Kali ini Harry benar-benar teguh pada pendiriannya. Dia tidak makan malam dan langsung masuk ke ruang kerja. Saat ini sudah pukul sepuluh malam, tapi dia masih belum juga keluar. Grace sudah beberapa kali berdiri di depan pintu ruang kerja dan memohon agar Harry keluar, tetapi Harry tetap mengabaikannya.Akhirnya, Grace terpaksa berkata, "Harry ... aku sudah merenung dan menyadari kesalahanku. Memang ini salahku dan aku janji akan belajar dengan giat. Apa pun yang kamu katakan, aku akan patuh. Tolong jangan terus mengurung diri di dalam, keluarlah dan makan sesuatu ya?""Kamu yakin?" Terdengar suara yang rendah dan serak dari dalam ruangan, disertai dengan nada penuh keraguan. Grace sebenarnya tidak berniat untuk sepenuhnya patuh. Namun, dia tahu taktik ini bisa membantunya mengulur waktu."Ya, ya. Kamu makan dulu, setelah itu semuanya bisa kita bicarakan," ujarnya buru-buru.Begitu kata-kata itu terucap, pintu ruang kerja langsung terbuka dan Harry mengizinkannya masuk. Grace pun mera
Lyla berbicara dengan penuh semangat dan wajahnya benar-benar tampak bahagia. Memang, menikahi seseorang yang dicintai adalah hal yang paling membahagiakan."Kak, aku mau pinjam Grace sebentar. Aku mau beli pakaian baru, jadi butuh pendapatnya."Mendengar hal ini, mata Grace sontak berbinar menatap Lyla. Dia seolah-olah telah melihat dewa penolong. Lyla adalah penyelamatnya!Harry melirik Grace dengan tatapan agak meremehkan, "Gaya kalian berbeda dan seleranya buruk. Aku bisa suruh Juan temani kamu.""Kamu bisa suruh Juan untuk bantu angkat barang. Tapi kalau soal belanja, biarkan kami berdua saja. Sesama wanita baru punya topik yang nyambung, tahu!""Oke, tapi cuma boleh satu jam. Cepat pergi dan cepat kembali.""Oke!" Lyla segera menarik Grace keluar dari ruangan. Begitu keluar, Grace hampir saja memeluk Lyla dan menciumnya, tapi Lyla langsung menghentikannya. "Lihat saja dirimu ini. Apa perlu sampai setakut itu sama Kak Harry?""Harry punya terlalu banyak trik. Dia sudah paham semua
Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah Keluarga Lubis. Paman Robin bernama Sofyan, dia adalah seorang jenderal di distrik militer ibu kota. Kini usianya sudah lebih dari 50 tahun, tetapi fisiknya masih kuat dan sangat berwibawa karena telah memimpin pasukan selama bertahun-tahun.Setelah memasuki rumah Keluarga Lubis, semua anggota keluarga menyambutnya dengan hangat dan mempersilakannya masuk. Awalnya, Lyla khawatir karena Keluarga Prayogo berasal dari kalangan pedagang, Keluarga Lubis mungkin akan memandang rendah dirinya. Namun, ternyata kekhawatirannya tidak berdasar.Selama kedua keluarga setara, mereka tidak memiliki prasangka apa pun.Istri Sofyan, Celine, menggenggam erat tangan Lyla sambil berkata, "Lyla, akhirnya kamu datang juga. Kami dengar dari Robin, katanya kamu sudah berencana mau datang bulan lalu, tapi saat itu pamannya sedang menjalankan tugas dan nggak berada di rumah sampai sekarang.""Cuma aku seorang diri di rumah ini, jadi kesannya terlalu gegabah kalau suruh k
Di tengah pembicaraan, Robin akhirnya tidak bisa menahan diri dan berkata, "Paman, Hannah masih muda, belum lagi studinya juga belum selesai. Kudengar, Hannah mau melanjutkan studi pascasarjana, sekarang rasanya terlalu dini untuk memikirkan pernikahan.""Kamu mau lanjut pascasarjana? Jurusan yang kamu ambil itu nggak ada gunanya! Kalau bukan karena kakakmu yang menghalangiku, dari dulu aku sudah mengirimmu ke akademi militer khusus perempuan.""Maaf, Paman. Ini semua salahku," ujar Robin dengan tulus untuk mencoba meredakan ketegangan.Sofyan hanya bisa menghela napas. Selama ini, Robin adalah anak yang patuh dan menuruti semua perkataannya. Namun, setiap kali mengungkit masalah yang berkaitan dengan Hannah, Robin seolah-olah selalu saja menentangnya. Sudah sering dia memarahi dan menegur Robin, tetapi tetap tidak ada hasilnya."Oke, lupakan saja. Aku malas bahas hal ini lagi," kata Sofyan akhirnya.Setelah itu, Sofyan memanggil Robin ke ruang kerjanya, sedangkan Hannah diminta untuk
"Aku juga nggak peduli seberapa parahnya masalah psikologismu, itu masalahmu sendiri. Kusarankan sebaiknya kamu jangan keterlaluan!""Tapi ... kalau aku bilang padanya aku nggak mau kalian bersama. Kalau dia memilihmu, aku akan merasa nggak nyaman dan dicampakkan sendirian ... apa dia akan memilihmu atau aku?"Hannah memegang tangannya sendiri dengan erat. Entah apa yang dipikirkannya sampai bisa mengucapkan perkataan seperti itu. Mendengar hal itu, Lyla menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak menyangka Hannah akan mengatakan hal seperti itu.Hannah yang saat ini berbeda sekali dengan Hannah yang sebelumnya merestui mereka."Kamu sudah gila?" tanya Lyla dengan marah."Aku nggak gila. Aku cuma merasa kalian nggak cocok!" ujar Hannah setelah menghimpun keberaniannya sambil menarik napas dalam-dalam.Benar .... Mereka tidak cocok. Kalaupun bersama, mereka tidak akan bisa bertahan lama. Hannah merasa dirinya sedang melindungi Robin, melindungi kakak kandungnya dan pria yang pali
Lyla terdiam di tempat dan tubuhnya terasa kaku. Sebelumnya, dia bisa memahami mengapa Robin begitu cemas ketika membahas masalah yang menyangkut adiknya. Namun setelah mendengar perkataan Hannah, Lyla merasa bahwa Robin terlalu kejam.Setiap kali Hannah terluka atau ada masalah, Robin selalu mendorong Lyla untuk pergi tanpa mempertimbangkan perasaannya sedikit pun.Apa Robin benar-benar ... tidak pernah memedulikan perasaannya?Saat berjalan masuk ke rumah, Lyla merasa setiap langkahnya terasa begitu berat. Di dalam rumah, dia melihat Hannah sedang duduk di sofa dengan tangannya yang terluka karena pecahan gelas yang jatuh. Robin berlutut di depannya dan merawat luka Hannah dengan hati-hati.Perlakuan Robin yang begitu perhatian dan lembut itu sangat menusuk hati Lyla. Wanita memang terkadang sangat sensitif dan kali ini Lyla tidak bisa menahan rasa cemburunya. Cemburu pada Hannah, cemburu pada perhatian Robin yang seolah-olah milik adiknya sepenuhnya.Dia menarik napas panjang sambil
Mendengar kata-kata Hannah, Robin mengira itu hanyalah gejala dari masalah psikologisnya yang muncul kembali. Dia mengusap lembut kepala Hannah dan berkata dengan tenang, "Bukannya kamu sudah mulai bisa menerima semuanya? Kenapa sekarang jadi begini lagi? Kamu takut aku akan melupakanmu kalau sama Lyla?""Ya, aku memang khawatir. Aku takut ... Lyla akan memisahkan kita.""Dasar bodoh, wajar saja kalau kakak beradik selalu bersama. Tapi bagaimanapun, aku harus menikah dan melahirkan anak suatu hari nanti. Kamu juga akan menikah. Kamu tetaplah adikku dan aku akan selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi.""Robin ... kalau aku menikah nanti, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Hannah dengan hati-hati.Robin terdiam sejenak, matanya tampak kelam bagaikan langit malam. Sebelumnya, dia tidak pernah memikirkan tentang kemungkinan Hannah akan menikah. Namun seiring berlalunya waktu, dia tidak bisa lagi menghindari kenyataan itu. Adik yang selalu dia jaga dan sayangi ini, pada akhirnya akan mene
Robin juga tidak menahan diri. Dia minum segelas demi segelas hingga akhirnya mabuk dan tertidur di sofa. Memandang wajah tampan Robin, air mata Hannah akhirnya tidak tertahankan lagi."Robin ...." Dia berteriak memanggil namanya, tetapi Robin tidak mendengarnya."Robin, dengarkan aku baik-baik, aku mencintaimu. Aku, Hannah, mencintaimu.""Cintaku padamu begitu dalam hingga aku kehilangan diriku sendiri. Aku mencintaimu sampai gila. Memang benar, aku sudah melakukan banyak hal bodoh. Aku minta maaf, maafkan aku .... Tapi, apa yang bisa kulakukan? Aku nggak bisa mengendalikan diriku sendiri!""Robin, kamu adalah dokter terbaik, bisa nggak kamu membantuku? Bisa nggak kamu beri tahu aku, gimana caranya mengeluarkanmu dari hatiku? Gimana caranya supaya aku berhenti mencintaimu? Tolong beri tahu aku ....""Kamu tahu nggak? Aku menderita sekali. Kamu masih bisa mencintai orang lain, tapi aku ... aku sudah nggak sanggup mencintai orang lain!"Dengan keberanian yang didapatkannya setelah mabuk
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar