Beranda / Romansa / Dinikahi Calon Adik Ipar / Bab 58. Murahan …?

Share

Bab 58. Murahan …?

Penulis: Sekarani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-20 16:14:14

Ternyata tak cuma Kanya, Sena juga mendapatkan pesan tak mengenakkan hati dari Jingga.

‘Kenapa belum menyerah? Mau aku terus berulah?’

Pesan yang diterima Sena lebih singkat, tetapi efeknya tak beda. Jadi cemas dan waswas.

Sena mencemaskan apa yang bakal dilakukan Jingga dalam waktu dekat. Lebih dari itu, dia mengkhawatirkan Kanya.

“Kalau ada apa-apa, langsung telepon aja. Aku juga udah minta Andi untuk selalu siaga, antisipasi misal kamu kesulitan hubungi aku.”

Kanya dapat merasakan kekhawatiran yang tersembunyi di balik kata-kata Sena. Agak aneh, tetapi dia jadi merasa sedikit lebih tenang. Sebab, setidaknya dia tahu bahwa sang suami ada di pihaknya.

“Selain memantik gosip kayak tempo hari, memangnya dia bisa ngelakuin apa lagi, sih, Mas? Dia nggak mungkin bertindak lebih dari itu, kan? Sampai mencelakai secara fisik, misalnya.”

Bukannya meremehkan. Hanya saja, jika ulah Jingga kembali sebatas mengundang gosip yang tak jelas, Kanya yakin akan bisa mengatasinya.

Dia cuma perlu memba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 59. Siapa Orang Kurang Ajar Itu?

    “Murahan ….”Kata itu terucap pelan dari mulut Rara. Sangat pelan, hampir seperti gumaman, tetapi masih cukup jelas untuk Kanya dengar. Ini bukan pertama kalinya dia mendengar komentar sumbang seperti itu. Ironisnya, Kanya paling banyak mendengar omongan buruk itu justru di hari pernikahannya. Hari itu, orang-orang berbisik-bisik, bicara jelek tentang dia yang dianggap tak punya perasaan. Orang tuanya bahkan dicap mata duitan yang tega menjual anak perempuannya demi keberlangsungan bisnis keluarga. Ketika kembali mendengarnya hari ini, hati Kanya jelas mencelus. Namun, ia hanya bisa menulikan telinga sambil tersenyum tipis.Vina yang duduk di samping Rara menyenggol lengan Rara dengan sikunya. Tersenyum canggung pada Kanya, dia lalu buru-buru mengalihkan topik obrolan.“Makanannya kenapa belum datang, ya? Tapi emang ini lagi rame banget, sih, ya. Wajar kalau kita perlu nunggu agak lama,” kata Vina.Biarpun tahu cuma basa-basi, keluhan pelanggan tetaplah keluhan pelanggan. Sebagai p

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 60. Bingkisan Spesial dari Jingga

    Sistem keamanan Kanya Coffee & Bakery sudah terbilang bagus. Kamera pengawas terpasang di sejumlah titik, baik area pelanggan maupun karyawan. Parkiran pun dilengkapi CCTV dan juga seorang petugas sekuriti.Bersama Bastian, Andi mengecek posisi setiap kamera pengawas. Satu per satu, lalu beranjak ke ruang kendali yang sekaligus menjadi ruangan manajer kafe.“Sepertinya ada titik buta di area pelanggan depan,” ujar Andi sambil mengamati sebuah layar besar yang menampilkan rekaman dari semua kamera pengawas.“Apa karena sisi utara nihil? Di sana memang tidak dipasang CCTV. Instalasi di dekat cake showcase dianggap sudah cukup mengover seluruh area itu,” jelas Bastian.“Lebih baik tetap ada supaya lebih optimal,” saran Andi. “Petugas sekuriti juga baiknya ditambah minimal satu.”Mengingat tujuannya adalah meningkatkan sistem keamanan, tentu tidak ada salahnya menambah jumlah kamera pengawas maupun personel satpam. Namun, ada hal lain yang terasa mengganggu bagi Bastian selaku pengelola o

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 61. Kenangan Cincin Tunangan

    Ternyata memang dari Jingga, tetapi perempuan itu menyuruh orang lain untuk memberikannya kepada Kanya.'Udah terima hadiahnya? Semoga suka …!'Gelisah menyergap hati Kanya saat sekali lagi membaca pesan yang barusan dikirim Jingga.“Mas …,” ucap Kanya lirih sambil memperlihatkan layar ponselnya kepada Sena.Sena menarik napas dalam-dalam, lalu menuntun Kanya untuk duduk di kursi yang buru-buru dia dekatkan ke istrinya.“Mau dibuka di rumah aja?” tanya Sena lembut, khawatir karena Kanya mendadak tampak lesu.Akan tetapi, Kanya menggelengkan kepala. Dia ingin tetap mengetahui isi amplop itu sekarang juga.Didampingi Sena yang berdiri di sisinya, tak butuh waktu lama untuk membuka amplop cokelat tersebut. Kanya mengintip terlebih dahulu dan melihat hanya ada dua lembar kertas foto di sana.Perlahan, Kanya mengeluarkan lembaran tersebut dari dalam amplop. Baru melihat foto pertama saja, rasanya sudah menyesakkan bukan main. Dia juga merasakan tangan Sena yang menyentuh bahunya sedikit me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 62. Pengakuan Kanya

    ‘Udah tidur?’Kanya ingin mengetuk pintu kamar Sena, tetapi rasanya terlalu ragu. Sudah lewat pukul satu dini hari. Bagaimana jika dia ternyata mengganggu Sena yang mungkin sudah tidur nyenyak?Jadi, Kanya coba menghubungi Sena lewat pesan singkat. Setahu dia, suaminya punya kebiasaan mengaktifkan mode hening sebelum tidur. Getar singkat notifikasi pesan masuk mestinya bukan masalah besar. Misal memang sudah terlelap, Sena tidak akan terjaga karenanya.‘Belum.’Sena tampaknya memang belum tidur. Sebab, hanya dalam hitungan detik, Kanya sudah menerima pesan balasan dari Sena.Jika Sena belum tidur, Kanya berharap mereka bisa bicara berdua sekarang juga. Jadi, Kanya segera mengetik dua kata berbunyi, “Mau ngobrol?” Namun, belum sempat dikirim, sudah keduluan Sena. ‘Kamu butuh apa?’Kanya terdiam sesaat, lalu menghapus pesan yang telah diketik sebelumnya. Pertanyaan Sena membuatnya menemukan cara untuk mengajak suaminya mengobrol tanpa harus mengatakan ayo bicara.‘Hot chocolate.’‘Bik

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 63. Ceraikan Aku, Mas!

    Kanya masih menangis sesenggukan beberapa saat setelah mengungkapkan perasaannya pada Sena. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia hentikan.Di sisi lain, Sena hanya diam. Matanya tertuju pada wajah Kanya yang berantakan oleh air mata, tetapi pikirannya mengambang entah ke mana. Tatapannya kosong, seolah kata-kata Kanya tadi cuma gema samar yang terlalu sulit dicerna. "Jatuh cinta sama aku …?”Suara Sena terdengar parau, setengah berbisik. Sepenuhnya bingung, tak tahu bagaimana harus merespons pengakuan cinta Kanya.Kanya mengangguk lemah, belum sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Isaknya sudah mulai mereda, tetapi napasnya masih tersengal.Sena menarik napas dalam-dalam, lalu sedikit menjauhkan tubuhnya yang sejak tadi condong ke arah Kanya."Sejak kapan …?” tanya Sena, masih dengan suara yang begitu lirih.Sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, Kanya menggelengkan kepala. Nyatanya, dia memang tidak tahu sejak kapan perasaan itu muncul.Bahkan setelah menganalisa begitu ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 64. Harusnya Cerai Saja!

    Akun gosip OmonganNyinyirTetangga menyebut bahwa pernikahan Sena dan Kanya membuat keluarga pihak perempuan untung besar. Bisnis yang sempat terancam gulung tikar, akhirnya bisa bangkit.“Nggak cuma itu, si cewek juga memanfaatkan pernikahannya untuk keuntungannya sendiri. Sekarang dia termasuk penulis terkenal, kan? Menurut kalian, kenapa buku-bukunya bisa laris banget? Gara-gara jual kemesraan nggak, sih?”“Buku dia emang bukan soal cinta-cintaan, tapi kalian mending ngaku aja, deh. Banyak yang beli bukunya karena suka lihat momen mesra si cewek sama suaminya, kan? Iya, kan? Masa nggak, sih?”“Mimin aja sempat beli satu gara-gara gemes sama interaksi manis mereka. Eh, ternyata semua itu palsu. Sekarang rasanya pengen buang bukunya. Males banget lihat ada buku karya penipu yang mejeng di raknya Mimin.““Pasti bakal ada yang tanya, ‘Kenapa si cowok mau-mau aja disuruh pura-pura mesra sama si cewek? Masa nggak bisa nolak?’ Nah, ini alasannya juga bikin Mimin makin kesel sama si cewek.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 65. Pingsan Kesakitan

    “Ini mau ke mana …?”Kanya bertanya dalam kondisi setengah sadar. Beberapa saat lalu, samar-samar dia mendengar Sena memanggil namanya dengan nada panik, tetapi dia tak yakin apa yang terjadi setelah itu. Rasanya seolah tiba-tiba saja dirinya sudah ada di mobil bersama Sena.“Rumah sakit.”Sena menjawab pertanyaan Kanya tanpa sedikit pun menoleh. Dia fokus menyetir, mengebut agar bisa segera sampai rumah sakit. Sesekali dirinya juga membunyikan klakson saat menganggap pengendara lain menghalangi lajunya.“Ngapain ke rumah sakit …?” Kanya kembali bertanya sambil menggeliat kecil. Kedua tangannya bergerak perlahan menyentuh perut bagian bawah. Keningnya berkerut menahan nyeri.Gestur tidak nyaman dan ekspresi kesakitan itu tertangkap oleh ekor mata Sena.“Perutnya sakit?” tanya Sena setelah melirik sekilas istrinya. “Sebentar lagi kita sampai. Maaf, ya. Nanti kita langsung ke IGD biar cepat ditangani.”Di sela upayanya menahan rasa sakit yang membuat kepalanya pusing, Kanya tersenyum t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 66. Kehangatan yang Menenangkan

    Sampai beberapa saat yang lalu, setiap kali teringat momen pengakuan cinta Kanya, Sena masih selalu berjibaku dengan pedih. Hatinya terluka membayangkan betapa menyesalnya Kanya karena merasa jatuh cinta pada orang yang salah.Namun, baru saja dia menemukan celah untuk tidak melulu gundah. Setidaknya, kini dia jadi tahu mengapa pipi Kanya merona karena mendengar pertanyaannya.“Efek adik bayi kangen sama bapaknya, ya?”Sena tersenyum melihat Kanya salah tingkah, tetapi tak bisa berbuat apa-apa karena perutnya sakit.Saat menemani Kanya di rumah sakit tadi, Sena menggunakan waktu yang ada untuk membaca artikel sebanyak-banyaknya tentang nyeri haid. Apa saja penyebabnya? Sesakit apa rasanya sampai perempuan yang mengalaminya bisa pingsan? Bagaimana cara meredakannya? Sena bahkan mencari tahu secara spesifik soal peran pasangan dalam kondisi tak mengenakkan itu.Sekarang saatnya praktik. Jadi, pria itu bangkit dari ranjang, tetapi bukan untuk meninggalkan Kanya. Berjalan cepat mengitar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25

Bab terbaru

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 89. Obrolan Serius Berujung Menjurus

    Soal mengumpati orang, Mika memang jauh lebih jago ketimbang Kanya. Bukan hanya mengabsen berbagai nama penghuni kebun binatang, pengetahuan Mika tentang variasi kata makian juga terbilang jempolan.Di antara begitu banyak kata kasar yang Mika tahu, sebagian besar sudah dia gunakan untuk memaki Sena. Sebenarnya tidak enak didengar, tetapi anehnya Kanya jadi merasa lebih baik karenanya.Karena tidak pintar melakukannya sendiri, ternyata menyenangkan punya teman yang ahli mengumpat seperti Mika. Puas mendengar Sena dimaki-maki sebegitunya.Setelah semua umpatan itu, Kanya pikir Mika bakal sepenuhnya antipati lagi dengan Sena. Setidaknya Kanya bakal disuruh jaga jarak sementara dengan suaminya tersebut.Namun, barusan Mika malah dengan entengnya menyuruh Kanya dipeluk Sena. Mungkin cuma asbun karena obrolan mereka sudah tidak seserius sebelumnya, tapi Kanya tetap tak bisa menahan dirinya untuk tidak memicingkan mata.“Kamu tim siapa, sih, sebenarnya, Mik? Sena atau aku?”Tatapan Kanya ya

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 88. Memeluk Masa Lalu

    Setiap kali melihat Jingga menangis, hal pertama yang pasti segera dilakukan Sena dulu adalah memeluknya. Sena tidak perlu mengatakan apa pun untuk menenangkan Jingga. Hanya dengan sebuah pelukan, isak perempuan itu perlahan akan mereda.Hanya saja, lain dulu, lain sekarang.Hatinya kini memang tergerak melihat Jingga menangis pilu. Namun, afeksi semacam itu tidak lagi pantas dia berikan. Sena sepenuhnya sadar bahwa dirinya harus membiarkan garis batas di antara mereka tetap jelas. Akhirnya, cukup lama Sena hanya diam di tempatnya. Memandang iba Jingga yang sesenggukan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, Sena menunggu sampai Jingga mampu menenangkan dirinya sendiri.Di sisi lain, Jingga mulai berusaha mengatur napas yang sesekali masih tersengal. Air matanya belum berhenti mengalir, tetapi sudah lebih terkendali.“Kita bisa mulai lagi dari awal …” Suara Jingga terdengar serak saat ia kembali berbicara seraya mengusap air matanya sendiri.“Aku janji nggak bakal bikin Mas kec

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 87. Permintaan Maaf

    “Aku dulu terlalu kecewa dan marah, jadinya mengabaikan rasa sakit hati yang kamu tahan sendirian.”Bahkan sampai sore tadi, Sena masih memendam amarah yang sama pada Jingga. Hubungan mereka dulu barangkali tidak melulu bahagia, sesekali ada cekcok juga. Namun, mereka selalu cepat berbaikan, jadi tak ada alasan kisah kasih keduanya kandas di tengah jalan.Andai Sena tidak melihat Jingga selingkuh dengan mata kepalanya sendiri, mungkin mereka masih menjalin asmara hingga hari ini. Sena hanya perlu terus pura-pura tidak tahu bahwa dirinya telah dikhianati. Sena yakin, dirinya di masa lalu sanggup melakukan hal seperti itu demi tetap bersama Jingga.Namun, kekecewaan Sena sungguh telah mencapai puncaknya ketika mendapati Jingga tidur tanpa busana bersama pria lain di ranjang tempat mereka sering bercinta. Sejak malam itu, kemarahan Sena tidak pernah sedikit pun berkurang. Bahkan air mata Jingga, tangisannya yang pecah-pecah saat memohon maaf, tak dapat meluluhkan hati Sena.Sena merasa d

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 86. (Flashback) Menebus Rasa Bersalah?

    “Apa harus sejauh ini? Kenapa mesti dihapus semua?”Dua hari setelah putus, Jingga sempat mengira Sena ingin kembali padanya. Pria itu datang ke apartemennya tanpa pemberitahuan dan Jingga tentu saja dengan senang hati menyambutnya.Namun, kedatangan Sena hari itu ternyata hanya untuk menghapus segala jejak kenangan selama mereka menjalin asmara. Sena menjelajahi setiap sudut tempat tinggal Jingga, mengambil semua foto yang dipajang tak peduli sebesar apa ukurannya.Sena juga menyisir laptop Jingga, menghapus semua foto dan video mereka berdua, tak terkecuali yang ada di perangkat penyimpanan eksternal. Memori kamera digital pun tidak luput dari perhatiannya. Sena bahkan mereset ponsel Jingga setelah menghapus seluruh unggahan yang berkaitan dengan hubungan mereka di setiap akun media sosial Jingga. Dia rela menghabiskan banyak waktu untuk itu semua—sebegitunya tak mau ada satu pun kenangan yang tersisa.Jingga sendiri tak mengerti mengapa dirinya tidak bisa berbuat banyak. Awalnya s

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 85. (Flashback) Cinta Pertama

    Cinta pertama katanya akan selalu memiliki tempat spesial sampai kapan pun. Entah berujung bahagia atau justru jadi luka yang seakan tidak ada obatnya, cinta pertama seolah tidak ditakdirkan untuk dilupakan begitu saja.Itulah mengapa obrolan tentang cinta pertama seakan tidak pernah terasa membosankan. Bahkan tak sedikit pasangan yang saling penasaran dengan cinta pertama sang pujaan hati.Awal masa pacaran dulu, Jingga dan Sena juga pernah tiba-tiba mengobrolkan cinta pertama. Mulanya gara-gara Jingga tak sengaja bertemu mantannya ketika kencan di sebuah kafe bersama Sena.“Dulu pacarannya lama?”Kala itu, Sena terdengar sangat ingin tahu. Dia bisik-bisik bertanya, bahkan sebelum pria yang sempat menyapa Jingga baru beberapa langkah meninggalkan mereka mereka.Jingga tertawa tanpa suara melihat wajah penasaran Sena. Cemburunya cukup kentara karena jarang-jarang Sena menatap sinis pria lain.“Cuma beberapa bulan, kok. Nggak sampai setahun. Sekitar 5-6 bulan, mungkin?”Sena masih memp

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 84. Akhirnya, Dia Datang

    Jingga meringkuk di atas ranjang, memeluk kedua lutut dengan pandangan kosong. Tangisannya sudah reda, menyisakan mata sembap dan bekas air mata yang mengering di wajahnya.Di sebelahnya, Chacha setia menemani. Sang asisten cuma diam, tak sedikit pun coba menghibur Jingga dengan kata-kata. Ia hanya sesekali mengusap pelan punggung Jingga, berusaha menenangkan tanpa suara.“Mas Sena mana …?”Setelah cukup lama, Jingga akhirnya memecah kesunyian dengan suara yang terdengar serak khas orang habis menangis.“Kak Jingga masih mau ketemu orang itu?”Chacha bertanya karena khawatir. Bagaimana jika Jingga merasa syok atau terguncang lagi gara-gara berinteraksi dengan Sena? Namun, Jingga tampaknya lebih cemas jika dirinya tak jadi menghabiskan waktu bersama Sena seperti apa yang terlanjur dia bayangkan sejak kemarin.Perempuan itu mengangguk kecil, lalu berkata, “Aku harus ketemu dia malam ini, Cha. Di mana Mas Sena sekarang …?”Selepas insiden sore tadi, Sena memang sempat tinggal sejenak di

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 83. Siapa yang Paling Jahat?

    Kanya ingin bertemu dengan Jingga bukan hanya untuk mengoceh tak jelas. Ada sesuatu yang hendak dia katakan pada mantan kekasih suaminya itu.“Jadi, sesuai apa yang kamu mau, akhirnya aku minta cerai.”Setelah mengatakan itu, Kanya ingat benar bagaimana suasana di antara mereka jadi hening sepenuhnya. Suara-suara lain di sekitarnya perlahan menghilang, tak terkecuali gemuruh angin laut dan deburan ombak yang saling berkejaran.Tak ada dengusan kesal atau helaan napas emosional. Jingga benar-benar hanya diam, pun dengan Kanya yang menunggu reaksinya.“Dia bilang apa …?”Ketika Jingga akhirnya memecah sunyi, suaranya sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar.“Setelah kamu minta cerai, dia bilang apa?”Jingga memperjelas pertanyaannya dengan suara yang sedikit bergetar.Saat menoleh ke arah Jingga, Kanya menangkap ekspresi yang tak bisa ia pahami. Jingga tampak menunduk, memandangi lantai dengan tatapan kosong.“Dia nggak mau,” tutur Kanya lirih. “Dia nggak mau kami bercerai.”Hening la

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 82. Menenangkan Amukan Jingga

    “Sialan kamu! Semuanya kacau gara-gara kamu! Semua salahmu! Aaargh …!”Jingga berteriak di sela isak tangisnya. Dia terus-menerus menyalahkan Kanya sambil mengguncang-guncang bahu perempuan yang menurutnya telah mengambil sumber kebahagiaannya itu.Baik Jingga maupun Kanya sama-sama tak menyadari saat pintu kamar terbuka. Pun dengan keributan kecil yang sempat terjadi di luar sebelum Sena memilih berlari menghampiri mereka berdua.Kamar yang ditempati Jingga cukup luas. Meski begitu, hanya butuh beberapa langkah bagi Sena untuk mencapai balkon.“Jingga …!”Sena tanpa sadar meninggikan suaranya ketika berusaha menghentikan apa yang Jingga lakukan pada Kanya. Tangan besarnya men

  • Dinikahi Calon Adik Ipar   Bab 81. Curhatan Calon Janda

    “Jujur, sampai sekarang pun aku belum paham kenapa Sena tiba-tiba muncul sebagai pengganti kakaknya.”Setelah susah payah meletakkan egonya, Jingga akhirnya mau duduk bersama Kanya di balkon. Namun, baru saja Kanya mulai bicara, dia sudah mencebik tak suka.“Selama bertahun-tahun, kami bahkan nggak pernah ngobrol. Basa-basi pun, dia kelihatan banget malesnya. Jadi, aku beneran nggak habis pikir waktu dia tiba-tiba diperkenalkan sebagai calon suamiku.”“Sebelum menikah, aku sempat tanya soal kalian. Bukannya kalian mau tunangan? Emangnya masuk akal kalau dia mendadak nikahnya malah sama aku?”Kanya masih ingat betapa dingin sikap Sena padanya dulu. Bicara sungguh hanya seperlunya. Saat berbicara pun, Sena tak mau melihat matanya kecuali saat ada orang yang memperhatikan.“Aku tanya nggak cuma 1-2 kali, tapi dia selalu nggak mau menjelaskan apa pun. Cuma bilang kalau kalian udah putus. Titik. Soal kapan dan/atau kenapa kalian putus, dia nggak merasa aku berhak tahu.”Jingga tersenyum mi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status