Dasar laki-laki aneh, kadang manis, mesra, kadang kasar dan seenak jidatnya sendiri kalau minta keinginan di turuti.
Seperti sore ini dia mengajakku pulang ke rumah lagi, tapi aku masih ingin disini. Tiba-tiba dia mengancam akan merobohkan bangunan ini. Heh Bambang! bangunan ini di bikin papa buatku enak aja mau dirobohkan, tentu saja hanya aku ucapkan dalam hati.
Dengan kesal segera aku pindahkan semua bajunya ke koper dan segera pergi dari situ.
****
Beberapa hari ini ada yang aneh dengan diriku, aku begitu ingin meminum semua minuman yang sudah di minum oleh mas Arsen. Saking inginnya seolah-olah air liurku seperti hendak menetes jika melihatnya meminum sesuatu. Sampai-sampai aku kena tegur mama.
Bahkan aku akan senang saat beberapa kali mas Arsen sengaja tidak menghabiskan jusnya. Ah... lama-lama aku seperti bukan diriku.
Belum lagi aku sangat ingin mencium aroma tubuh
"Minumlah... " mas Arsen menyodorkan gelas berisi jus yang tinggal setengah padaku.Aku menerimanya sambil melirik kearah mama, mama terlihat tidak suka dengan hal itu. Sejak dokter bilang aku hamil, mas Arsen lebih lembut dan peduli padaku termasuk berbagi minumannya denganku.Waktu itu aku tidak sengaja mendengar bi Sumi bilang pada mas Arsen untuk menuruti semua keinginanku, termasuk berbagi minumannya denganku dan memberikanku pelukan. Bi Sumi bilang kalau orang ngidam tidak dituruti nanti anaknya akan ileran. Entahlah apa korelasi antara keinginan ibu dan anaknya yang ileran jika keinginan ibunya tidak terpenuhi."Sepertinya cucu pertama papa akan mirip dengan Arsen," ucap papa berkelakar.Ya, calon bayi dalam kandunganku adalah cucu pertama mereka. Alana yang menikah 5 tahun lalu belum memiliki keturunan.Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan papa, aku juga melihat senyum tipis di bi
"Mama tega sekali melakukan ini padaku, mama boleh tidak menyayangiku tapi kenapa mama juga tidak menyayangi calon anakku, dia juga akan jadi cucu mama. Bahkan mama tega membunuhnya saat usianya baru 6 Minggu," sayup-sayup kudengar suara mas Aresn."Calon bayiku sudah tiada? maafkan mama nak, mama telah menyebutmu menyebalkan padahal kamu masih dalam perut mama. Apa karena itu kamu pergi meninggalkan mama bahkan saat usiamu baru enam minggu?" air mataku menetes dalam keadaan mata masih terpejamKurasakan tangan mas Arsen meremas tanganku, mungkin dia melihat aku meneteskan air mata."Bagaimana kita menjelaskan semua ini pada mas Prasetyo, mah?" ucap papa menyebut nama papaku.Aku membuka mata, "mama dan papa belum aku kasih tahu pa, mereka belum sempat tahu kalau aku sedang hamil."Saat aku menyelesaikan kalimatku pintu kamar ruangan ini terbuka, terlihat mama dan papa menatapku dengan bah
Setelah kejadian pemukulan itu papa tetap tidak mengijinkan aku bertemu dengan mas Arsen, sedangkan papa Candra masih sabar menunggu kemarahan papa mereda.Setelah pulang dari rumah sakit aku diajak pulang kerumah dan diawasi oleh papa, entah kenapa papa memperlakukanku seperti anak ABG yang harus di jaga dan diawasi, aku sangat kesal dibuatnya tapi tidak kuasa melawan kemauan papa.Sore ini selepas maghrib papa dan mama sudah pergi, aku hanya di temani oleh asisten rumah tangga dirumah. Papa dan mama ada acara kantor di sebuah hotel dan katanya akan sampai malam.Jam delapan malam, saat aku hendak naik ke kamarku terdengar bel berbunyi. Karena si bibi sedang sibuk di dapur akhirnya yang membukakan pintu.Didepan pintu terlihat sosok yang sangat aku rindukan."Mas Arsen ngapain kesini?" aku berkata sambil clingak-clinguk kedalam rumah. Kalau bibi lihat, aku takut dia ngadu ke papa."Aku kangen,
"Aku tidak butuh dokter, aku hanya butuh dirimu untuk menghangatkanku," ucapnya sambil memasukkanku kedalam selimut."Gimana caranya?" aku bertanya polos.Tanpa menjawab mas Arsen memasukkan kedua tangannya kedalam bajuku dan menggosok punggungku dengan kedua tangannya, ada sensasi tidak biasa menjalar di tubuhku."Mas... kalau kayak gini aku yang panas," ucapku lirih."Nah, lakukan itu padaku," jawabnya.Aku menuruti perkataannya, aku menelusupkan kedua tanganku ke badannya yang hanya ditutup dengan bathrope dan menggosok pelan punggungnya.Dia melepaskan kancing atasanku satu persatu."Mas, apa yang kamu lakukan?" tanyaku."Lebih cepat panas kalau kulit bertemu kulit secara langsung," dia berkata sambil meloloskan atasanku dan menarikku kedalam dekapannya, badan kami menempel tanpa jarak. Aku menghentikan elusan tanganku.
Setelah mendapatkan ijin dari papa, akhirnya disinilah kami. Di Bali! Kami menuju hotel yang sudah kami booking di Nusa Dua dengan melewati tol yang ada di atas laut. Tol dengan panjang 12,7 kilometer yang menghubungkan antara Kota Denpasar/Pelabuhan Benoa, Bandara Internasional Ngurah Rai, dan Nusa Dua Bali.Jalan tol Bali Mandara merupakan jalan tol pertama di Bali. Jalan tol ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 September 2013."Wah.... indah sekali," aku bergumam. Dengan memakai mobil sewaan kami melintasi jalan tol itu, dengan kiri kanan terhampar lautan seolah-olah kami terbang diatasnya. "Kamu bahagia?" tanya mas Arsen."Tentu, terima kasih sudah membawaku kesini." ucapku tulus sambil mengecup pipi mas Arsen yang fokus menyetir.Mas Arsen hanya menjawab d
"Anggap saja ini honeymoon kita, aku sedang mempraktekkan malam romantis yang sudah aku tulis dibeberapa novelku. Bukankan kamu menyalin ke dalam smartphonemu dan membacanya." mas Arsen berkata sambil perlahan-lahan berjalan menuju ranjang dengan posisi kami yang tidak berubah."Darimana kamu tahu mas?""Ada Cctv didalam ruang kerjaku, jadi aku tahu perbuatanmu," dia menjawab sambil menatap dalam padaku."Apa kamu marah mas?""Tidak," dia menjawab sambil memberikan kecupan singkat di bib*rku. " Aku mencintaimu, aku tidak akan marah padamu," dia mengungkapkan cintanya.Pipiku memanas, jantungku berdetak cepat mendengar kata cinta darinya. "Sejak kapan kau mencintaiku?" aku mencoba bertanya."Sejak pertama kali kita bertemu, aku menyukai semuanya yang ada dalam dirimu," ucapnya sambil merebahkan badannya di ranjang setelah kami berjalan sepanjang jalan menuju ranjang d
Aku terbangun dan merasa tidak nyaman dengan badanku, terasa lengket karena seharian belum mandi. Segera ku raih handuk yang ada tidak jauh dari tempat tidur. Setelah membalut tubuhku dengannya aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri.Selesai mandi aku hanya memakai bathrope saja. Terlihat mas Arsen masih tidur dengan pulas. Tidak mau mengganggunya, aku memilih untuk ke pinggir kolam saja menikmati suasana tengah malam di Bali.Aku duduk di tepi kolam yang berhadapan langsung dengan kamar kami dan memasukkan sebagian kakiku kedalamnya. Meskipun kolam ini terintegrasi dengan kamar-kamar yang ada di sini aku tidak berniat mengganti baju, kupikir siapa yang akan keluar dan berenang malam-malam begini kan.Tapi ternyata pikiranku salah, tidak jauh dari kamarku terlihat orang yang berenang dengan cepat kearah sini. Aku bergegas naik dan hendak masuk kedalam kamar, tapi orang yang berenang itu memanggil namanya dengan kerasnya.Aku berhent
Saat sarapan pagi mas Arsen lagi-lagi memuntahkan makanan yang baru saja dimakannya. Dia terlihat mulai lemas karena tidak ada makanan yang masuk ke perut. Aku berinisiatif membuatkan air jahe untuknya, katanya jahe bisa menghangatkan badan dan perut siapa tahu bisa membantunya."Apa kita ke dokter aja mas?" ucapku sambil memberikan segelas air jahe padanya."Gak perlu, sepertinya aku baik-baik saja. Cuma setiap habis makan tiba-tiba aku merasa mual dan ingin muntah." mas Arsen berkata sambil meminum air tersebut."Aku coba bikinin bubur ya," aku menawarkan.Dia hanya mengangguk dan merebahkan badannya kembali. Bergegas aku pergi ke dapur untuk membuat bubur buat mas Arsen."Arsen masih mual-mual, Vira? mama bertanya."Dia mualnya kalau habis makan aja mah, Vira mau coba bikin bubur siapa tahu tidak muntah,""Kalau sampai sore masih muntah-muntah lebih bai
