7 tahun yang lalu.
"Selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun ... selamat ulang tahun, Agni ... selamat ulang tahun ...."Begitulah meriahnya pesta ulang tahun yang dirayakan di rumah keluarga Anggara Agni. Suara tepuk tangan meriah menyambut seorang gadis remaja berusia 15 tahun dengan gaun merah muda yang baru saja keluar dengan senyum simpul di wajahnya."Selamat ulang tahun, Agni sayang." Semua orang bersukacita memberi pelukan hangat dan ucapan selamat. Tergambar betapa bahagianya Agni hari itu, ditambah dengan sambutan kado dari orang-orang terkasih.Keluarga itu begitu bahagia menanyakan kegembiraan dengan pesta musik kecil dan saling berdansa. Sampai semuanya berubah saat ponsel milik Ayah Agni berdering. Dia begitu panik dan segera mencari ruangan sepi untuk menerima panggilan telepon itu.Tidak lama, hal aneh pun tampak terlihat pada ibu Agni yang ikut pergi menyusul suaminya dengan raut sedih. Disaat semua orang bergembira, ASeusai mengunjungi pemakaman keluarganya, Agni kemudian berjalan keluar membawa anjing lucunya yaitu Leo bersama dengannya. Namun, tiba-tiba Anjing itu menggonggong kencang seolah memberitahu jika ada seseorang yang datang "Leo ... tenanglah, sayang," ucap Agni sambil berusaha mengusap-usap bulu cokelat keemasan dengan lembut untuk memenangkan. Namun, Agni kembali yakin saat suara sepatu itu mulai mendekat dan bau harum parfum yang begitu dia kenali mulai terasa. "Aksa ...," ucapnya lirih. Benar saja. Yosua Aksara berjalan membawa buket bunga yang dia letakkan di atas makam yang berada di sebelah makamnya Ayah Agni. Prisha Putri -Meninggal pada 15 Juli 2010- Setelah meletakkan buket bunga itu, Yosua aksara tersenyum. Agni yang kemudian berdiri tersebut mulai merasakan, kini pria itu berada satu meter dari tubuhnya. "Aksa, kaukah itu?" tanya Agni dengan nada ragu. Dia menatap kosong, dengan wajah lugu memegang seutas tali yang menyambung pada anjing kesayangannya. Sete
Sementara di depan pintu, ada Anya yang terus berjalan mondar-mandir mencari celah untuk mengetahui apa yang tengah terjadi di dalam sana. Bukan berarti dia hendak mengintip. Anya hanya cemas akan ketakutan yang dia rasakan benar-benar akan terjadi. Da pun mencoba untuk menekan bel kamar tersebut, karena sudah hampir satu jam berlalu, tetapi rasa ragu kembali menyerangnya. Anya ragu dan mengurungkan niatnya, karena dia tahu Yosua memiliki emosi yang tinggi dan itu sangat beresiko. "Tidak! Aku harus bisa melawan keraguan ini," gumam Anya kembali. Dia pun akhirnya menekan bel kamar Yosua dengan raut wajah frustrasi dan juga takut. Tidak perlu menunggu lama Yosua pun rupanya segera keluar dari kamarnya dengan pakaian yang beda dari sebelum Yosua membawa masuk Agni ke dalam kamar. "Mmm ... maaf, mengganggu, tuan. Aku hanya ingin anda memeriksa narkoba yang akan kita kirim besok," ujar Anya mencoba untuk memberi alasan. Dia pun memberanikan diri menatap kedua mata Yosua yang juga me
Di tempat lain tampak Reynar sedang mencoba mengunjungi rumah Agni. Namun, rumah itu tampak sepi dan terkunci dari luar. Sudah dipastikan jika Agni tidak sedang berada di tempat. Padahal Reynar tahu persis jika pada saat itu adalah jam biasanya Agni sudah berada di rumahnya. Reynar pun tampak bingung dan merogoh ponsel di dalam sakunya. "Hari ini aku pulang lebih dulu. Ada yang perlu ku selesaikan sekarang." Dia kemudian menutup panggilan teleponnya dan mulai berjalan pergi dari kediaman rumah Agni. Masih belum ingin menyerah Reynar mencoba mencari Agni di tempat lain yang biasanya Agni dikunjungi. Namun, hasilnya nihil. Dia terlihat begitu panik dan berharap tidak ada hal buruk yang sedang terjadi pada Agni. Mau tidak mau, akhirnya Reynar memilih untuk pulang ke rumahnya. Mengingat hari sudah mulai malam. Pria itu membuang pikiran buruknya, dia harus berpikir positif agar memanifestingkan hal-hal positif pada diri Agni dan dia. Singkat cerita, malam itu Agni diantar pulang oleh A
Ketika pria yang menolong Agni hendak keluar dari tempat persembunyian Agni, akan tetapi semua sudah terlambat. Pria itu hanya bisa menangis tersedu-sedu karena melihat semua kejadiannya tepat dengan mata kepalanya sendiri.Tanpa kedua pria itu telah selesai menikam dan menyeret mayat wanita tersebut ke sisi terminal dekat tong sampah besar. Dalam situasi terdesak, pria itu hanya bisa menangis mengintip dari kejauhan dan membiarkan orang-orang misterius itu melarikan diri."Tidak! Adikku yang malang," keluhnya."Tuan, kau tidak apa-apa?" tanya Agni yang mulai ikut panik titik pria itu menatap Agni dan mulai memahami maksud Mengapa wanita tadi membiarkan Agni sendirian di ruang tunggu bus. Meskipun dia bersedih karena kehilangan adik kandungnya tapi pria itu telah berjasa menyelamatkan nyawa Agni.***Singkat cerita, Agni di bawah pria itu pulang setelah menghubungi polisi untuk mengevakuasi mayat sang adik. Agni dibiarkan beristirahat tan
Saat itu juga Reynar memutuskan pergi meninggalkan rumah Agni melewati Cakra begitu saja. Tidak lama Hana pun keluar menyusul dengan wajah datar mempersilahkan Cakra untuk bertamu ke rumahnya. "Siapa pria tadi?" tanya Cakra sambil duduk di sofa. "Bukan siapa-siapa," jawab Agni tenang. "Sepertinya dia sangat mengkhawatirkan dirimu, " "Aku tahu. Dia hanya teman mendiang kakakku," jawab Agni kembali. "Tapi sepertinya hubungan kalian lebih dari itu," elak Cakra. Agni hanya diam dengan tetapan kosongnya. Mengingat kejadian tadi, rasanya masih sulit dipercaya jika Reynar bisa melakukan hal itu padanya. Entah perasaan Agni saat itu bercampur aduk menjadi satu layaknya es campur yang segar dan dia pun tidak bisa membedakan apapun karena banyaknya kegundahan di dalam hatinya. Cakra di jamu dengan secangkir teh hangat oleh Agni dan Leo pun duduk di dekat Cakra. Anjing itu sama sekali tidak menggonggong atau berbuat hal yang membuat orang tidak menyukainya. Leo sangat bersikap manis pada C
NOTE : Bab ini ada sedikit adegan gore yang diperhalus kalimatnya. Mohon bijaksana dalam membaca. ------------------ Razka mendengus kesal dan membuat Yosua heran. Pria itu heran menatap sahabatnya yang terlihat gelisah. Razka menatap alat penyadap suara yang ada di bawah sana. Warna merah itu berkedip-kedip. "Sial!" gerutu Raska saat ia sadar jika Banu sangat licik, bahkan dengan perencanaan matang memasang alat penyadap suara di segala ruangan sebelum kedatangan Yosua. Razka belum memberitahu tentang keberadaan alat penyadap itu pada Yosua, karena Razka lebih paham Yosua itu orang seperti apa. Dia mungkin lebih iblis dari Bhanu bahkan Yosua adalah orang yang tidak mengenal belas kasian pada musuh-musuhnya. Bisa jadi jika Yosua tahu apa yang dilakukan oleh Bhanu, dia akan membantai Bhanu sampai ke akar-akarnya. Razka pun mencari cara agar mereka berdua tetap berada di jalur aman dalam berkomunikasi di dalam ruang yang telah dipasang alat penyadap. Sambil meneguk wine, Yosua me
Agni masih terus mencerca Cakra dengan berbagai macam pertanyaan, karena wanita itu merasa tidak asing dengan Cakra. "Apakah kau yang waktu itu memberi bunga krisan ku? Dan kau juga yang ada di taman pada waktu itu, iya kan? Jawab jujur!" cerca Agni. "Kau ini sedang bicara apa? Aku ini hanya seorang pemulung sampah," elak Cakra. "Tidak mungkin!" bantah Agni. Cakra terkejut dengan suara nada tinggi dari Agni. Wanita itu terlihat tidak main-main dengan kalimat itu. 'Apa wanita ini mencurigai ku?' *** Setelah berpikir semalaman tentang donor mata yang dikatakan oleh Reynar, Agni pun akhirnya mengambil keputusan. Pagi itu Agni sibuk mempersiapkan diri dan menepati janjinya kepada Reynar. Tiba-tiba ... Pintu rumah Agni digedor secara kasar oleh seseorang. Suara ketukan pintu yang cukup keras terdengar membuatnya terlihat bingung dan panik.
"Halo, tuan," "Ada apa? " "Kelima anak buah yang kukirimkan, telah mati karena ledakan di dalam mobil mereka. Menurut saksi mata, ledakan itu seperti ledakan yang disengaja dan aku yakin ada seseorang yang mengetahui rencanamu , Tuan," "Apa! Bom? Woah--ini benar-benar mencengangkan!" Bhanu Putranto menutup sambungan teleponnya dengan perasaan terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar baru saja. Hasratnya pun semakin menggebu untuk bisa menemukan wanita yang benar-benar spesial di hati Yosua dan jiwanya menjadi tertantang atas kegagalan pagi itu. "Hmm ... apakah dia begitu spesial? Sampai keberadaannya ada yang melindungi. Apakah hal itu juga ulah dari Yosua?" tanyanya pada dirinya sendiri. Lantas Bhanu menatap pantulan bayangannya yang ada di cermin. "Sepertinya hal ini begitu sangat menarik," lanjut Bhanu tersenyum smirk. Sementara itu .... Pagi yang sama, Yosua bangun dari tidurnya pada pukul 09.21. Pria itu kemudian dikejutkan dengan keberadaan 5 wanit
Cakra hanya menebak saja, tapi dia belum bisa memastikan, karena bukti tidak jelas. Pria itu masih mengecek beberapa foto. Mengangkat tangannya dan mengelus-elus dagunya."Bangunan itu ada CCTV-nya atau tidak?" Dalam otak Cakra justru dia malah ingin kembali ke gedung itu untuk memeriksa keadaan.Padahal dia sendiri yang membuat pertemuan mereka di gedung itu. Namun, dia tidak mengira jika kejadiannya akan melenceng dari rencananya.Saat Cakra sedang fokus, tiba-tiba ponselnya berdering. Lantas pria itu menjawab panggilan tersebut.Ketika menerima panggilan itu, kepalanya tampak manggut-manggut tanda dia sedang mendengarkan sesuatu dari seberang sana."Baiklah. Aku akan segera ke sana." Cakra langsung menutup teleponnya.Tanpa pikir panjang, Cakra langsung pergi ke sana. Tentunya jika dalam hal yang satu itu, Cakra tidak akan pernah melewatkannya.Setibanya di rumah sakit, Cakra langsung masuk ke sebuah ruangan yang di sana terbaring mayat Bhanu.Ya, mayat Bhanu belum dikuburkan secar
Cakra duduk sambil menyandarkan kepalanya pada dinding. Sedangkan kedua kakinya terangkat lurus sambil menyilang di atas meja. "Berapa lama lagi dia akan sampai?" gerutu Cakra. Beberapa menit setelah itu, terdengar suara mobil yang berhenti di depan. "Aku rasa dia sudah sampai," sambungnya.Reynar melangkah menghampiri Cakra yang sedang duduk menyandar. Cakra menatap Reynar yang terlihat pucat. Pria itu bangkit dan menarik napas.Saat Cakra berdiri, justru Reynar yang duduk. Cakra berdecak, "Kau sungguh terlihat sangat frustrasi. Apakah kau benar-benar sedang patah hati?" sindirnya."Jangan mengajakku ribut. Aku sedang tidak mood untuk bertengkar. Hari ini aku benar-benar ingin beristirahat," keluh Reynar."Lalu untuk apa kau ke sini?"Reynar langsung melotot pada Cakra. Mungkin dia sedang berpikir, pria macam apa yang sedang berdiri di depannya itu."Oke ... oke, tenang. Aku tahu kau mungkin sedang banyak pikiran. Apa kau ingin minum secangkir kopi?" tawar Cakra.Sejujurnya Reynar
Sementara pihak polisi termasuk Reynar dan Cakra sedang mengevakuasi jasad Bhanu, sedangkan Yosua yang membawa Agni ke rumah sakit. Agni masih di bawah pengaruh obat tidur, dia baru bangun setelah 2 jam kejadian mengerikan tadi berlangsung. Matanya terbuka perlahan, Dia terlihat bingung mendengar suara perawat yang lalu lalang di sekitar sana. "Agni, kau sudah bangun?" Yosua tersenyum saat melihat wanitanya sadar. Pria itu langsung menggenggam erat tangan Agni, akan tetapi dilepas begitu saja. "Kau membawaku ke sini?" "Iya," Agni pun membuka selimut yang membalut tubuhnya, akan tetapi dia baru sadar jika ada selang infus di tangannya. "Agni, aku akan menyerahkan diri kepada polisi atas kejadian di masa silam," ujar Yosua lirih. Obrolan pembukaan itu membuat Agni terdiam seketika dengan pandangan mata yang kosong. "Aku sudah sadar itu sudah lama, akan tetapi aku memilih diam karena takut kehilanganmu. Aku benar-benar seorang pecundang," lanjutnya sambil menunduk menunjukkan rasa p
Agni ternyata diculik oleh Anya untuk dibawa pada Bhanu. Dua orang itu memang punya dendam tersendiri pada Agni, padahal dia adalah wanita tunanetra. Rupanya Bhanu dendam karena Agni pernah melukai matanya. Sedangkan Anya dendam karena faktor cemburu. Sungguh ironis."Rupanya rasa cintamu pada si bodoh itu membuatmu menjadi seorang psikopat," cicit Bhanu."Aku yakin, kau bahkan lebih sadis dariku," bantah Anya sambil tersenyum.Sebelum mengeksekusi Agni, keduanya pun sempat melakukan hubungan badan singkat selama 15 menit di ruangan tempat Agni di sekap. Keduanya pun terlihat menikmatinya hubungan intim itu, sebelum berpesta untuk menyiksa lalu membunuh korbannya. Sementara sepanjang berhubungan intim, Bhanu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Agni yang terlihat sangat cantik di bawah cahaya lampu. Hal itu sungguh membuat Anya terlihat kesal dan jengkel.Rupanya meskipun dendam, Bhanu masih memiliki hasrat untuk memiliki wanit
Di rumah, Reynar telah menyiapkan makan malam khusus berdua dengan Agni. Sementara sang Ibu sepertinya masih marah lantaran pertengkarannya kemarin hingga memutuskan tetap dalam kamar seharian. Mereka pun bertegur sapa di saat hal penting, tapi tetap saja Reynar yang merasa bersalah.Sudah ada hiasan bunga, hidangan untuk makan malam, dan beberapa lilin sebagai penyambut jika Agni pulang. Namun, di jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam masih belum juga ada tanda-tanda Agni pulang ke rumah. "Ke mana Agni pergi? Sudah malam begini kenapa belum pulang juga?" gumam Reynar. Dia pun menunggu sambil menarik ulur layar ponselnya hingga dia mendapatkan notifikasi Breaking News berita kebakaran di atas gedung. Awalnya Reynar biasa saja, akan tetapi setelah melihat satu gambar jepretan dari CCTV pun dia langsung terperanjat dari duduknya."Itu seperti———"Dia pun segera mengambil jaket kulitnya lalu mengambil kunci motor dan juga helm.Dari rumah dia tanc
Segala upaya telah dilakukan oleh Reynar untuk mencegah pertemuan diantara keduanya, tapi apa daya jika ada campur tangan dari Cakra. Cakra Prawira-lah yang bertindak saat itu.Lewat tulisan tangan dari Cakra, orang yang telah mengirimkan surat kepada Yosua. Akhirnya jadwal pertemuan itu dilaksanakan. Sementara itu, Cakra juga sedang baik telah membuat Reynar sangat sibuk di kantor kepolisian akhir-akhir ini dengan kasus baru.Agni kini telah mengandung hampir 4 bulan. Dia kini dia telah dapat merasakan janin di dalam perutnya menendang-nendang dan bergerak di dalam sana. Perutnya pun telah mulai membuncit, sudah bisa ditebak bahwa dia adalah wanita yang tengah berbadan dua. Walaupun tidak terlalu besar, tapi itu sudah terlihat sangat jelas.Pertemuan itu pun akhirnya tiba.Mereka bertemu di atas gedung di mana Agni dituntun oleh seorang wanita dan dia pun duduk di kursi yang telah disediakan. Pandangannya kosong, dia hanya diam merasaka
Agni mengangguk dengan air mata terus mengalir membasahi pipinya. Dia pun mulai berjalan pelan untuk meninggalkan tempat itu, tapi niatnya tertahan tatkala dia merasakan tangan seseorang menghadang langkahnya."Tetap di sini! Kau tidak boleh pergi kemana-mana," kata Reynar dengan suara lirih.Reynar yang secara tiba-tiba muncul membuat bingung dan terbengong. Pria itu pun menuntun Agni pergi ke kamarnya, meninggalkan ibunya yang masih menangis tersedu-sedu di tempat tadi.Di dalam kamar, Reynar langsung meminta Agni untuk duduk dan menenangkan dirinya yang ketakutan. "Agni, Tolong jangan dengarkan Ibuku. Dia hanya sembarangan bicara," ujar Reynar lirih di telinganya."Tidak. Aku cukup paham jika dia memang tidak menyukai kehadiranku," jawab Agni dengan nada bergetar."Bukan begitu permasalahannya, aku akan menasihatinya untuk menjaga sikapnya. Tolong jangan masukkan ke hati apapun yang tadi beliau bicarakan," lanjutnya sambil menepuk pun
Reynar dan Cakra saling pandang, tapi pandangan dari kedua pria itu berbeda makna. Yang satu mengisyaratkan makna menawarkan kerjasama. Sedangkan pria yang satunya mengisyaratkan makna bahwa dia punya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada lawan bicaranya."Aku masih belum mengerti dengan semua fakta ini, kau bisa tahu segalanya tentang Agni?""Sistem IT dari tahun ke tahun sudah semakin berkembang, Tuan Reynar. Aku memantau Agni dengan sangat baik,"Reynar masih tetap tidak bisa percaya akan hal itu. Lantas dia segera pergi membawa Leo bersama dengannya. Meski begitu, setidaknya Cakra telah memiliki partner baru untuk membongkar mafia besar yang selama ini berkeliaran dengan bebas.Tidak butuh waktu lama, Reynar telah tiba di rumah. Dia langsung disambut oleh Nyonya Leikha yang sedang membantu Agni memakaikan gaun cantik di tubuh wanita tunanetra itu."Putraku sudah pulang?" sambut Nyonya Leikha. Sementara tatapan Reynar masih te
Esok paginya, Agni bangun pagi sekali. Karena dia masih belum hapal sela di rumah itu, beberapa kali Agni sering tersandung dan jatuh."Kau tidak apa-apa kan, Nak?" tanya Nyonya Leikha dengan sikapnya yang ramah dan hangat, Agni langsung dibawa duduk di ruang tamu olehnya."Duduklah di sini, aku akan siapkan sarapan untukmu,""Biar aku bantu,""Tidak perlu, kau duduk saja di sini. Sebentar lagi juga beres dan Reynar pun juga akan segera bangun," lanjut Nyonya Leikha sambil tersenyum.Rasanya tidak nyaman hanya duduk berdiam diri dan pemilik rumah sibuk pagi itu. Namun, apa daya Agni hanya seorang wanita tunanetra yang tidak bisa berbuat banyak. 15 menit setelahnya itu terlihat Reynar sudah bangun. Dia berjalan terguyung-huyung dari kamarnya menuju ruang makan."Bu, mana makananku? " tanya Reynar dengan nada yang terdengar manja. Hal itu membuat Agni tersenyum gemas karena selama ini Reynar Prasada yang dia kenal adalah