Asma mengerjap saat menyadari bahwa Basuki tengah melamarnya. Pria itu memang sudah beberapa kali memberikan kode pada dirinya untuk meresmikan hubungan mereka. Namun baru kali ini Basuki benar-benar mengutarakan lamarannya.Keadaan di sekitar mereka berubah hening. Suasana romantis yang sempat berlangsung di antara keduanya seketika berganti menjadi canggung.Basuki menatap wajah cantik Asma yang tengah terdiam sembari menengadah menatap langit-langit rumah. Menanti penuh harap akan jawaban yang akan gadis itu berikan atas lamarannya."Pak.. " panggil Asma pelan. Bahkan nyaris tidak terdengar jika saja Basuki tidak sedang menatap gadis itu dan melihat gerakan bibirnya."Kenapa?" tanya Basuki dengan dada bergemuruh.Asma tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan Basuki. Terlihat gadis itu menarik napasnya dalam-dalam beberapa kali. Lalu menghembuskan napasnya dengan kasar."Bapak masih inget sama jawaban Asma dulu?" kali ini Asma beralih menanyakan sesuatu pada Basuki. Mencoba
"Basuki!! Buruan, takut nanti kita kesorean." seru Karno dari luar rumah."Sebaiknya nanti saja, Asma. Sial, Karno benar-benar menyebalkan." sungut Basuki bergegas menghampiri Karno yang ada di depan rumahnya.Lagi-lagi Asma menghela napas berat karena gangguan tersebut. Sehingga membuat dirinya kembali gagal menjawab lamaran Basuki.Gadis itu akhirnya memilih untuk menyibukkan dirinya dengan membersihkan rumah. Berbicara mengenai rumah barunya, rumah ini merupakan rumah tempat tinggal kedua orang tuanya dulu.Ketika Ranti memutuskan untuk merantau ke kota, dia meminta saudara jauhnya untuk merawat rumahnya. Namun beberapa tahun kemudian saudara Ranti meninggal dunia. Sehingga rumah ini cukup lama terbengkalai.Saat Asma dan Basuki baru pindah ke rumah ini, kondisinya benar-benar sangat memprihatinkan. Banyak atap-atap rumah yang bocor. Dinding-dinding rumah juga banyak yang mengelupas.Namun dengan uang tabungan Basuki, rumah tersebut bisa direnovasi. Keadaannya kini sudah lebih baik
Basuki tidak menyangka jika Asma akan langsung menjawab lamarannya hari itu juga. Dia pikir gadis itu akan kembali meminta waktu seperti dulu.Pria berstatus duda anak satu itu tak dapat menahan letupan bahagianya. Dipeluknya Asma dengan erat dan dia hadiahi dengan kecupan bertubi-tubi di wajahnya.Asma terkikik geli karena Basuki yang tak kunjung melepaskan dirinya. Dia sampai harus mendorong dada bidang pria itu agar bisa bernapas. Saking eratnya Basuki memeluknya."Terimakasih karena kamu mau menerima lamaran Bapak." ujar Basuki menangkup wajah Asma dengan lembut. Binar bahagia terlihat jelas di manik jelaganya saat ini.Asma membalas tangkupan tangan Basuki pada wajahnya. Mengelus punggung tangan pria itu dengan senyum teduh yang menghiasi wajahnya."Nggak ada alasan buat Asma nolak Bapak lagi." balas Asma membalas tatapan Basuki.Sekali lagi Basuki tersenyum begitu lebar. Lalu menarik Asma ke dalam pelukannya."Bapak udah buktiin semuanya. Jadi nggak ada alasan buat Asma nolak la
Tok.. tok..Ucapan Basuki terpotong begitu mendengar ketukan pada pintu rumahnya. Keduanya saling pandang dalam diam, lalu berjalan beriringan menuju ke ruang depan.Ceklek"As-.. eh, Mas Basuki." pria itu terlihat terkejut saat mendapati Asma tidak sendiri.Wajahnya yang tadinya riang seketika berubah kikuk. Apalagi melihat Basuki yang menatapnya dengan pandangan tak bersahabat. Setiap dirinya datang ke sini, pria itu selalu menatapnya demikian. Entah apa penyebabnya, Roni tidak tahu jelas."Mas Roni mau bawa Rania pulang, ya? Sebentar, Asma masuk dulu." ujar Asma pada Roni, duda anak satu yang tadi sempat menitipkan anaknya padanya. Gadis itu sudah bisa menebak dengan pasti jika kedatangan Roni ke sini pasti karena ingin menjemput Rania yang sempat dititipkan padanya.Gadis itu lalu beralih menatap Basuki. Asma sadar jika pria itu saat ini sedang cemburu. Terbukti dengan raut wajahnya yang muram, tidak secerah seperti tadi. Tapi Asma berusaha untuk mengabaikannya. Toh, dia juga tida
Setelah berziarah ke makam Asman dan Ranti tempo hari, kini kedua pasangan yang akan mengikat janji suci pernikahan ini tengah disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka.Awalnya Asma ingin menikah dengan acara sederhana saja. Yang dihadiri oleh beberapa orang sebagai saksi. Dia tidak mau menuntut Basuki untuk mengadakan acara pernikahan yang meriah. Lagipula dia juga merasa malu jika lama-lama duduk di pelaminan dan dilihat banyak orang. Ingatkan jika Asma adalah gadis yang pemalu. Namun karena ini pernikahan pertama Asma, Basuki tidak menyetujuinya. Dia ingin membuat gadis itu merasakan bagaimana menjadi seorang ratu walau hanya dalam sehari saja. Basuki ingin memberikan kenangan yang terbaik untuk Asma di hari pernikahan mereka.Sehingga setelah berdiskusi cukup panjang, keduanya memutuskan untuk memilih salah satu vendor pernikahan yang memang berasal dari desa tempat tinggal baru mereka.Alasan Basuki meminta bantuan vendor pernikahan dalam pernikahan ketiganya kali ini adala
Kembali pada kedua sejoli yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Saat ini Asma dan Basuki tengah bersantai di ruang tengah rumah mereka. Basuki tampak begitu nyaman tidur di atas pangkuan gadis muda yang sebentar lagi akan dipinangnya."Jadi Bapak nggak mau ngundang Budhe Yati sama Mas Yoga?" tanya Asma sembari mengelus surai gelap Basuki dengan lembut. Pria itu sempat berkata jika dia tidak akan mengundang mereka. Alasannya karena dia tidak menyukai Yati yang sangat cerewet. Sedangkan untuk Yoga, dia tidak ingin keponakan jauhnya itu berbuat macam-macam pada Asma. Lagipula tidak ada yang tahu keberadaan mereka di desa ini. Basuki benar-benar ingin hidup damai bersama Asma dan tidak diusik oleh orang-orang yang mengenalnya di tempat tinggal mereka dulu. Apalagi setelah tahu jika status mereka telah berubah menjadi sepasang suami istri. Pasti akan banyak yang menggunjing dirinya dan Asma.Basuki bergumam pelan, dengan kelopak matanya yang sesekali terpejam menikmati el
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d
Lagu berjudul Ikan Dalam Kolam yang telah dicover menjadi dangdut koplo terdengar menyemarakkan acara resepsi pernikahan Asma dan Basuki.Among tamu yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tampak begitu ramah saat menyambut kedatangan tamu undangan yang mulai berdatangan.Beberapa dari mereka bertugas untuk membawa bawaan dari tamu perempuan. Biasanya barang bawaan tersebut berisi beras, minyak dan juga gula. Ada juga yang membawa mie kemasan merah besar sebagai junjungannya. Sedangkan untuk tamu laki-laki, biasanya membawa sebuah amplop berisi uang yang akan langsung dimasukkan ke dalam kotak angpao. Hal semacam itu sering disebut dengan becek'an.Among tamu yang lain mengarahkan para tamu undangan menuju meja prasmanan. Dimana telah tersaji berbagai menu makanan yang bisa diambil sesuka hati. Mulai dari rawon, soto sampai sup daging tersaji rapi di atas meja panjang.Suasana resepsi yang dihadiri cukup banyak warga desa ini kian semarak saat biduan dangdut mulai naik
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary