Sekarang, Hannah sama sekali tidak bisa menghentikannya. Dengan perasaan putus asa, dia duduk sambil menatap Grace yang terlihat ketakutan."Maaf, aku dengar kalian pergi bersenang-senang tanpa memberitahuku, jadi aku agak marah. Kamu nggak kaget, 'kan?" tanya Hannah yang merasa sedikit bersalah.Grace menimpali, "Jadi kamu cuma marah? Aku kira kenapa tadi. Kamu kelihatan sangat menakutkan, sampai bikin aku kaget! Sekarang, kamu sudah baik-baik saja, 'kan?""Ya, aku sudah baik-baik saja," ucap Hannah sambil menggeleng pelan. Perasaan tak berdaya menyelimuti hatinya. Apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang?Sepanjang makan, Hannah benar-benar kehilangan selera makan. Melihat bahwa sahabatnya tidak bersemangat, Grace berniat untuk menawarkan tumpangan pulang.Sayangnya, Hannah malah menolak. Dia ingin menenangkan pikirannya dan memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.Hubungan ini harus diputuskan! Meski hatinya masih berat, Hannah tahu kalau terus begini, dia hanya akan membah
Ketika Robin menerima pesan itu, dia menatapnya lama sekali. Setelah beberapa saat, barulah dia menyadari bahwa Hannah sudah meninggalkan ibu kota.Adiknya itu tidak pernah pergi jauh. Sejak kedua orang tuanya mengalami kecelakaan, mereka pindah ke ibu kota dan tinggal bersama paman mereka.Setiap kali Robin pergi jauh, hatinya selalu dipenuhi kerinduan. Sebab, satu-satunya keluarganya yang tersisa berada di ibu kota. Itulah sebabnya dia selalu menantikan liburan setiap tahunnya.Robin sudah terbiasa bepergian sendiri karena dia tahu Hannah akan selalu menunggunya di sini. Namun sekarang, justru Hannah yang pergi, sementara dia tetap di ibu kota.Robin tidak mengejarnya. Sebab, dia tahu Hannah pasti sudah memikirkan keputusan ini matang-matang. Kalau tidak, dia tidak akan pergi. Apakah ini karena masalah psikologisnya? Apakah Hannah ingin menyembuhkan dirinya sendiri?Jika Robin mengejarnya, bukankah itu akan merusak upaya Hannah untuk pulih? Bagaimanapun, kelak yang akan menjaganya bu
Grace merasa agak bersalah sehingga suasana hatinya menjadi buruk. Seharian penuh, dia mengerjakan tugas dengan sangat kacau. Harry yang melihatnya tidak fokus akhirnya mengatur sebuah perjalanan untuknya.Grace menatap undangan dengan mata terbelalak, lalu menunjuk diri sendiri dengan tidak percaya sambil bertanya, "Apa? Aku harus ikut Bibi ke pesta amal di Negara Yusala? Kamu pasti bercanda!""Sebenarnya, awalnya aku nggak mau memberimu undangan ini karena khawatir kamu akan kesulitan menanganinya. Tapi melihat kondisimu sekarang, kurasa kamu butuh sedikit hiburan," jelas Harry.Grace membalas, "Tapi ... aku baru saja ikut denganmu ke Kota Jimba, 'kan?"Harry menjelaskan, "Itu beda. Menghadiri acara ini akan meningkatkan reputasimu. Pesta amal ini diadakan setiap tahun. Cuma orang-orang yang paling berpengaruh dalam kegiatan amal di seluruh dunia yang akan terpilih.""Meskipun acaranya di luar negeri, di dalam negeri tetap mendapat perhatian besar. Tahun ini, Felicia dinominasikan se
Harry menambahkan, "Aku terlalu gampang luluh, itulah yang menghalangi pertumbuhanmu. Jangan pura-pura kasihan lagi. Aku nggak akan termakan rayuanmu.""Pokoknya besok, kamu akan berangkat. Ada pesawat khusus yang menjemputmu dan aku bahkan nggak akan mengantarmu!" jelas Harry."Kamu tega banget!" keluh Grace dengan tidak puas.Harry menjelaskan, "Itu namanya suami tegas, istri jadi lebih berani!"Grace merespons, "Ish nggak tahu malu! Aku belum nikah denganmu! Kalau nggak mau antar, ya sudah. Biar kuberi tahu, di luar negeri ada banyak pemuda tampan. Jadi, lebih baik kamu nggak ikut supaya aku bisa cari pria lain!""Hmph!" Setelah itu, Grace pergi dengan marah. Mendengar kata-katanya, Harry hanya bisa menggeleng. Wanita ini memang sulit dihadapi.Keesokan harinya tiba, benar saja Harry tidak mengantarnya ke bandara. Dia meminta Juan yang mengantar. Bahkan sejak pagi buta, Harry sudah tidak ada di ranjang.Juan mengatakan bahwa Harry takut hatinya melunak sehingga langsung pergi ke kan
