Share

Dinikahi CEO Tampan
Dinikahi CEO Tampan
Author: Fortuna Aldri

KABAR BAHAGIA

Anastasia Ville - perempuan berusia 23 tahun itu tengah memeriksa ulang semua berkas yang telah ia unggah ke dalam formulir online tersebut.

Sudah satu jam lamanya ia berkutat dengan semua itu, bahkan untuk sarapan saja ia masih belum sempat melakukannya.

"Baiklah, Ana, sebentar lagi semuanya selesai. Kau bisa melanjutkan kegiatanmu pagi ini dengan sarapan di luar sana, tapi tetap saja kau harus mencari makanan yang murah," gumam Ana seorang diri.

Seulas senyuman manisnya pun terbit. Perempuan berambut cokelat itu lantas segera menekan tombol enter pada laptopnya. Alhasil, semua berkas yang telah ia masukkan pun sudah tak terlihat kembali.

Ana menghela napas lega. Ia lalu menutup kembali laptop pribadinya itu dan segera beranjak dari posisinya saat ini. Sebentar lagi ia harus pergi ke salah satu cafetaria yang berada di dekat rumahnya itu.

Ana mencoba untuk menghirup aroma tubuhnya sejenak. Ia mengedikkan kedua bahunya setelah itu, "Semuanya aman. Tubuhku masih wangi dan tentu saja aku tak perlu mandi pagi ini. Lagi pula menghemat air juga diperlukan untukku sampai pekerjaan itu benar-benar aku terima."

Ya, Ana memutuskan untuk tak mandi pagi ini. Mungkin ia akan pergi untuk mandi sore nanti. 

Tak perlu menunggu waktu lama lagi, setelah menggunakan kacamata minus yang biasa ia gunakan itu, lantas segera membuatnya pergi berlalu dari dalam rumah mungilnya itu yang telah ia tempati selama beberapa tahun belakangan ini. Ah, jika diceritakan semuanya maka tak akan ada habisnya.

Kehidupannya setelah lulus dari perguruan tinggi di salah satu kota itu lantas membuat Ana harus mencari pekerjaan secepatnya, seperti sekarang ini. Namun, tak mudah untuk mendapatkannya, apalagi ia berada di tengah kota besar. Tanpa bantuan tenaga dari orang dalam maka akan cukup sulit untuk melakukannya.

Tak perlu berpergian jauh, Ana pun telah tiba di salah satu cafetaria yang berada di pusat kota Jakarta. Ia akan memilih nasi campur yang berharga Rp12.000. Cukup mahal baginya namun entah mengapa ia merindukan rasa nasi campur itu hari ini.

Kebetulan sekali cafetaria itu juga menyediakan nasi campur sehingga ia bisa menyantap makanannya itu sambil menatap ke arah jalan raya yang cukup padat kali ini. 

Cafetaria itu sangat nyaman baginya, bahkan cukup unik sekali karena mereka menyediakan menu makanan tradisional khas Indonesia yang lainnya dengan harga terjangkau, tapi cukup mahal untuknya yang belum memiliki pekerjaan dan masih mengandalkan tabungannya saja.

Ia bisa melihat ke arah luar cafetaria itu dengan leluasa, namun mereka semua yang berada di luar sana tak bisa melakukannya. 

"Selamat pagi dan selamat datang, silahkan."

"Baiklah, aku memesan nasi campur dan air putih. Semuanya Rp15.000, bukan?" tanya Ana kembali setelah memesannya saat ini kepada salah satu kasir yang berada di sana. Tentu saja ia telah menghitung semua harga makanan yang akan ia pesan sejak tadi.

Seorang kasir yang berperawakan tegas dan tinggi itu lantas mengangguk sambil tersenyum ramah. Ana cukup mengetahui pegawai di sana karena ia juga sempat bekerja paruh waktu selama satu bulan penuh, tapi karena ia tak terlalu pandai memaksa akhirnya Ana tak melanjutkannya lagi. Tak masalah, pada intinya ia memiliki pengalaman pekerjaan yang luar biasa.

"Apakah kau adalah salah satu pegawai baru? Aku bahkan belum pernah melihatmu sebelumnya," tanya Ana yang mencoba untuk berbasa-basi saat ini.

"Benar sekali, ini adalah hari pertama bekerja sehingga-"

Ucapannya tiba-tiba terpotong dan tentu saja membuat Ana mengernyit. Pandangan perempuan itu seketika mengarah ke arah belakangnya saat ini. Ia melihat beberapa mobil polisi di sana yang sepertinya tengah melakukan sesuatu.

"Selalu seperti itu," gumam pria tersebut seketika.

Ana kembali menatap ke arah pria itu dan tentunya ia cukup tak mengerti, "Ada apa itu?"

"Entahlah, sepertinya mereka sedang latihan, atau sedang melaksanakan tugasnya," jawab pria itu, namun pandangannya masih diam-diam menyelidiki suasana ramai di luar sana.

Ana tak peduli, pada intinya ia harus menikmati sarapannya itu dan setelahnya kembali pulang untuk melamar berbagai pekerjaan yang lainnya.

"Jadi, totalnya Rp15.000, bukan?" tanya Ana kembali.

Pria itu mengerjap dan setelah itu menatap ke arah Ana dengan senyuman ramahnya kembali, "Ah, maafkan aku. Kau bisa membayar sesuka hatimu."

Mendengar hal tersebut lantas membuat Ana mengernyit. Membayar sesuka hatinya? Apa maksudnya?

"Maksudnya?" tanya Ana kembali.

Pria itu menatapnya seraya tersenyum, "Hari ini adalah hari minggu ceria. Kami mengadakan diskon besar-besaran di pagi ini. Kau merupakan salah satu pelanggan kami yang datang di pagi hari."

Ana mengangguk paham mendengarnya, walaupun sejujurnya ia baru mendengar hal tersebut. Namun, tentu saja ia merasa senang saat ini, "Bagaimana jika aku hanya membayar Rp2.000 saja?" 

"Tak masalah, kami menerima berapa pun itu," jawabnya dengan senyuman semringah. Ah, tentu saja Ana akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.

"Bagaimana jika aku memesan makanan yang lainnya? Apakah diskon itu masih berlaku?" tanya Ana. Jika iya maka perempuan itu akan memesan menu makan siang hingga makan malam untuk hari ini.

"Silahkan. Kau hanya perlu membayar Rp2.000 saja untuk sapi panggang, nasi campur, dan juga ayam panggang di sini."

Ana tersenyum lebar saat mendengarnya, "Aku ambil semuanya. Hanya Rp2.000 saja, bukan?"

***

Setelah memesan semuanya, Ana memilih untuk menyantap sarapan paginya yang cukup terlambat itu di rumahnya saja. Itu lebih baik sambil memantau semua perkembangan lamaran pekerjaannya sampai sejauh ini.

Hal pertama yang ia lakukan adalah menyantap nasi campur itu dengan lahap. Seulas senyumannya itu masih nampak terbit karena semua diskon yang ia dapatkan hari ini. Sebuah keberuntungan sekali tentu saja.

"Aku tak akan melupakannya jika nantinya aku mendapatkan sebuah pekerjaan baru. Diskon ini benar-benar diluar dugaanku sekali tentu saja," gumam Ana sambil memeriksa kotak masuk e-mail miliknya.

Ana terdiam sejenak saat ia melihat sebuah kotak masuk yang rupanya terdapat satu pesan baru di sana. Mungkin sudah terlewat beberapa menit sebelumnya, tapi tak masalah, ia akan membacanya sekarang juga.

"Hamilton Otomotive Company," gumam Ana sambil membaca isi pesan tersebut. Rupanya jawaban dari lamaran yang ia lakukan pagi tadi.

Seketika itu juga ia terdiam sejenak. Kedua matanya masih sibuk membaca isi pesan itu secara keseluruhan.

"B-baiklah, aku sedang tak bermimpi, bukan?" gumam Ana seorang diri.

"Selamat, Anda merupakan salah satu kandidat yang lolos dalam tahap seleksi administrasi untuk posisi asisten keuangan Chief Executive Officer. Sesuai dengan ketentuan dari perusahaan kami bahwa dengan senang hati kami akan mengundang Anda dalam sesi wawancara yang dilakukan besok pagi pukul 7. Untuk pakaian dan juga berkas yang harus di bawa telah terlampir di bawah ini. Terima kasih."

Ana berteriak histeris setelah membacanya berulang kali.

"Astaga, aku bahkan tak menyangka sekali," ujar Ana kemudian.

Setelah membaca semuanya, ia lalu segera menyelesaikan kegiatan sarapannya itu dan setelahnya menyiapkan semua berkas dan pakaian yang akan ia gunakan besok.

"Ahhh, rasanya senang sekali. Ini adalah kabar bahagia kedua yang telah aku dapatkan setelah diskon besar-besaran itu," ujarnya dengan sangat senang.

Tak sampai di sana, ia juga telah menyiapkan satu buah film romantis yang akan ia tonton setelah ini sebagai sebuah hadiah untuk dirinya hari ini.

Tentu saja ia akan menontonnya secara maraton sambil mempelajari profil dari Hamilton Otomotive Company dan juga mempelajari posisi yang telah ia lamar.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status