Share

Part 34

Author: Kinan Kinanti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pagi-pagi sekali Ningroem sudah bangun, ingin mandi sendiri. Rasanya tak enak jika terus melibatkan Ratna dalam urusan personal hygienenya. Kali ini wanita berlesung pipi ingin membersihkan dirinya sendiri. Ia sudah di beri tahu oleh perawat jika ingin melakukan aktifitas selang infusnya harus di tutup dulu supaya darah tidak ikut mengalir ke dalam selang, yang mengakibatkan selang infusan macet.

Kali ini Ningroem ingin mempraktekkannya sendiri. Seumpama masih tetap selangnya macet ia harus bersedia di korek-korek lagi. Ningroem sebetulnya sudah ingin pulang, melepaskan selang infus yang masih tertancap di lengannya. Pergelangan tangan bagian atas sudah mulai memar karena membengkak. Rasanya sakit dan nyeri. Tetapi Ia masih mencoba bertahan hanya sampai hari ini saja.

Besok pagi Ningroem sudah bisa pulang dan bernafas bisa lega. Namun, sebelum hari itu tiba wanita itu harus membersihkan dirinya dulu. Dengan berjalan hati-hati Ningroem memasuki kamar mandi, mulai melepaskan pakaian
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Diminta Menjadi Madu    Part 35

    Ratna yang mendengar teriakan Ningroem langsung menghampiri Madunya, wanita itu mendapati Ningroem dengan wajah panik. Ia melihat darah yang mengalir memenuhi pergelangan tangan Ningroem. kemudian darah itu menetes ke lantai sehingga mengotori lantai putih klinik. Ratna menjadi pucat melihat darah yang berceceran di lantai. Ia pun pingsan setelah memanggil nama Suaminya ---Dani yang sedang berada di luar ruangan. Dani yang sedang duduk di teras ruangan. Tempat Ningroem di rawat pun. Terlihat sedang mengobrol dengan sesama penunggu pasien yang seorang laki-laki juga. "Mas, dipanggil tuh?" "Iya, saya permisi masuk dulu." "Silahkan, Mas." Dani segera melangkah meninggalkan bapak yang sedari tadi berbincang dengannya. Dani melihat Ratna sedang digotong, di taruh di tempat tidur yang kosong. oleh beberapa orang yang melihat Ratna pingsan . Tangan Ningroem yang berdarah belum ada yang menolong. Sehingga Dani bergegas masuk mencoba menahan darah yang mengalir dengan memegang bekas i

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 36

    Satu persatu dokter memeriksa dan menanyakan keluhan yang dirasakan klien setelah melahirkan. Tibalah Ningroem untuk diperiksa. "Ini ya yang kemarin melepaskan infusan sendiri hingga menjadi heboh." Ningroem tertunduk malu. ia merasa malu telah melakukan kesalahan kemarin. Dokter pria paruh baya memeriksa denyut nadi di tangan Ningroem dan pernafasannya. "Sudah lebih baik, bisa pulang sekarang setelah menebus dan menyelesaikan administrasi hari ini." "Baik, dok terima kasih banyak." Dani mewakili memberikan jawaban. Setelah itu dokter meninggalkan ruangan Ningroem. Dani menyuruh Ratna untuk merapikan peralatan yang dibawa Ningroem untuk berkemas pulang. Ningroem sangat senang, malam ini pasti ia akan bisa tidur lebih nyenyak. Karena beberapa hari ini ia kurang tidur. Karena tidak terbiasa tidur di tempat lain selain di rumahnya sendiri. "Yank, mau pulang pakai apa? Atau aku telpon ayah saja untuk mengantarkan mobil ke sini?" "Itu ide bagus. Yank minta supir untuk mengantar k

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 37

    "Apa yang terjadi sehingga Ningroem bisa pingsan, Bu?" tanya Ratna seolah mencurigai ibunya. Yang telah berbuat sesuatu pada wanita yang di bawa kerumah itu secara mendadak. Wanita setengah baya hanya menggelengkan kepalanya saja, ia tidak menjawab pertanyaan putrinya. "Ibu, bohong. Pasti ibu mengatakan sesuatu yang membuat Ningroem merasa tidak nyaman. Jika ibu tidak senang Ningroem berada di sini. Baiklah aku akan keluar dari rumah ini." "Jangan tinggalkan ibu, Nak. Ibu hanya kasihan padamu sehingga mengatakan ibu kasihan jika anak ibu harus membagi Suaminya dengan dirinya. Ibu tak mampu membayangkannya, itu saja yang ibu katakan. Setelah itu Mirna jatuh pingsan." "Baiklah, ibu jangan pikirkan itu. Ini urusan Ratna jangan mencampuri urusan rumah tangga Ratna. Jika ibu masih ingin melihat aku ada disini!" Ratna terpaksa mengucapkan kalimat ancaman supaya ibunya tidak melakukan hal yang sama dan terulang lagi. Ratna sungguh mengkhawatirkan Ningroem dengan keadaannya yang tidak

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 38

    Dua bulan kemudian. Sejak pagi Ningroem merasakan mulas pada bagian perutnya dan sekitaran pinggang. Jika dihitung memang ini sudah mendekati hari lahir si jabang bayi. Namun, masih kurang satu hari lagi baru genap sembilan bulan. Ningroem terus mengelus perutnya yang mulas. Bu Sarah melihat Ningroem yang mengelus perutnya terus menerus pun akhirnya bertanya, "Kau mules? Apa sudah keluar flek dan darah?" "Sudah tadi pas baru bangun tidur hendak pipis." "Sepertinya kau akan melahirkan hari ini atau malam. Sebaiknya kau kemas baju bayi dan beberapa baju daster milikmu untuk ganti." "Baik, Bu." Ratna yang mendengar pembicaraan Ibunya dan Ningroem langsung ikut berbicara. "Biar, Mbak yang menyiapkan keperluan bayi. Ning duduk saja atau berjalan-jalan untuk mempermudah persalinan. Kata orang seperti itu." Ratna segera menelpon Suaminya— Dani yang masih berada di pasar untuk berjualan. Setelah ponsel tersambung Ratna langsung menyampaikan, jika Ningroem sudah mulas- mulas, akan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 39

    Ketika hari sudah hampir gelap kira-kira pukul setengah enam sore, seorang suster yang menggendong bayi menghampiri Ningroem yang masih berbaring di tempat tidur. Jantung Ningroem berdetak tak karuan ia akan melihat bayi yang baru dilahirkannya beberapa saat lalu. Ningroem mencoba untuk beringsut duduk untuk menggendong sang bayi. Kini sang bayi ada dalam gendongannya, wajahnya tampak putih berseri. "Ibu ini bayinya laki-laki, Alhamdulillah semua anggota tubuhnya lengkap. Mendengar penuturan dari suster Ningroem mengucapkan hamdalah, mencium kening sang bayi dengan lembut. Bayi mungil yang baru beberapa jam dilahirkannya. Ningroem tidak melepaskan pandangannya dari sosok kecil yang berada dalam pangkuannya. Dani pun ikut merasa lega mendengar penuturan sang suster. Dani mencoba mengambil sang bayi untuk diberikan adzan. Setelah selesai ia menyerahkannya kembali pada Ningroem untuk disusui. Namun, Air ASI Ningroem belum keluar. Walaupun kondisi kedua gunungnya sudah membesar da

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 40

    Pagi harinya ketika Adzan subuh berkumandang, Ningroem memberanikan diri untuk membersihkan badannya yang lengket. Ningroem tidak ingin membangunkan Ratna yang masih tertidur pulas, bersama ibunya di tempat tidur sebelah yang kosong karena tidak ada Pasien lain. Sedangkan Dani tidur di atas tikar yang dibawanya dari rumah. Ningroem melihat sekilas pada box bayi yang ada di samping tempat tidurnya. Dilihatnya bayinya masih tertidur pulas. Ia pun perlahan beranjak dari tempatnya semula. Berjalan pelan menuju kamar mandi, yang masih ada di pojok kamarnya. Karena tangan Ningroem tidak di infus. Ia menjadi lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya. Hanya saja bagian intinya yang masih terasa sakit Karena baru satu hari melahirkan. Ningroem memasuki kamar mandi dengan hati-hati. Kemudian melepaskan pakaiannya satu-persatu dari tubuhnya. Menghidupkan kran air, membasuh tubuhnya dari kepala hingga badannya sesuai nasehat yang diberikan Ibunya ketika ia melahirkan anak pertamanya. "Ndok j

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 41

    Ningroem tidak dapat lagi membendung air matanya. Ia menangis terisak di dalam mobil. Dirinya tak menyangka akan berpisah dengan anak dalam waktu dekat. Bayinya masih sangat kecil masih sangat membutuhkan dirinya. Tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk Yuda. Anak yang baru berusia dua bulan darah dagingnya sendiri dari lelaki yang menjadi Suaminya. Pak supir yang tak tega mencoba menghibur Ningroem. "Sabar Mbak, segala sesuatu tentunya ada balasannya. Aku juga tak menyangka jika Bu Ratna akan berbuat nekat seperti ini. Menyuruh Mbak untuk meninggalkan bayimu di sini." Ningroem tidak menanggapi ucapan pak supir di depannya. Hatinya masih sangat pilu mengingat bayinya yang ia tinggalkan di rumah Ratna. Sang supir pun tidak sakit hati karena ucapannya tidak mendapatkan tanggapan. Ia sangat paham pada wanita yang duduk di jok belakang. Pak supir bersimpati padanya tetapi tidak ia bisa berbuat apa-apa sehingga sang supir hanya fokus lagi ke jalan raya yang berada di depannya. "

    Last Updated : 2024-10-29
  • Diminta Menjadi Madu    Part 42

    Pagi harinya Ningroem merasa terbebas dari rasa meriang yang menyerangnya tadi malam, kini Kedua gunungnya meneteskan ASI dengan lancar. Hingga membasahi Bra, tembus ke baju yang dikenakannya. Jika orang lain tak pernah pakai Bra ketika memberikan ASI pada anaknya. Lain halnya dengan dirinya yang risih jika harus berpakaian tanpa Bra apalagi dua gunungnya terlihat menjulang padat dan meneteskan ASI hingga bajunya basah. Ningroem lebih nyaman mengganti sumpalan pada kedua Bra-nya dari pada bajunya harus basah terkena Air ASI-nya yang meninggal bau amis. Singkat cerita sudah dua bulan Ningroem berada di rumah Ratna. Ningroem merasa dirinya sudah sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa lagi. Ningroem memberanikan diri mengetuk pintu kamar Ratna, untuk membicarakan sesuatu hal yang penting menyangkut dirinya dan juga putranya yang diberi nama oleh Ratna, Yuda putra Pratama. "Masuk!" Ningroem menekan gagang pintu untuk membuka pintu, melangkah masuk. Ratna yang sedang menyisir r

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Diminta Menjadi Madu    Part 47

    Mendengar penuturan Ratna, Ningroem langsung mengajak kedua anaknya untuk berpamitan. Rasanya Ningroem tidak sanggup jika terus disalahkan. Satu tahun kemudian. Tok! tok! tok! Terdengar suara ketukan pintu, Ningroem segera bangkit dari duduknya yang sedang memainkan ponselnya. Wanita itu sedang menatap gambar putranya Yuda di layar ponsel. Ningroem merasa rindu. Namun, ia tidak berani untuk bertamu ke rumah Ratna. Karena Ratna sudah melarangnya tempo hari. Sehingga Ningroem hanya bisa menahan rindu. Wanita itu hanya bisa mendoakannya dari jauh. Terlihat di depan pintu seorang pria telah berdiri. "Pak Surya, tunggu sebentar saya ambil dulu botol susunya." "Tunggu Mbak," tahan lelaki paruh baya menghentikan langkah kaki Ningroem. Ningroem membalikan tubuhnya menghadap pak Surya. "Ada apa pak?" "Saya disuruh ibunya Non Ratna untuk mengabarkan jika Mbak Ratna telah berpulang." "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Mbak Ratna sakitkah?" Ningroem terkejut dengan berita yang baru

  • Diminta Menjadi Madu    Part 47

    Mendengar penuturan Ratna, Ningroem langsung mengajak kedua anaknya untuk berpamitan. Rasanya Ningroem tidak sanggup jika terus disalahkan. Satu tahun kemudian. Tok! tok! tok! Terdengar suara ketukan pintu, Ningroem segera bangkit dari duduknya yang sedang memainkan ponselnya. Wanita itu sedang menatap gambar putranya Yuda di layar ponsel. Ningroem merasa rindu. Namun, ia tidak berani untuk bertamu ke rumah Ratna. Karena Ratna sudah melarangnya tempo hari. Sehingga Ningroem hanya bisa menahan rindu. Wanita itu hanya bisa mendoakannya dari jauh. Terlihat di depan pintu seorang pria telah berdiri. "Pak Surya, tunggu sebentar saya ambil dulu botol susunya." "Tunggu Mbak," tahan lelaki paruh baya menghentikan langkah kaki Ningroem. Ningroem membalikan tubuhnya menghadap pak Surya. "Ada apa pak?" "Saya disuruh ibunya Non Ratna untuk mengabarkan jika Mbak Ratna telah berpulang." "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Mbak Ratna sakitkah?" Ningroem terkejut dengan berita yang baru

  • Diminta Menjadi Madu    Part 46

    Ningroem memalingkan tatapannya dari penjual pop es. Wanita itu tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Bram di wahana bermain. "E—eee, sama anak-anak," sahut Ningroem tergagap. Pria itu melangkah mendekati Ningroem. "Sama anak-anak!" Pria itu tertegun untuk sesaat karena tidak melihat Fahmi dan juga Denis ikut bersamanya. "Mereka ada di dalam sedang bermain," jelas Ningroem. "Aku membeli makanan untuk mereka karena takut merekaerasa lapar karena capek asyik bermain," pungkas Ningroem kemudian. "Ohh, boleh Mas ikut bergabung?" Belum sempat menjawab pertanyaan Bram, ibu penjual pop es memberikan tiga gelas pop es yang dipesannya. Ningroem menerima dan membayar pesanannya. "Boleh, kamu kan ayahnya." Bram mensejajarkan langkahnya dengan langkah Ningroem, wanita itu berhenti di penjual sosis untuk mengambil pesanannya. Setelah melangkah beberapa langkah Ningroem berhenti di Abang penjual martabak tadi ia juga memesan martabak manis dengan toping keju untuk dirin

  • Diminta Menjadi Madu    Part 45

    "Mas, tunggu dulu. Aku takut."Dani melumat bibir Ningroem, "Mas akan melakukan dengan hati-hati."Ningroem merasa tegang, ini hari pertama setelah dirinya melahirkan rasanya miliknya merasa seperti perawan kembali rapat karena sudah di jahit. Wanita itu takut melakukan hubungan badan seperti saat memulai malam pertama."Jangan tegang," ucap Dani berbisik di telinga Ningroem, hingga membuat sekujur tubuhnya merinding. Ningroem menarik nafas dalam menghembuskannya perlahan . Wanita itu betul-betul takut dan tegang hingga. Dirinya tidak bisa menikmati pergulatan pertamanya, hanya fokus untuk menghilangkan rasa sakit saat memulainya."Mas, pelan, aku takut jahitannya robek.""Hem, kau seperti perawan. Dek." Kesat dan sempit sekali."Ningroem tersipu, Dani menaikturunkan tubuh di atas Ningroem. Wanita yang berada di bawah kunjungannya semakin erat meremas sprei menahan sakit. Namun, sesaat kemudian rasa cermas dan takut berangsur hilang tergantikan oleh nikmatnya hentakan yang di berikan

  • Diminta Menjadi Madu    Part 44

    "Maksud Mas, apa?" Ratna merasa tak mengerti dengan perkataan Suaminya. "Ah, sudah lah lupakan kata-kata Mas, barusan." Dani tak ingin membuat hati Ratna gundah sehingga, pria itu meninggalkan Ratna yang masih berdiri mematung di hadapannya. Dani melangkah menuju box bayi yang di dalamnya terbaring putra kecilnya yang lucu. Dalam hati ia merasa kasihan pada Ningroem yang harus mengalah. Merelakan bayinya untuk tetap berada di sini. Tentu saat ini Ningroem sedang bersedih saat ini. Tidak ada teman untuk berbagi. Dani menyentuh pipi Yuda dengan telunjuknya, "Anak ayah baik-baik disini, ya bersama bunda Ratna." Dani berbicara pada Bayi Yuda yang tertidur dengan pulasnya. "Yang malam ini bolehkah aku menemani Ningroem? Pasti ia sangat sedih harus berpisah dengan bayinya." Dani meminta izin pada Ratna untuk menemani Ningroem istri keduanya. "Silahkan saja kalau pun tak kembali ke sini aku rela, karena aku sudah menukarmu dengan Yuda." "Apa, Yank. Memangnya aku barang yang bisa k

  • Diminta Menjadi Madu    Part 43

    Sepulang dari pasar Dani menyempatkan untuk membeli kue, teringat akan Ningroem sedari tadi hatinya berdebar-debar terus. Dani tidak mengerti padahal dia tidak merasa sakit atau pun tidak enak badan. Apakah ada yang salah dengan jantungnya sehingga detaknya tidak seperti biasanya. Dani tidak memperdulikan detak jantungnya. Nanti juga kembali normal seperti biasa, kemarin juga sempat berdebar tetapi hilang dengan sendirinya. Semoga hari ini pun jantungnya baik-baik saja. Dani terus memacu motor maticnya hingga sampai di sebuah toko kue, setelah memarkirkan motornya pria itu turun melangkah masuk. Dani melihat-lihat aneka kue yang berderet rapi di meja, juga di etalase. "Mbak, saya mau ini dua." Tunjuk Dani pada kue brownies yang berbaris di etalase toko. Pegawai segera mengemas kue yang di minta Dani, setelah mengemasnya Dani segera membayarnya di kasir. Hari sudah semakin sore ketika Dani keluar dari toko kue tersebut. Baru saja hendak keluar dari toko tiba-tiba hujan turun de

  • Diminta Menjadi Madu    Part 42

    Pagi harinya Ningroem merasa terbebas dari rasa meriang yang menyerangnya tadi malam, kini Kedua gunungnya meneteskan ASI dengan lancar. Hingga membasahi Bra, tembus ke baju yang dikenakannya. Jika orang lain tak pernah pakai Bra ketika memberikan ASI pada anaknya. Lain halnya dengan dirinya yang risih jika harus berpakaian tanpa Bra apalagi dua gunungnya terlihat menjulang padat dan meneteskan ASI hingga bajunya basah. Ningroem lebih nyaman mengganti sumpalan pada kedua Bra-nya dari pada bajunya harus basah terkena Air ASI-nya yang meninggal bau amis. Singkat cerita sudah dua bulan Ningroem berada di rumah Ratna. Ningroem merasa dirinya sudah sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa lagi. Ningroem memberanikan diri mengetuk pintu kamar Ratna, untuk membicarakan sesuatu hal yang penting menyangkut dirinya dan juga putranya yang diberi nama oleh Ratna, Yuda putra Pratama. "Masuk!" Ningroem menekan gagang pintu untuk membuka pintu, melangkah masuk. Ratna yang sedang menyisir r

  • Diminta Menjadi Madu    Part 41

    Ningroem tidak dapat lagi membendung air matanya. Ia menangis terisak di dalam mobil. Dirinya tak menyangka akan berpisah dengan anak dalam waktu dekat. Bayinya masih sangat kecil masih sangat membutuhkan dirinya. Tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk Yuda. Anak yang baru berusia dua bulan darah dagingnya sendiri dari lelaki yang menjadi Suaminya. Pak supir yang tak tega mencoba menghibur Ningroem. "Sabar Mbak, segala sesuatu tentunya ada balasannya. Aku juga tak menyangka jika Bu Ratna akan berbuat nekat seperti ini. Menyuruh Mbak untuk meninggalkan bayimu di sini." Ningroem tidak menanggapi ucapan pak supir di depannya. Hatinya masih sangat pilu mengingat bayinya yang ia tinggalkan di rumah Ratna. Sang supir pun tidak sakit hati karena ucapannya tidak mendapatkan tanggapan. Ia sangat paham pada wanita yang duduk di jok belakang. Pak supir bersimpati padanya tetapi tidak ia bisa berbuat apa-apa sehingga sang supir hanya fokus lagi ke jalan raya yang berada di depannya. "

  • Diminta Menjadi Madu    Part 40

    Pagi harinya ketika Adzan subuh berkumandang, Ningroem memberanikan diri untuk membersihkan badannya yang lengket. Ningroem tidak ingin membangunkan Ratna yang masih tertidur pulas, bersama ibunya di tempat tidur sebelah yang kosong karena tidak ada Pasien lain. Sedangkan Dani tidur di atas tikar yang dibawanya dari rumah. Ningroem melihat sekilas pada box bayi yang ada di samping tempat tidurnya. Dilihatnya bayinya masih tertidur pulas. Ia pun perlahan beranjak dari tempatnya semula. Berjalan pelan menuju kamar mandi, yang masih ada di pojok kamarnya. Karena tangan Ningroem tidak di infus. Ia menjadi lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya. Hanya saja bagian intinya yang masih terasa sakit Karena baru satu hari melahirkan. Ningroem memasuki kamar mandi dengan hati-hati. Kemudian melepaskan pakaiannya satu-persatu dari tubuhnya. Menghidupkan kran air, membasuh tubuhnya dari kepala hingga badannya sesuai nasehat yang diberikan Ibunya ketika ia melahirkan anak pertamanya. "Ndok j

DMCA.com Protection Status