POV ARSEN ____________ "Mari kita lakukan, ini buat baby girl yang ada di perutmu," coba kubujuk lagi Vira untuk mau melakukan 'hubungan'. Calon anak kami yang sedang di kandung Vira memang anak perempuan. Dia trus saja menolakku hingga aku kesal dibuatnya, padahal aku sudah mengikuti semua yang dia inginkan. "Apa kamu tidak ingin segera bertemu dengannya? Pasti dia secantik dirimu?" ucapku sambil mencium tengkuknya. Kuhirup aroma yang menguar dari tubuhnya."Kamu sangat wangi istriku," bisikku membangkitkan rasa percaya dirinya. Vira berbalik dan menghadap ke arahku, kuelus perutnya "Hai baby girl, ayo segera keluar. Daddy sama mommy sudah sangat ingin bertemu denganmu!" aku berkata sambil menciumi perut Vira. Vira terliha
Perutku makin membesar dan seperti layaknya ibu hamil aku mengalami kesulitan bergerak bebas, tidur dengan nyenyak dan cepat kegerahan.Aku menghabiskan banyak waktu dirumah bersama Dewa dan bi Asih, mas Arsen memanjakan diriku dengan banyak perhatian. Sepertinya dia hendak menebus apa yang tidak bisa dilakukan dulu saat aku hamil Dewa."Aaww...!" aku menjerit kesakitan saat kakiku terasa kram di malam hari.Mas Arsen terbangun dengan terkantuk-kantuk kemudian mengganti lampu tidur dengan lampu kamar."Kenapa? mana yang sakit?" tanya mas Arsen sambil mendekatiku.Aku menjawab dengan menunjuk pada kakiku yang terlihat kaku, ini sudah kali kedua aku mengalaminya di malam hari. Saat hendak merubah posisi tidur tiba-tiba saja kakiku kaku dan sakit.Perutku yang membuncit tidak memungkinkan untuk memijatnya sendiri. Mas Arsen segera mengambil mi
Matahari bersinar menerobos jendela kamar kami, kami tertidur setelah melakukan ritual selepas sholat subuh. Hari masih pagi tapi matahari sudah bersinar lembut.Entah apa yang terjadi padaku, sehingga aku berani melakukan hal itu pada mas Arsen. Bawaan bayi? Kangen sama daddynya? ah itu hanya alasan saja. Apa yang difikirkan mas Arsen tentangku? bodoh amat aku tidak peduli, aku kan istrinya."Kenapa? apa yang kamu pikirkan? kamu terlihat melamun." mas Arsen bertanya padaku."Vira cuma...," aku tidak meneruskan ucapanku."Aku menyukai dirimu yang seperti tadi malam dan tadi pagi," ucap mas Arsen sambil mengecup pelipisku kemudian bangkit dan berlaku ke kamar mandi.Sepertinya dia mengerti apa yang aku pikirkan dan apa yang diucapkan barusan adalah untuk menghilangkannya kekhawatiranku.🍁🍁🍁🍁Hari ini kami berkumpul dirumah
POV ARSEN____________Hujan dan angin sore tadi menyisakan pemadam listrik yang cukup lama, Vira mulai kegerahan menjelang malam hari. Padahal usia kandungannya baru berjalan kurang lebih sembilan minggu kenapa sudah gampang kegerahan. Setahuku wanita hamil mudah kegerahan jika menjelang persalinan.Mungkin karena terbiasa tidur menggunakan pendingin ruangan jadi saat tidak memakainya dia kegerahan. Dalam remang cahaya lilin dia mengganti bajunya dengan daster tipis tanpa lengan dan hanya sebatas lutut."Vira, suasana saat ini mendukung kita menghabiskan malam bersama, ini mengingatku saat kita menghabiskan malam di Bali. Kenapa kamu malah memakai baju setipis itu, ditambah lagi sudah hampir dua bulan aku menahannya."
Hari ini Alana datang ke rumah, perutnya terlihat sudah mulai membuncit. Mungkin karena isinya dua janin jadi lebih cepat kelihatan. Kami bercengkrama di atap rumah, suasana masih sejuk karena belum begitu siang. Meski siang sekalipun suasananya tetap adem karena angin berhembus sepoi-sepoi."Makan rujak kayaknya enak," ucap Alana."Mas, pengen makan rujak. Bisa beliin?" aku berkata pada mas Arsen yang sedang asik bermain dengan Dewa di pinggir kolam."Bisa," jawab mas Arsen "Dewa mau ikut daddy nggak, cari rujak!" mas melanjutkan ucapannya."Enggak, Dewa mau main di sini saja," jawab Dewa tetap asik bermain air."Oke, janji jangan rewel yaa sama mommy," pesan mas Arsen sebelum meninggalkan Dewa."Yang enak yaa mas, yang buah-buahannya masih seger!" teriak Alana saat mas Arsen menuruni tangga.Setelah menuggu lama, mas Arsen datang dengan membawa rujak pesanan kami, yang segera kami buka dan bersiap makan."Kok kepe
Alana mengurai pelukanku," aku hamil Vira! aku hamil dan sudah sepuluh minggu jika dilihat dari hasil USG, dan kamu tahu? aku akan mendapatkan dua bayi sekaligus!" Alana bercerita dengan mata berbinar-binar."Alhamdulillah... aku turut bahagia untukmu, kamu akan melahirkan terlebih dahulu dariku." ucapku sambil menggenggam tangannya. "Kamu sekali hamil langsung dua, aku perlu dua kali hamil untuk bisa punya dua bayi, itu hal yang menakjubkan.""Kata mas Reyhan kakeknya dulu kembar, dan sekarang kami mendapatkan bayi kembar. Aku bahagia sekali, Vira! Terima kasih sudah memberi banyak saran dan memberi semangat buatku.""Rumah mama akan ramai oleh celotehan bayi-bayi mungil, kau mendatangkan banyak kebahagiaan buat kami, Elvira!" mama mertuaku itu berkata dengan tulus sambil memeluk putrinya.Mas Arsen yang hendak keluar tadi sudah kembali masuk dan berdiri di sisi lain ranjangku. Dia memb
Kesadaranku kembali saat aku mendengar suara gedebuk dan teriakan. Sepertinya aku familiar dengan suara itu, tapi entah siapa, aku lupa. Dimana aku, apakah ini di rumah sakit?"Sekali lagi kamu bilang aku buldozer, bukan hanya bantal sofa yang melayang padamu tapi akan ku jahit mulutmu itu!" aku mendengar suara mas Arsen berbicara pada seseorang."Aku rasa sudah dua kali kamu melakukan ini pada istrimu, pertama saat dia sakit dibutik dan kali inipun sama. Bagaimana bisa aku tidak menyebutmu buldozer yang melindas dengan ganas. Beruntung calon bayi kalian kuat dan biasa bertahan didalam sana." terdengar lawan bicara mas Arsen berkata.Itu sepertinya dokter Rian, teman mas Arsen yang dulu memeriksa mas Arsen saat ngidam. "Apa dia bilang, calon bayi? apa aku hamil?""Mana aku tahu istriku hamil, dia tidak bilang apa-apa. Bahkan kami berencana ke dokter kandungan untuk memeriksakan diri karena dia tidak kunjung hamil lagi.""Mungkin dia juga tida
Malam ini aku dan mas Arsen akan menemani Tio dan Mona bertemu dan makan malam bersama. Kami memilih restoran dengan privat room untuk membuat suasana lebih nyaman.Saat kami datang, Tio sudah menunggu kami dengan memakai pakaian santai. Sebuah kemeja berlengan pendek dan celana panjang dari bahan. Dia terlihat sedikit berbeda dengan tampilan seperti itu, biasanya di selalu berpakaian rapi dengan dasi kadang kala lengkap dengan jas jika mas Arsen mengajaknya pergi menemui klien.Tio berdiri menyambut kedatangan kami. "Bu Vira apa kabar?" Tio menyapaku dangan ramah."Kabar baik, Pak Tio. Bapak sendiri gimana kabarnya?" ujarku balik bertanya."Saya baik Bu, bahkan sangat baik sejak ibu Vira sudah pulang," jawab Tio sambil tersenyum ramah.Aku hanya bisa tersenyum mendengar jawabannya, mungkin memang mas Arsen menyulitkan dirinya saat aku menghilang dulu."Kok Mona belum datang ya?
"Mona bilang aku setia kan? aku tidak pernah melakukan apapun dengannya, percayalah." ucapnya sambil mencium punggungku.Aku terdiam tidak berniat untuk meresponnya, iya Mona bilang begitu. Mona yang agresif saja tidak bisa menaklukkan mas Arsen, reaksiku berlebihan karena aku tidak mau berbagi suamiku dengan orang lain."Empat tahun lebih kau pergi, aku tetap setia menunggumu. Menjaga hati dan tubuhku untukmu, apa kamu pikir itu hal mudah, Vira? Aku laki-laki normal, cintaku padamu yang membuatku bisa bertahan. Hanya dirimu yang kuinginkan untuk melahirkan anak-anakku," ujarnya sambil mengelus perutku.Perbuatannya dan ucapannya membuat badan dan perutku bergejolak, segera tangan itu ku genggam agar tidak terus merayap di sana."Mandilah mas! setelah itu ayo kita makan." ucapku sambil meremas tangannya."Buat aku punya alasan untuk mandi!" mas Arsen berkata sambil memelukku lebih erat."Kamu harus mandi karena