"Setiap kali selalu seribet ini," keluh Felicia dengan pasrah. Dia mulai memakan steik dengan anggun menggunakan pisau dan garpu.Pramugari itu hendak berbalik dan pergi, tetapi Grace menghentikannya. Dia bertanya dengan bingung, "Um ... punyaku mana?""Makananmu akan segera datang," jawab pramugari."Hmm? Bukannya aku juga dapat steik dan anggur merah?" tanya Grace lagi."Anggur merah memang ada, tapi steik itu khusus disiapkan oleh Pak Jimmy untuk Bu Felicia. Cuma ada satu," jelas pramugari."Eh, apa nggak ada yang pesan layanan spesial juga untukku?" tanya Grace dengan penuh harapan. Dia berpikir Harry mungkin sudah menyiapkan sesuatu untuknya juga.Pramugari itu menjawab, "Oh ya, ada. Maafkan aku, Nona Grace. Aku hampir lupa. Sebenarnya ada pesan dari Pak Harry.""Sudah kuduga, pasti ada sesuatu darinya!" ucap Grace sambil tersenyum lebar. Dia merasa bangga sambil melirik ke arah Felicia seolah sedang berkata bahwa prianya juga tidak kalah romantis.Tak lama kemudian, pramugari dat
Begitu mendengarnya, Felicia merasa agak geram. "Dasar bodoh, tentu saja sampanye. Sisanya cuma boleh dilihat dan nggak boleh dimakan. Kamu harus pegang gelas seperti ini, lalu menyesap sedikit-sedikit. Lipstikmu nggak boleh kena gelas.""Lipstik nggak boleh kena gelas?" tanya Grace."Apa ini penting?" tanya Felicia balik."Ya, ya. Kamu lanjutkan ...."Felicia mengajarinya banyak etiket makan. Grace sampai pusing mendengarnya. Dia sampai menggunakan pena perekam yang diberikan Lyla untuk merekam semuanya. Pada akhirnya, Grace berucap dengan takut, "Aku akhirnya ngerti kenapa orang biasa lebih banyak dari orang kaya.""Kenapa?" tanya Felicia yang mengambil gelas dan menyesap air dengan elegan. Dia haus setelah menjelaskan panjang lebar kepada Grace. Sebelum menelan airnya, terdengar Grace berbicara ...."Menurut etiket seperti ini, aku bisa mati kelaparan atau mati kelelahan. Kalau nggak bisa makan kenyang setiap hari, orang bisa cepat mati. Etiketnya terlalu rumit. Gimana orang nggak l
"Ibu, aku ngerti kok. Aku cuma merasa iri. Aku nggak pernah lupa kalau aku anggota Keluarga Adhitama. Aku akan memikul tanggung jawabku dan nggak bakal bertindak emosional," ujar Dennis."Bagus kalau begitu. Nggak sia-sia aku mengajarimu selama ini. Grace nggak bakal terus hidup santai. Dia harus mempelajari semua etiket itu. Aku nggak peduli dia istri siapa. Yang jelas aku nggak bakal membiarkan Keluarga Adhitama ditertawakan. Dia sudah jadi bagian dari keluarga kita, jadi harus belajar etiket," tutur Felicia."Aku cuma khawatir Ibu nggak punya kesabaran menghadapinya.""Di dunia ini, nggak ada murid yang jadi bodoh setelah diajariku. Lihat saja nanti."Felicia tampak percaya diri. Setelah mengakhiri panggilan, dia berniat mencari Grace. Kalau Grace berani makan dengan lahap, Felicia akan memberinya pelajaran.Grace telah menjadi orang kalangan atas, jadi harus menguasai pengetahuan dasar sebagai seorang sosialita. Felicia harus lebih tegas padanya atau Grace akan mempermalukan Keluar
Grace belajar seharian, merasa kapasitas otaknya kurang besar. Dia berbaring di ranjang sambil mengulangi pelajaran, tampak lebih serius daripada biasanya.Tiba-tiba, Harry meneleponnya. Grace melempar ponselnya dengan kesal. Harry tidak mengantarnya dan hanya menyediakan makanan pesawat untuknya! Sekarang Harry baru teringat padanya?Ponsel hanya berdering untuk sesaat. Grace masih menunggu telepon selanjutnya dari Harry, tetapi malah tidak ada apa-apa.Grace memeriksa baterai dan sinyalnya. Semuanya penuh. Sungguh tidak tulus! Masa Harry cuma meneleponnya sekali! Kenapa nggak meneleponnya lagi?Grace merasa kesal. Tanpa diduga, tiba-tiba masuk pesan.[ Dengar-dengar malam ini Madrila turun salju. Coba lihat dari balkon. ]Ibu kota Negara Yusala adalah Madrila.Hari ini akan turun salju? Itu akan menjadi salju pertama yang dilihat Grace selama musim dingin ini!Grace segera bangkit dari ranjang, lalu berlari ke balkon. Hotel ini sangat mewah, jadi balkonnya pun besar. Ada tanaman hija
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa