nggak bisa menilai sendiri. Kamu jauh lebih cantik dari Greta. Viktor memang buta. Masa dia ingin kaya dengan mengandalkan Greta? Seharusnya mengandalkanmu! Aku curiga kamu berutang pada Kak Harry di kehidupan lampau. Kalau nggak, kamu pasti bisa dapat yang lebih baik.""Kalau H
Grace berbalik dan hendak menuju ke ruang ganti. Begitu berbalik, Harry malah tiba-tiba meraih tangannya dan menariknya. Grace membentur dada Harry dan memeluknya."Nggak aneh kok. Cantik sekali. Aku cuma terpana tadi.""Hehe. Kakakku pasti terlalu bahagia sampai nggak bisa bereaksi. Kalian pelan-pelan ngobrol saja. Aku mau ganti baju dulu. Kutunggu di mobil. Aku akan memeras kakakku nanti. Kalau nggak ada aku, dia harus menunggu sampai 1,5 tahun untuk melihatmu pakai gaun pengantin."Lyla pun pergi, juga tidak lupa mengusir staf butik supaya Harry dan Grace bisa berduaan.Grace merasa malu karena dipeluk Harry. Dia berujar, "Aku ganti baju dulu. Lagian, bukan aku yang bakal nikah.""Aku belum puas melihatnya. Jangan diganti dulu." Harry segera menarik Grace dan mengamatinya dengan saksama. Dia tidak bisa menipu diri sendiri lagi, dengan mengatakan Grace masih belum dewasa dan orang lain belum tentu akan menyadari kecantikannya. Senyuman Grace jelas-jelas begitu bersinar."Cantik ya?"
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g