"Haeh, kamu benar-benar sudah berusaha keras! Aku nggak mengerti sama sekali soal bisnis, jadi nggak bisa membantu apa pun. Kak Steven nggak akan tinggal diam begitu saja. Sudah bertahun-tahun dia memandangmu sebagai pengganggu, dia nggak akan mungkin membiarkan Grace naik status semudah itu.""Kamu menikahi seorang istri yang begitu kuat dan bahkan berhubungan sama Keluarga Aditama. Apa kamu sudah lupa gimana ulah Kak Steven sebelumnya?"Begitu perkataan itu dilontarkan, ekspresi Harry langsung berubah drastis. Dia memicingkan matanya sambil mencengkeram kaki gelas di tangannya. Tatapannya yang dalam dipenuhi dengan berbagai gejolak emosi. Bibirnya yang tipis terkatup rapat dan garis wajahnya juga menjadi sangat kaku.Seketika, Lyla merasa Harry seolah-olah berubah menjadi seorang iblis. Sekujur tubuhnya memancarkan aura kebencian yang kuat. Lyla merasa kaget sejenak karena dia sadar telah mengungkit tentang hal yang paling dikhawatirkan Harry.Lyla langsung mengulurkan tangan untuk m
"Apa kamu merasa Kakak akan membohongimu?"Mendengar hal itu, Lyla merasa agak putus asa. Meski hubungannya tidak dekat dengan Steven, tetap saja dia tidak ingin melihat perselisihan antara saudara kandung. Namun, jika Steven benar-benar turun tangan duluan, itu berarti dia sedang mendesak Harry untuk melawan."Kalaupun Kak Steven nggak turun tangan langsung, aku yakin dia pasti terlibat. Tenang saja, mau itu pelaku asli ataupun komplotannya, aku nggak akan membiarkan satu pun dari mereka bisa lolos.""Kak Harry ... demi Kak Titus? Apa itu benar-benar sepadan? Jelas sekali ini adalah sebuah taruhan besar. Kalau kamu menghancurkan Kak Steven, yang terluka adalah Ayah dan fondasi Keluarga Prayogo juga pasti akan goyah!""Kak Steven seimbang denganmu sekarang. Kalian berdua akan sama-sama terluka!" timpal Lyla lagi."Kak Titus ... meninggal demi melindungiku." Suara Harry berhenti sejenak, menyiratkan kepedihan yang mendalam. Masalah ini memang sudah berlalu sangat lama, tetapi Harry masi
Grace tidak kuasa melawannya. Mungkin karena bau alkohol yang menyengat dari tubuh Harry, Grace juga jadi ikut pusing dan sekujur tubuhnya memanas setelah mencium Harry sekian lama. Grace merasa ... dirinya juga ikut mabuk dan pusing hingga kehilangan akal sehat.Dia malah ... terhanyut dalam ciuman ini hingga tidak bisa menahan diri.Sementara itu, Lyla yang sedang menyiapkan sup penghilang mabuk di dapur langsung menggigil."Nona Lyla, ada apa denganmu?" tanya pelayan dengan perhatian."Aku merinding. Sialan, aku lupa ambil kembali mikrofonnya."Suara dari mikrofon ini terlalu jelas, sehingga percakapan antara Grace dan Harry bisa terdengar sepenuhnya. Lyla merasa sangat risih mendengarnya. Dia buru-buru melepas mikrofon dan langsung merasa jauh lebih lega.Lyla menyentuh pipinya yang terasa panas dan mungkin sekarang sudah memerah sepenuhnya. Dia dan Robin sudah saling mengenal sejak masa kuliah. Mungkin sudah delapan atau sembilan tahun berlalu.Sejak saling mengenal hingga jatuh c
Tenaga pria ini kuat sekali! Tangan Grace terasa sakit. Dia hendak menarik tangannya kembali, tetapi tidak sanggup."Kak Titus ...." Setelah itu, Harry terus menggumamkan nama "Kak Titus". Grace langsung paham bahwa Harry sedang mengalami mimpi buruk. Selain itu, mimpi buruknya adalah kejadian pada empat tahun yang lalu.Mengesampingkan rasa sakit di pergelangan tangannya, Grace segera menggunakan tangan lainnya untuk menepuk-nepuk dada Harry dengan lembut sambil berkata, "Jangan takut, aku di sini. Harry, jangan takut. Aku akan selalu di sisimu."Begitu ucapan itu dilontarkan, Harry tampak lebih tenang. Cengkeraman di tangannya pun berkurang, dan Grace merasa agak lega. Dia mencoba menarik tangannya kembali, tetapi justru cengkeraman itu kembali mengencang, seolah-olah Harry tidak ingin melepaskannya."Harry, kamu dengar aku bicara, 'kan?" tanya Grace dengan kaget.Harry mulai tenang setelah mendengar suaranya. Meskipun masih ada gumaman pelan, dia tidak lagi terlihat gelisah dan cema
Grace menggerakkan matanya untuk berpikir sejenak. Sepertinya tidak apa-apa kalau dia diam-diam mencium Harry, bukan? Lagi pula, pria ini adalah miliknya, bukannya mencium tunangan orang lain. Terserah saja dia mau bagaimana memperlakukan pria miliknya ini.Memikirkan hal itu, Grace mulai mendekatkan diri dengan berani dan mengecupnya dengan perlahan. Rasanya menyenangkan sekali. Setelah itu, tangan mungilnya terus bergerak ke bawah menyentuh jakun Harry.Rasanya ajaib sekali. Hanya pria yang memiliki jakun, sedangkan wanita tidak punya. Setelah itu, Grace menyentuh bahu Harry yang lebar. Kemudian, dia bergerak ke lengan dan dadanya. Ototnya benar-benar kekar!Grace memasukkan tangannya ke dalam selimut dan mulai menyentuhnya dengan tanpa segan-segan. Kemudian, tangannya bergerak lagi ke bawah. Setelah itu, Grace baru menghentikan dirinya sendiri. Dia tidak boleh berpikiran tidak senonoh!Setelah mengelus dan menciumnya, Grace mulai merasa bosan."Harry ... bisa nggak lepaskan aku? Aku
Grace menarik napas dalam-dalam dan terpaku di tempatnya. Dia tidak berani menoleh sama sekali dan langsung kabur. Dia tidak mungkin memberi tahu Harry bahwa dia diam-diam menyentuh tubuh Harry saat pria itu sedang tertidur, bukan?"Grace!" Melihat Grace melarikan diri, Harry langsung mengerti.Gadis yang biasanya tampak polos dan wajahnya mudah memerah, malah lancang menyentuh seluruh tubuhnya. Dasar berengsek!Tidak, Grace bahkan melakukannya saat Harry sedang tertidur. Itu bahkan lebih parah lagi!Grace menarik napas dalam-dalam saat menghirup udara segar di luar, merasa bahwa semua kekesalan yang menumpuk sepanjang hari mulai mereda. Pesta pernikahan sudah dimulai, jadi dia segera bergegas turun.Namun, tepat ketika dia hendak membuka pintu dan masuk, langkah kaki yang cepat terdengar dari belakang. Dia langsung berbalik, tak disangka malah lehernya dipukul oleh seseorang dengan keras. Dia ingin berteriak, tetapi orang itu membungkam mulutnya dan menyeretnya pergi.Pukulan ini tida
Jejak darah yang tertinggal di dek kapal terbentang panjang, tampak sangat menakutkan."Dasar wanita jalang. Sudah mau mati saja masih berontak? Nanti aku harus bersihkan jejak darahmu lagi, menjijikkan sekali!" Cheria menginjak tangan Grace dengan keras.Grace kesakitan hingga hendak berteriak, tetapi tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Dia tidak bertenaga lagi, seolah-olah tenggorokannya tercekat sesuatu. Akhirnya, Grace hanya bisa terkesiap kesakitan."Cheria ... kamu ... mau bunuh aku?"Grace tidak pernah mengalami hal seperti ini. Dia mengira hanya akan mendapat sedikit balas dendam jika berselisih dengan seseorang. Grace bahkan tidak berani menampar orang, apalagi membunuhnya. Tak disangka, Cheria malah mau membunuhnya!Grace benar-benar meremehkan kegelapan hati manusia. Dia membuka mulutnya dengan susah payah, rasa sakit membuat keringat bercucuran di wajahnya. Mendengar itu, Cheria hanya menyunggingkan senyum keji di bibirnya yang penuh dengan niat jahat."Jangan salahk
Sakit .... Grace merasakan bau amis di tenggorokannya. Ketika dia mencoba membuka mulut untuk mengerang kesakitan, darah panas mengalir keluar. Apa ... apakah ini pendarahan di lambung? Grace sudah tak sanggup membedakannya lagi.Melihat tubuh Grace yang telah berguling ke tepi pagar, Cheria merasa dirinya tidak perlu lagi repot-repot menyeret Grace. Pada akhirnya, dia mengangkat tubuh Grace dan melemparkannya ke luar. Namun tak disangka ... Grace malah berusaha keras memegang pagar dan bergelantungan di sisi kapal.'Masih saja mau memberontak? Menarik sekali,' batin Cheria. Suasana hati Cheria sedang baik, jadi dia tidak buru-buru mendorong Grace. Dia ingin melihat, seberapa lama Grace bisa bertahan.Namun pada saat ini, Lyla merasa heran karena tidak bisa menemukan sosok Grace di mana pun. Dia memasang kembali penyuara telinganya dan mendengar suara napas Grace yang lemah."Masih tidur?" Merasa bingung, Lyla berencana naik ke lantai atas untuk memeriksanya. Setelah mengetuk pintu, te
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa