Aku masih terus berusaha menghubungi mama tapi tetap saja tidak tersambung, mungkin ponselnya kehabisan baterai. Belum ada kabar juga dari mas Arsen, aku hanya duduk diam sambil menatap ke arah smartphone milikku yang sedang diisi daya berharap mama segera memberi kabar padaku.
Benda pipih itu berdering, ada panggilan masuk dari nomer yang tanpa nama. Bergegas aku meraih benda tersebut dan mengangkat panggilan itu.
"Halo, Vira?" terdengar suara wanita dari seberang sana.
"Iya betul, siapa ini?" aku balik bertanya.
"Ini Alana, apa kamu sudah sampai dirumah mama?"
"Oh Alana, iya ini Vira sudah di rumah mama. Tapi kok Alana tahu Vira mau kerumah mama?" ucapku.
"Ini mama dan Dewa ada di rumahku. Tadi mama menelponnya kamu untuk memberitahukan tapi ponsel kamu tidak bisa dihubungi trus sekarang ponsel mama yang mati. Ini mama mau bicara."
"Halo Vira, apa mama membuatmu khawatir?" suara yang terdengar di seberang telepon berubah menja
Akhirnya kami bertiga tidur bersama dengan posisi Dewa berada ditengah-tengah kami, entah kenapa tiba-tiba Dewa berjalan dalam keadaan mengantuk dan berpindah ke kamar kami.Mas Arsen tidur dengan memeluk Dewa, dan tangannya yang panjang itu menyebrang hingga ke tubuhku dan mengelus pinggangku. Meskipun aku terus menepisnya tetap saja dia kembali melakukannya."Dewa, kenapa aunty ditinggal sendirian di kamar? kenapa pindah ke kamar mommy, ah Dewa gak sayang sama aunty nih." Alana pura-pura merajuk saat kami sarapan bersama."Dewa kan bilang ingin tidur sama daddy, jadi Dewa pindah aja pas aunty udah bobok." ucapan dewa terdengar lucu. Dia meninggalkan tantenya saat tantenya sudah tertidur."Hari ini daddy tidak boleh kerja, Dewa mau main sepuasnya sama daddy," Dewa berkata pada mas Arsen."Siap boy, daddy akan menemani Dewa sepanjang hari," mas Arsen menjawab dengan antusias.Setelah selesai sarapan mas Arsen dan Dewa pergi entah keman
Setelah membujuk mama, akhirnya kami diperbolehkan juga kembali lagi ke butik. Mas arsen dan Dewa yang paling bersemangat kembali kesana, entah apa yang di rencanakan bapak dan anak itu hingga mereka begitu antusias pergi kesana.Setelah berkemas-kemas akhirnya kami pergi di sore hari, Mas Arsen sengaja tidak ke kantor lagi karena Dewa masih saja melarangnya, jika ada yang harus di tandatangani Tio datang menemui mas Arsen.Tio terlihat sangat bahagia saat melihatku, seolah-olah beban sudah terangkat dari pundaknya. Entah apa yang terjadi pada asisten mas Arsen itu saat aku tidak ada, apa mas Arsen meluapkan emosinya pada laki-laki itu.Mas Arsen mengendari mobil dengan santai menuju butik, tiba-tiba ponselku berdering panggilan dari mamaku. Aku berbicara singkat dengan mama, kemudian mama mematikan sambungan telponnya.“ Mas, kita tidak jadi ke butik. Papa meminta kita menginap disana dulu, mereka bilang kangen sama Dewa.” Aku berkata p
"Mas Arsen harus bertanggung jawab,* ucap Mona lirih.Mendengar kata tanggung jawab aku langsung menarik tanganku dari genggaman mas Arsen, tapi mas Arsen menggenggamnya makin erat dan meremasnya seolah-olah memberi tahu jika samua baik-baik saja. Tiap wanita pasti akan berfikir yang tidak-tidak jika ada wanita lain yang datang ke hadapannya dan meminta pertanggung jawaban dari suaminya. Apa dia hamil, apa dia punya anak itu yang akan ada dalam pikirannya."Tanggung jawab atas apa? berkatalah yang jelas!" mas Arsen berkata dengan nada yang dingin.Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka, kenapa mas Arsen harus bertanggung jawab pada Mona."Mas Arsen mengutukku saat mbak Vira menghilang dari kehidupanmu. Mas bilang jika mas Arsen kehilangan anak dan istrinya maka dia berharap aku akan hidup menderita dan menjalani kesendirian hingga tua. Empat tahun ini Mona selalu berusaha membina hubungan dengan laki-
POV ARSEN_______________"Tio, kamu belum menikah kan? Aku lihat, kamu juga tidak pernah membawa pasangan atau pergi dengan wanita," aku bertanya pada Tio siang itu saat aku mengajak dia makan siang bersama.Sembilan tahun bekerja denganku baru kali ini aku sengaja mengajaknya makan siang bersama dan hanya berdua saja."Bagaimana saya mau punya istri atau pacar pak, waktu saya hampir enam belas jam buat bapak. Saya hanya kebagian waktu delapan jam untuk tidur dan istirahat dirumah," jawab Tio tanpa basa-basi lagi.Sejak Vira pulang dan aku tidak marah-marah lagi padanya, dia makin seenaknya aja bicara denganku. Ditambah lagi aku sengaja mengajaknya makan siang bersama, dulu saat Vira hamil kami bertiga sering makan siang bersama atas permintaan Vira. Sebenarnya aku kesa
"Mona, mas Arsen bilang kamu harus ikut pengajian di masjid samping butik ini tiap hari Sabtu dan itu berlaku mulai hari ini." aku berbicara pada saat dia sudah sampai di butikku.Ini ide mas Arsen, katanya sebelum membuat Tio dan Mona bertemu ada baiknya merubah Mona dulu. Baik akhlaknya maupun isi kepalanya yang sepertinya cuma berisi mas Arsen. Sebenarnya aku sebel banget mas Arsen bilang isi kepala Mona hanya ada dirinya. Tapi mungkin saja benar, dia seperti tidak punya malu saat mengungkapkan isi kepalanya tentang suamiku.Hari Sabtu biasanya tema pengajian disini adalah tentang keluarga sakinah. Aku selalu mendengarkan nya lewat pengeras suara yang memang di pasang juga terhubung ke butikku, aku sengaja memintanya pada DKM masjid."Ngapain mbak, Mona harus ikutan pengajian segala. Ogah!" tolaknya."Kamu mau dibantuin dapat jodoh yang baik gak? kalau mau perbaikilah diri sendiri dulu. Kalau gak mau, sana pergi dari sini jangan gangg
Hari ini Alana mau datang ke butik, beruntung dia datang hari Minggu jadi Dewa main sama mas Arsen. Alana datang karena ingin mengajakku berbelanja baju tidur yang seksi alias lingerie, entahlah gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba saja ngajak jalan.Aku menunggunya sambil bekerja seperti biasanya di balkon, saat aku melihat mobil Alana masuk ke halaman butik aku segera membereskan meja dan merapikan alat-alat yang berserakan di atasnya.Saat hendak keluar tiba-tiba saja dia sudah menerobos masuk menuju balkon, tempat ku berada. Dia segera berlari memelukku dengan erat, Alana sepertinya nampak sangat bahagia.Begini nih punya adik ipar dengan usia lebih tua, tetap saja dia memperlakukanku seperti aku lebih muda darinya. Usia memang tidak bisa di bohongi."Kamu terlihat senang, apa yang terjadi?" ucapku bertanya."Aku dan mas Reyhan sekarang makin mesra karena aku memberikan banyak perhati
Kami pulang dengan baju basah samua, dasar batu! dibilang gak ada baju ganti tetap saja hujan-hujanan. Kami hanya bisa mengibas-ngibaskan baju untuk mengurangi kadar air kemudian segera ke mobil.Aku benar-benar kedinginan, apakah tidak ada sesuatu di mobil yang bisa dipakai untuk menggantikan baju basahku ini. Aku membuka pintu belakang untuk mencari sesuatu, hanya ada bantal selimut yang tadi di pakai buat tiduran Dewa saat mengantarkan dia ke rumah mama.Ah..., itu tidak bisa di pakai, aku segera masuk ke dalam mobil sambil menunggu mas Arsen yang masih mengunci pintu rumah sambil menggosok-gosok tanganku dan meniupnya.Setelah memastikan semua aman, mas Arsen masuk ke mobil dan membuka atasannya kemudian memasukkan baju basah itu kedalam goodie bag yang terbuat dari berbahan anti air."Apa-apaan sih mas! kamu menyetir tanpa baju begitu?" ucapku."Daripada kedinginan!" balasnya santai."Kamu pakailah itu, daripada
"Mbak Vira?" sebuah suara memanggilku."Yahh... aku ketahuan kan," ucapku dalam hati. Dengan berusaha bersikap biasa akhirnya aku menoleh dan kemudian membuka mukenaku dan melipatnya."Iya, sengaja mau sholat disini." ucapku."Apa mbak Vira sudah mendengar semua pembicaraanku dengan ustazah tadi?" Mona berkata sambil duduk di hadapanku.Aku hanya diam, mau menjawab tidak, nyatanya diriku mendengar semuanya. Sekhusyuk nya diri ini sholat kalau ada orang berbincang pasti bisa mendengarnya, apa lagi pembicaraan itu berhubungan dengan diriku. Jika aku mengelak pasti tidak masuk akal."Aku minta maaf mbak," ucap Mona sambil meraih tanganku."Gara-gara perbuatanku, mbak Vira harus hidup tanpa suami saat hamil besar dan melahirkan, sendirian saat membesarkan seorang putra. Perbuatanku memang tidak patut dimaafkan, dan sekarang aku mendapatkan karmanya. Maka, jika aku tid
POV ARSEN ____________ "Mari kita lakukan, ini buat baby girl yang ada di perutmu," coba kubujuk lagi Vira untuk mau melakukan 'hubungan'. Calon anak kami yang sedang di kandung Vira memang anak perempuan. Dia trus saja menolakku hingga aku kesal dibuatnya, padahal aku sudah mengikuti semua yang dia inginkan. "Apa kamu tidak ingin segera bertemu dengannya? Pasti dia secantik dirimu?" ucapku sambil mencium tengkuknya. Kuhirup aroma yang menguar dari tubuhnya."Kamu sangat wangi istriku," bisikku membangkitkan rasa percaya dirinya. Vira berbalik dan menghadap ke arahku, kuelus perutnya "Hai baby girl, ayo segera keluar. Daddy sama mommy sudah sangat ingin bertemu denganmu!" aku berkata sambil menciumi perut Vira. Vira terliha
Perutku makin membesar dan seperti layaknya ibu hamil aku mengalami kesulitan bergerak bebas, tidur dengan nyenyak dan cepat kegerahan.Aku menghabiskan banyak waktu dirumah bersama Dewa dan bi Asih, mas Arsen memanjakan diriku dengan banyak perhatian. Sepertinya dia hendak menebus apa yang tidak bisa dilakukan dulu saat aku hamil Dewa."Aaww...!" aku menjerit kesakitan saat kakiku terasa kram di malam hari.Mas Arsen terbangun dengan terkantuk-kantuk kemudian mengganti lampu tidur dengan lampu kamar."Kenapa? mana yang sakit?" tanya mas Arsen sambil mendekatiku.Aku menjawab dengan menunjuk pada kakiku yang terlihat kaku, ini sudah kali kedua aku mengalaminya di malam hari. Saat hendak merubah posisi tidur tiba-tiba saja kakiku kaku dan sakit.Perutku yang membuncit tidak memungkinkan untuk memijatnya sendiri. Mas Arsen segera mengambil mi
Matahari bersinar menerobos jendela kamar kami, kami tertidur setelah melakukan ritual selepas sholat subuh. Hari masih pagi tapi matahari sudah bersinar lembut.Entah apa yang terjadi padaku, sehingga aku berani melakukan hal itu pada mas Arsen. Bawaan bayi? Kangen sama daddynya? ah itu hanya alasan saja. Apa yang difikirkan mas Arsen tentangku? bodoh amat aku tidak peduli, aku kan istrinya."Kenapa? apa yang kamu pikirkan? kamu terlihat melamun." mas Arsen bertanya padaku."Vira cuma...," aku tidak meneruskan ucapanku."Aku menyukai dirimu yang seperti tadi malam dan tadi pagi," ucap mas Arsen sambil mengecup pelipisku kemudian bangkit dan berlaku ke kamar mandi.Sepertinya dia mengerti apa yang aku pikirkan dan apa yang diucapkan barusan adalah untuk menghilangkannya kekhawatiranku.🍁🍁🍁🍁Hari ini kami berkumpul dirumah
POV ARSEN____________Hujan dan angin sore tadi menyisakan pemadam listrik yang cukup lama, Vira mulai kegerahan menjelang malam hari. Padahal usia kandungannya baru berjalan kurang lebih sembilan minggu kenapa sudah gampang kegerahan. Setahuku wanita hamil mudah kegerahan jika menjelang persalinan.Mungkin karena terbiasa tidur menggunakan pendingin ruangan jadi saat tidak memakainya dia kegerahan. Dalam remang cahaya lilin dia mengganti bajunya dengan daster tipis tanpa lengan dan hanya sebatas lutut."Vira, suasana saat ini mendukung kita menghabiskan malam bersama, ini mengingatku saat kita menghabiskan malam di Bali. Kenapa kamu malah memakai baju setipis itu, ditambah lagi sudah hampir dua bulan aku menahannya."
Hari ini Alana datang ke rumah, perutnya terlihat sudah mulai membuncit. Mungkin karena isinya dua janin jadi lebih cepat kelihatan. Kami bercengkrama di atap rumah, suasana masih sejuk karena belum begitu siang. Meski siang sekalipun suasananya tetap adem karena angin berhembus sepoi-sepoi."Makan rujak kayaknya enak," ucap Alana."Mas, pengen makan rujak. Bisa beliin?" aku berkata pada mas Arsen yang sedang asik bermain dengan Dewa di pinggir kolam."Bisa," jawab mas Arsen "Dewa mau ikut daddy nggak, cari rujak!" mas melanjutkan ucapannya."Enggak, Dewa mau main di sini saja," jawab Dewa tetap asik bermain air."Oke, janji jangan rewel yaa sama mommy," pesan mas Arsen sebelum meninggalkan Dewa."Yang enak yaa mas, yang buah-buahannya masih seger!" teriak Alana saat mas Arsen menuruni tangga.Setelah menuggu lama, mas Arsen datang dengan membawa rujak pesanan kami, yang segera kami buka dan bersiap makan."Kok kepe
Alana mengurai pelukanku," aku hamil Vira! aku hamil dan sudah sepuluh minggu jika dilihat dari hasil USG, dan kamu tahu? aku akan mendapatkan dua bayi sekaligus!" Alana bercerita dengan mata berbinar-binar."Alhamdulillah... aku turut bahagia untukmu, kamu akan melahirkan terlebih dahulu dariku." ucapku sambil menggenggam tangannya. "Kamu sekali hamil langsung dua, aku perlu dua kali hamil untuk bisa punya dua bayi, itu hal yang menakjubkan.""Kata mas Reyhan kakeknya dulu kembar, dan sekarang kami mendapatkan bayi kembar. Aku bahagia sekali, Vira! Terima kasih sudah memberi banyak saran dan memberi semangat buatku.""Rumah mama akan ramai oleh celotehan bayi-bayi mungil, kau mendatangkan banyak kebahagiaan buat kami, Elvira!" mama mertuaku itu berkata dengan tulus sambil memeluk putrinya.Mas Arsen yang hendak keluar tadi sudah kembali masuk dan berdiri di sisi lain ranjangku. Dia memb
Kesadaranku kembali saat aku mendengar suara gedebuk dan teriakan. Sepertinya aku familiar dengan suara itu, tapi entah siapa, aku lupa. Dimana aku, apakah ini di rumah sakit?"Sekali lagi kamu bilang aku buldozer, bukan hanya bantal sofa yang melayang padamu tapi akan ku jahit mulutmu itu!" aku mendengar suara mas Arsen berbicara pada seseorang."Aku rasa sudah dua kali kamu melakukan ini pada istrimu, pertama saat dia sakit dibutik dan kali inipun sama. Bagaimana bisa aku tidak menyebutmu buldozer yang melindas dengan ganas. Beruntung calon bayi kalian kuat dan biasa bertahan didalam sana." terdengar lawan bicara mas Arsen berkata.Itu sepertinya dokter Rian, teman mas Arsen yang dulu memeriksa mas Arsen saat ngidam. "Apa dia bilang, calon bayi? apa aku hamil?""Mana aku tahu istriku hamil, dia tidak bilang apa-apa. Bahkan kami berencana ke dokter kandungan untuk memeriksakan diri karena dia tidak kunjung hamil lagi.""Mungkin dia juga tida
Malam ini aku dan mas Arsen akan menemani Tio dan Mona bertemu dan makan malam bersama. Kami memilih restoran dengan privat room untuk membuat suasana lebih nyaman.Saat kami datang, Tio sudah menunggu kami dengan memakai pakaian santai. Sebuah kemeja berlengan pendek dan celana panjang dari bahan. Dia terlihat sedikit berbeda dengan tampilan seperti itu, biasanya di selalu berpakaian rapi dengan dasi kadang kala lengkap dengan jas jika mas Arsen mengajaknya pergi menemui klien.Tio berdiri menyambut kedatangan kami. "Bu Vira apa kabar?" Tio menyapaku dangan ramah."Kabar baik, Pak Tio. Bapak sendiri gimana kabarnya?" ujarku balik bertanya."Saya baik Bu, bahkan sangat baik sejak ibu Vira sudah pulang," jawab Tio sambil tersenyum ramah.Aku hanya bisa tersenyum mendengar jawabannya, mungkin memang mas Arsen menyulitkan dirinya saat aku menghilang dulu."Kok Mona belum datang ya?
"Mona bilang aku setia kan? aku tidak pernah melakukan apapun dengannya, percayalah." ucapnya sambil mencium punggungku.Aku terdiam tidak berniat untuk meresponnya, iya Mona bilang begitu. Mona yang agresif saja tidak bisa menaklukkan mas Arsen, reaksiku berlebihan karena aku tidak mau berbagi suamiku dengan orang lain."Empat tahun lebih kau pergi, aku tetap setia menunggumu. Menjaga hati dan tubuhku untukmu, apa kamu pikir itu hal mudah, Vira? Aku laki-laki normal, cintaku padamu yang membuatku bisa bertahan. Hanya dirimu yang kuinginkan untuk melahirkan anak-anakku," ujarnya sambil mengelus perutku.Perbuatannya dan ucapannya membuat badan dan perutku bergejolak, segera tangan itu ku genggam agar tidak terus merayap di sana."Mandilah mas! setelah itu ayo kita makan." ucapku sambil meremas tangannya."Buat aku punya alasan untuk mandi!" mas Arsen berkata sambil memelukku lebih erat."Kamu harus mandi karena