Sena tersenyum melihat beberapa foto yang diunggah Kanya di media sosial pagi ini. Takarir dari unggahan itulah yang digunakan Zidan untuk mengolok-ngolok dirinya tadi.Kanya mengunggah foto makanan yang mereka santap pagi ini. Sesuai permintaan istri, Sena membuat gudangan—urap sayur khas Jawa, ayam goreng ungkep, dan nasi merah. Sungguh menu sarapan yang terbilang repot bikinnya, tetapi Sena tetap bersedia memasak itu semua.Untung saja ada toko sayur 24 jam yang melayani belanja daring langganan Kanya. Semua bahan yang dibutuhkan bahkan dapat diantar ke rumah mereka sebelum matahari terbit sehingga bisa langsung Sena eksekusi.Selain foto makanan, Kanya juga mengunggah foto Sena saat memasak yang sengaja dipotret dari belakang.‘Foto punggung lagi tren, Mas. Pasti nanti banyak yang komentar cakep soal bahu lebarmu.’Senyuman Sena melebar karena teringat apa yang diucapkan Kanya sebelum memotret dirinya. “Akhirnya Bapak Bimasena Wardana senyum. Saya ikut bahagia lihatnya, Pak.” Se
Beberapa bulan terakhir, Zidan hampir setiap hari melewati jalan yang sama. Sejak didapuk menjadi general manager untuk salah satu hotel milik Pandega Group itu, Zidan mau tak mau jadi sangat akrab dengan wilayah pesisir pantai selatan Yogyakarta.Idealnya memang Zidan pindah sementara ke dekat hotel. Namun, berbekal keyakinan bahwa dirinya tak akan lama ditugaskan di sana, dia memilih tetap tinggal di rumah pribadinya—sebuah hunian mewah di pinggiran kota. Kendati sudah sekian bulan berlalu, Zidan sangat jarang mau menyetir sendiri. Alasannya sederhana: melelahkan. Lagipula, perusahaan sudah menyediakan fasilitas kendaraan dinas lengkap dengan sopir pribadi. Bukankah sayang jika tidak dimanfaatkan?Hari ini pun, Zidan tak mungkin sudi memegang kemudi jika bukan Sena yang menyuruh.“Bisa-bisanya nyuruh temennya nyetir, sementara dia enak-enak tidur,” gerutu Zidan.Pria itu melirik Sena sekilas, lalu menghela napas panjang sebelum kembali fokus menyetir.‘Setelah tiga tahun, dia yakin
Tugas penting yang Kanya emban sore ini adalah membuat adonan klepon. Sebenarnya tidak sulit, tetapi Kanya tetap berusaha melakukannya dengan cermat agar klepon yang dihasilkan nantinya memiliki tekstur kenyal dan lembut.Desi sempat mewanti-wanti agar Kanya tidak menguleni adonan dengan menekannya terlalu keras. Uleni pelan saja hingga adonan kalis dan bisa dibentuk.Namun, gara-gara terkejut oleh pertanyaan ibu mertua, Kanya tanpa sadar meremas kuat adonan dengan kedua tangannya.“Ngidam …?” Kanya mengulang satu kata dari pertanyaan mertuanya dengan ragu.Desi tertawa kecil, menyadari keterkejutan menantunya. “Kamu tiba-tiba pengin banget makan sesuatu. Bisa beli, tapi kamu maunya Sena yang bikin. Spesifik banget lagi, minta rasanya harus seenak buatan Mama.”“Kamu kayak orang ngidam, Kanya. Hamil, ya?” tembak Desi sambil menyenggol Kanya dengan tatapan menggoda.Kanya bingung harus bagaimana menanggapinya. Hamil? Jelas tidak mungkin. Bercinta dengan Sena saja belum pernah, mustahil
Jarum jam hampir menyentuh angka 11 saat orang tua Sena tiba di rumah. Melihat pintu utama langsung terbuka begitu dia dan suaminya keluarga dari mobil, Desi jalan cepat menghampiri asisten rumah tangga (ART) andalannya dengan antusias. Matanya semakin berbinar saat melihat bukan hanya satu orang yang menyambutnya, melainkan dua. Ada beberapa dus berisi oleh-oleh dari teman lamanya, jadi dia kebetulan memang butuh banyak bantuan untuk mengeluarkannya dari mobil dan memasukkannya ke dalam rumah.“Pas banget, deh! Mbak, minta tolong itu …”Desi seketika berhenti bicara karena melihat kedua ART-nya buru-buru memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuk mereka di depan bibir.“Pelan, Bu. Kesayangannya Bu Desi lagi pada tidur,” kata seorang ART, berbisik selirih mungkin.Mengikuti arahan para ART. Desi masuk rumah dengan langkah mengendap-endap. Melihat kelakuan istrinya, Indra cuma terkekeh tanpa suara sambil geleng-geleng kepala.Indra mengalihkan perhatian sejenak pada supir pribadi
Sena sengaja menciptakan jarak aman agar dirinya tidak melakukan sesuatu yang tidak diharapkan Kanya saat mereka tidur seranjang. Bagaimana jika Sena tak bisa menahan dirinya untuk memeluk Kanya semalaman? Bagaimana kalau Kanya mengigau lagi seperti beberapa waktu lalu dan membuat Sena terprovokasi menginginkan lebih?Biarpun baru sekali merasakannya, tidur sambil memeluk Kanya telah menjadi candu baru bagi Sena. Hangat tubuh Kanya dalam dekapannya menghadirkan kenyamanan yang tidak ada duanya. Hatinya jadi lebih tenang, membantunya tidur nyenyak dan mimpi indah.Hanya saja, Sena masih sangat ingat betapa syoknya Kanya saat mendapati dirinya bangun dalam posisi dipeluk dari belakang. Kanya juga kelihatan sangat menyesali interaksi intim yang terjadi saat perempuan itu dalam kondisi setengah sadar.Untung saja ranjang di kamarnya sangat besar, memungkinkan Sena membuat ruang kosong tak kurang dari semeter antara dirinya dan Kanya.“Boleh minta tidur sambil pelukan …?”Namun, ada apa d
‘Maaf karena pada akhirnya aku yang menikahi pengantin secantik kamu, bukan Mas Arga. Sebagai pengganti Mas Arga yang sangat kamu cintai itu, aku berjanji akan menjadi suami yang bertanggung jawab dalam pernikahan ini.’Seingat Kanya, Sena tidak pernah sekali pun menyebut nama kakaknya lagi sejak hari itu. Semenjak keduanya menikah, Arga seolah menjadi nama yang terlarang diucapkan.Pada awal pernikahan, kadang ada saat di mana Kanya keceplosan membandingkan mereka, tetapi Sena pasti bergeming. Biarpun begitu, Kanya selalu menemukan tatapan terluka yang tidak ia pahami dari sorot mata Sena.Seiring berjalan waktu, Kanya sadar bahwa sikapnya tidak bijak. Entah sejak kapan, tetapi rasanya sudah sangat lama juga Kanya menahan diri untuk tidak menyebut nama mendiang tunangannya di depan Sena. “Kenapa aku selalu kalah dari Mas Arga?”Namun, apakah barusan Kanya tidak salah dengar? Setelah sekian lama, Sena kembali melisankan nama pria yang pernah begitu Kanya andalkan di masa lalu itu.Ra
Sena tampak sibuk membaca ulang laporan keuangan perusahaan saat sekretarisnya masuk. Dahinya mengerut, tanda tengah berpikir keras lantaran menemukan beberapa hal yang menurutnya janggal.“Saya sudah menghimpun beberapa data dan informasi yang Pak Sena butuhkan,” kata Andi sambil menaruh sebuah map hitam di meja Sena. Tanpa mengalihkan perhatiannya pada dokumen yang sedang dibaca, Sena mengucapkan terima kasih kepada Andi. “Nanti saya cek setelah yang ini beres,” ujarnya kemudian.“Baik, Pak,” sahut Andi seraya menganggukkan kepala.Rampung dengan urusan pekerjaan, Andi lanjut menjalankan tugas sebagai kurir dadakan untuk istri bos.“Bu Kanya beli kopi 15 gelas dari kafe yang baru buka di seberang gedung. Saya diminta menyisihkan satu untuk Pak Sena,” ungkapnya.Perhatian Sena akhirnya teralihkan dari dokumen memusingkan. “Lainnya untuk siapa?”Sang bos bertanya sambil menyentuh gelas plastik berisi es americano yang barusan ditaruh Andi di mejanya. Ada sebuah stiker label putih pol
Banyak beauty influencer yang gemar berbagi momen saat mereka merias wajah dan melakukan perawatan kulit. Tentu saja biasanya sekalian promosi produk kosmetik.Namun, ada yang memang sekedar ingin menunjukkan rutinitas kecantikan mereka. Tidak sedikit pula yang tujuannya adalah menyajikan konten edukasi.Jingga pun tak jauh beda. Media sosialnya kebanyakan berisi beragam tipe konten kecantikan. Salah satu andalannya adalah berbagi momen get unready with me. Alih-alih dandan, dia lebih senang menyapa pengikutnya di media sosial sambil menghapus riasan.“Sekarang udah lewat jam 10.30 malam. Ini habis ikutan gala dinner di Bandung. Capek banget, tapi pantang tidur sebelum makeup dempul ini bersih, ya, teman-temanku,” kata Jingga sambil memakai bando, memastikan tidak ada helaian rambut yang menjuntai saat dirinya membersihkan wajah.Jingga sengaja melakukan siaran langsung saat dirinya melakoni rutinitas kecantikan malam. Usai acara makan malam, dia kini telah mengganti gaunnya dengan ka
Bravo Beauty Fest menjadi salah satu agenda akbar andalan Pandega Mall yang dinanti-nanti setiap tahun. Kali ini, pameran kecantikan tersebut dimeriahkan ratusan jenama kosmetik yang tentu saja menawarkan berbagai promo spesial dan diskon menarik.Sejak resmi dibuka tiga hari lalu, ribuan orang telah datang berkunjung. Tak hanya berburu produk kecantikan incaran, banyak pula yang sengaja datang untuk menyimak berbagai workshop seru. Terlebih, selalu ada figur publik yang dihadirkan sebagai pembicara, mulai dari kalangan ahli kecantikan hingga selebritas.“Halo, semua! Senang sekali bisa bertemu teman-teman semua,” sapa Jingga dengan senyum hangat.Jingga baru saja diperkenalkan sebagai duta merek untuk jenama kecantikan yang belakangan tengah naik daun. Pembawaan ramah dan percaya diri membuat orang-orang antusias mendengarkan setiap kata yang Jingga ucapkan.Sebelumnya, sang pembawa acara juga telah memperkenalkan seorang dokter estetika yang didapuk menjadi pengisi workshop bersama
“Mana ada obrolan kayak begitu. Kamu, kan, udah tahu kalau aku nggak berminat menjalin hubungan apa pun lagi sama dia.”Sena menanggapi Kanya yang bersungut-sungut dengan santai. Lagi pula, minus soal hubungannya dengan Jingga di masa lalu, apa yang dibilang akun gosip tersebut sama sekali tidak benar.Pertama, Sena tidak main golf bersama Jingga. Tujuan utamanya hari itu adalah bertemu rekan bisnisnya, tetapi Jingga entah bagaimana malah muncul di tempat yang sama.Mantan, tapi kayaknya masih sama-sama sayang? Sungguh spekulasi yang sangat tidak berdasar. Hanya karena Sena tersenyum di depan Jingga, bukan berarti bisa diartikan seperti itu.Sena juga tidak sering bertemu Jingga. Perjumpaan hari itu bahkan merupakan momen pertama setelah tiga tahun berlalu. Sena berharap tidak perlu ada yang kedua, ketiga, dan seterusnya.Terlebih soal balikan, dipaksa pun Sena yakin tak akan sudi.“Tapi, ini kenapa senyum-senyum? Bahagia banget kayaknya ketemu mantan yang katanya udah nggak Mas sayan
Sena tersenyum melihat Kanya yang masih terlelap dalam pelukannya. Dia mengusap pundak Kanya lembut, berharap afeksi ringan itu bisa membuat istrinya tidur lebih nyenyak.Matahari baru saja terbit saat Sena terbangun lebih dulu. Setelah sekian hari susah payah berdamai dengan sepi, paginya kini tidak terasa kosong lagi.Sena awalnya berpikir Kanya cuma asal bicara, semakin yakin saat Kanya langsung menutup pintu begitu masuk kamarnya.Namun, tepat sebelum Sena memejamkan mata, Kanya mengetuk pintu kamarnya. Gadis itu tampak lebih segar karena sudah mandi dan berganti pakaian, tetapi matanya tetap kelihatan lelah.Sekali lagi, Kanya mengungkapkan keinginannya untuk dipeluk sampai pagi. Begitu Sena menjawab dengan anggukan pelan, dia langsung masuk ke kamar suaminya dan berbaring di ranjang yang ada.Akhirnya, mereka benar-benar tidur berpelukan sepanjang malam. Tidak ada obrolan apa pun. Kanya sungguh hanya datang ke kamar Sena untuk tidur dalam dekapan pria itu.‘Rasanya dia lebih kur
Sena tidak akan kehilangan apa pun. Andai mereka bercerai, itulah yang Kanya yakini.Pihak yang jelas bakal mengalami kehilangan cuma Kanya dan keluarganya—tentu saja. Bagi Kanya yang baru saja menyadari tumbuhnya perasaan spesial di hatinya, perceraian sudah pasti akan membuatnya patah hati. Bukan hanya membuktikan bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, melainkan juga membuat kehilangan miliknya yang paling berharga untuk kedua kalinya.Bisnis keluarganya pun sangat mungkin bakal merugi. Sejak menikah, Gayatri Silver memperluas jangkauan pasarnya secara signifikan dengan dukungan Pandega Group. Berbagai hak istimewa yang saat ini dimiliki mungkin saja bakal dicabut satu per satu seiring dengan rusaknya hubungan dua keluarga.Di sisi lain, Pandega Group pada dasarnya malah senang jika tak perlu mendukung bisnis Gayatri Silver lagi. Bukannya merugi, perusahaan justru untung karena akhirnya bisa melepas beban tambahan yang mereka pikul selama beberapa tahun belakangan.Kanya juga tida
‘Tebak-tebakan Mantan Jingga Eliana, Pebisnis Bimasena Wardana?’‘Bimasena Wardana Pernah Pacari Selebgram? Ini Profil Lengkapnya’‘5 Pesona Bimasena Wardana, Suami Kanya Ayudya yang Diduga Mantan Pacar Jingga Eliana’Kanya cukup bangga pada dirinya sendiri yang bisa tetap tenang saat menyadari unggahannya di media sosial telah menjelma bumerang. Dia heran, tetapi tidak kaget, seolah tahu kalau hal seperti itu pada akhirnya akan terjadi.Tidak pernah terpikirkan oleh Kanya bahwa kolom komentar pada unggahan terbarunya bakal disambangi akun gosip. Namun, mengingat siapa lawannya sekarang, Kanya sadar bahwa itu merupakan hal wajar.“Kebetulan memang mantannya Rendra itu pernah bikin huru-hara juga beberapa tahun lalu, tapi kenapa tiba-tiba ada biang gosip nongol di tempatmu dan komentarnya seolah spesifik banget kayak begini?”Entah sudah berapa kali Mika membaca ulang komentar yang ditinggalkan sebuah akun gosip pada unggahan media sosial Kanya.‘Sama-sama pebisnis muda, sama-sama puny
Jarang-jarang Kanya datang ke kantor penerbitan. Dalam setahun, mungkin bisa dihitung jari. Dia biasanya hanya muncul saat diminta mengisi acara kepenulisan, momen ulang tahun perusahaan, atau agenda lain yang berkaitan dengan promosi buku.Siang ini, Kanya datang karena ada rapat bersama tim pemasaran. Mereka akan membahas rencana tur promosi buku yang digelar di sejumlah kota dalam sepekan ke depan.“Saya ulang garis besar linimasa tur promosi ‘Secangkir Teh Pahit di Hari Kelahiran’, ya,” ujar Jordi, manajer pemasaran.“Besok Senin, sore kita berangkat ke Bandung untuk persiapan bedah buku Selasa siang. Setelah itu, Rabu kita ada Semarang, Kamis rehat sehari di Malang sambil persiapan untuk agenda Jumat pagi.”“Terakhir, Sabtu siang kita meramaikan pameran buku di Solo dan setelahnya langsung kembali ke Jogja,” terang Jordi.Jadwalnya memang bisa dibilang padat, tetapi sudah sesuai dengan permintaan sang penulis.“Mau dipikir berapa kali pun, rasanya bakal capek banget,” komentar Ve
Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, Sena melangkah masuk ke rumah. Berjalan sambil menggendong Kanya, kakinya bergerak nyaris tanpa kesadaran penuh, hanya mengikuti naluri yang membawanya ke ruang tamu.Sena mendudukkan dirinya di sofa, sedangkan Kanya mendarat manis di pangkuannya. Ciuman mereka tak pernah terputus. Bibir keduanya terkunci dalam cumbuan penuh gairah.Tangan Sena menyusuri punggung istrinya dengan sentuhan yang memabukkan, sementara Kanya membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa panas yang semakin menggeser akal sehatnya.Detik-detik berlalu dengan lambat dan tak kunjung ada pertanda keduanya ingin berhenti.Ketika pagutan itu akhirnya terlepas, Sena memandang paras cantik Kanya dengan napas yang terengah. Kanya pun sibuk mengatur napas, tetapi dengan mata yang masih terpejam. Meski begitu, bukan berarti Sena sudah merasa cukup. Pria itu lanjut mengecup lembut telinga Kanya. Ciuman ringan yang membuat tubuh Kanya menggelinjang pelan. Satu desahan panjang keluar dari
Kanya sungguh menyesal karena tidak membawa novel karya Kirana. Dia jadi tidak bisa meminta tanda tangan sang novelis pada pertemuan pertama mereka.Semua gara-gara Sena tidak bilang kalau makan malam ini berawal dari permintaan Kirana yang tak disangka-sangka menyukai buku teranyar Kanya. Coba saja sejak awal diberitahu, Kanya sudah pasti akan membawa semua novel koleksinya.“Janji, ya, Mbak! Ayo, kita ketemu lagi di lain hari,” ucap Kanya saat tiba waktunya berpamitan.“Berkabar lagi, ya,” balas Kirana seraya menyambut ajak pelukan dari Kanya. “Lain kali, ketemunya di kafenya Mbak Kanya aja. Gimana?”“Setuju banget!”Mereka akhirnya benar-benar berpisah setelah sekali lagi menyempatkan untuk foto bersama. Kanya pun tak lupa mohon izin untuk mengunggahnya di media sosial. Sebab, berbeda dengannya, pemilik nama pena Agnyyys itu terbilang tidak terlalu aktif secara daring.Tak sabar ingin segera pamer momen berkesannya malam ini, Kanya langsung sibuk dengan ponselnya begitu masuk mobil
“Nggak, Ma. Kanya belum hamil. Tempo hari pas Kanya main ke rumah, kan, juga udah bilang ke Mama. Masa baru jeda beberapa hari tiba-tiba udah isi?”Kanya tak menyangka kelakar Sena di warung ayam geprek siang tadi sudah sampai ke telinga mertuanya.“Lho, siapa tahu, kan?” suara Desi terdengar bersemangat di seberang sana. “Ini infonya dari Bu Bagyo yang punya warung ayam geprek langganan kita itu. Dia cerita kalau tadi siang kalian makan di sana, terus pada dengar si Sena bilang kamu lagi ngidam.”Kanya menghela napas. Dia menaruh ponselnya di meja rias setelah menyalakan mode pengeras suara.“Mama berarti harusnya telepon Mas Sena, bukan Kanya,” ujar Kanya, lanjut bertelepon dengan ibu mertuanya sambil berdandan.“Kalian, kan, sepaket. Mama mau tanya Sena atau kamu, apa bedanya coba?” balas Desi.Kanya menarik napas dalam-dalam, bersiap membuat kebohongan kecil lagi.“Kanya sama Mas Sena bukannya nggak mau punya momongan, ya, Ma. Cuma memang sampai sekarang belum dikasih sama Tuhan,